About

check

Kamis, 25 September 2008

Sejarah Keturunan Tionghoa di Asia Tenggara 2

Palembang
Pada tahun 1275 Kertanagara Raja Singasari terachir di Jawa Timur mengirim
ekspedisi militer ke Dharmasraya (Sriwijaya, Sumatera Selatan dengan ibu
kota Palembang). Catatan thn 1286 menunjukkan serangan tsb berhasil dan
Sriwijaya direbut.

Kami kutib dari buku "The 6th overseas Chinese state", Nanyang Huaren,
CSEAS, J.C.Univ. of N-Queensland, Australia 1990, penyunting Sie Hok Tjwan
tentang: 1) Palembang 2) Demak, Banten, Cirebon 3) Kalimantan Barat (babak
7 halaman 65 - 99) sbb:

Namun thn. 1292 Kertanagara sendiri terbunuh oleh
pemberontakan Kediri dan Singasari jatuh. Tanah bekas Sriwijaya terlantar,
keadaan kacau.

O.W. Wolters menulis dalam buku "The fall of Srivijaya in Malay history"
hal. 73, bahwa di Palembang tidak ada penguasa kepada siapa dapat
ditujukan peringatan kaisar Tiongkok T'ai-tsu. Tindakan kaum pedagang
Tionghoa mencerminkan bagaimana besarnya kekacauan pada waktu itu. Mereka
telah memilih pimpinan sendiri. Jalan yang ditempuh Palembang dengan
pemerintah Tionghoa perantauannya (with its overseas Chinese government)
untuk memulihkan keadaan adalah sesuai dengan pandangan bahwa orang
Tionghoa telah menyaksikan suatu keadaan yang tak dapat dibiarkan dan
mereka bertekad tidak boleh berlarut-larut.

Victor Purcell dalam buku "The Chinese in Malaya" hal.14 menyatakan
setelah kerajaan Sriwijaya ambruk, Palembang telah dikuasai orang-orang
Tionghoa selama 200 (duaratus) tahun. Ketika kejayaan Sriwijaya surut
sekian ribu orang Tionghoa dari Fukien dan Canton yang telah menetap
disana telah memerintah diri sendiri.

Lukisan tersebut diatas selaras dengan catatan Dinasty Ming Tiongkok,
bahwa orang Jawa tak mampu menguasai seluruh negara sesudah San-bo-tsai
(Sriwijaya) ditaklukkan. Karena itu, demikian Ming Dynasty records tsb,
orang Tionghoa setempat telah berdiri sendiri. Seorang dari Nan-Hai
(Namhoi) Canton bernama Liang Tau-ming telah terpilih sebagai pemimpin.
Beliau menguasai sebagian negara dan puteranya ikut dengan utusan kaisar
kembali ke Tiongkok. Pada tahun 1405 kaisar mengutus seorang kurir dari
desa asalnya Liang Tau-ming dengan perintah agar Liang Tau-ming menghadap
ke istana. Liang Tau-ming bersama kawan seperjuangannya Cheng Po-k'o
berangkat membawak produk2 setempat sebagai upeti. Mereka pulang dengan
membawak hadiah yang berlimpah2. Tahun 1407 atau shortly after that
Laksamana Islam Cheng Ho mendirikan masyarakat Islam Tionghoa di
Palembang. Tahun 1415 Palembang oleh kaisar Tiongkok diakui sebagai berada
dibawah kekuasaan Jawa (Majapahit).

Disini kami menjumpai buku Prof. Dr. Slamet Muljana "Runtuhnja keradjaan
Hindu Djawa dan timbulnja negara2 Islam di Nusantara". Prof. Muljana bukan
etnik Tionghoa seperti didesas-desuskan, melainkan seorang Priayi bekas
anggauta Tentara Peladjar. Buku ini thn 1971 dilarang oleh Kejaksaan Agung
dan meskipun sumber keterangan Ir. Parlindungan yang tersebut didalamnya
tak dapat ditrasir Dr. H.J. de Graaf dan Dr. Th.G.Th. Pigeaud dengan
panjang lebar telah memperbincangkan serta mengkomentari data Parlindungen
sebagai "The Malay Annals of Semarang and Cerbon" didalam buku "Chinese
Muslims in Java in the 15th and 16th centuries". Buku Prof. Muljana
mengandung cukup banyak data lain yang sangat menarik perhatian.

Kerajaan Majapahit juga berdiri kurang lebih 200 (duaratus) tahun. Menurut
Prof. Muljana dari 1294 hingga 1478 dan sedari itu menjadi sub-state
dibawah para penguasa Kerajaan Islam Demak hingga Majapahit tiada lagi,
yaitu thn.1527. Prof. Hoesein Djajadiningrat telah menentukan kehancuran
Majapahit sekitar thn. 1518. Malay Annals yang masih diperselisihkan itu
menyebutkan perkembangan sbb.: thn. 1443 Swan Leong (Arya Damar) putera
alm. Raja Majapahit dengan seorang wanita Tionghoa, oleh Haji Gan Eng Chou
(Arya Teja) telah ditunjuk sebagai kapten Muslimin Tionghoa di Palembang
sekalian menjadi penguasa atas nama saudara perempuan-tirinya, yaitu Ratu
Suhita dari Majapahit. Gan Eng Chou adalah kapten Tionghoa di Tuban, Jawa
Timur. Beliau oleh Ratu telah dianugerahi gelar Arya sebagai bukti
penghargaan terhadap jasa2nya. Prof. Muljana berkesimpulan hal tsb
menunjukkan suatu sikap yang sangat baik dari pihak keluarga Raja terhadap
orang Tionghoa. Mengenai pemerintahan Tionghoa Perantauan di Palembang,
Amen Budiman juga menunjuk pada dokumen2 sejarah Dinasti Ryukyu dan pada
reset yang dilakukan oleh Tan Yeok Seong, seorang sinologist yang
berpangkal di South Sea Society Singapura. Hingga belum lama ini Palembang terkenal sebagai tempat yang tidak anti-Tionghoa.

Kertanagara, raja Singasari yang terachir, pada thn.1289 telah menantang
wibawa kaisar Monggol Kublai Khan, yang masa itu berkuasa di Tiongkok.

Beliau memulangkan utusan kaisar dengan muka yang dilukai. Kublai Khan
mengirim tentaranya ke Jawa. Tetapi sebelum kedatangan tentara tsb
Kertanagara pada thn 1292 telah tewas disebabkan pemberontakan Kediri.
Singasari jatuh. Ketika tentara Kublai Khan tiba, Raden Wijaya, kemenakan
dan menantunya Kertanagara, menyerahkan diri pada pimpinan tentara Monggol
dan menyatakan, bahwa Raja Kediri Jayakatwang telah menggantikan
Kertanagara. Raden Wijaya berhasil membujuk tentara Kublai Khan untuk
menjatuhkan Daha (Kediri). Setelah tentara Kediri hancur, Raden Wijaya
berbalik menyerang tentara Kublai Khan. Beliau minta diberi 200 pengawal
Monggol/Tionghoa yang tak bersenjata untuk kepergiannya ke kota Majapahit
dimana beliau akan menyerah dengan resmi pada wakil2 Kublai Khan. Ditengah
perjalanan para pengawal dibantai dan sebagian lain tentara Monggol yang
tidak menduganya dapat dikepung. Siasat Raden Wijaya menghasilkan pihak
Monggol kehilangan 3000 orang dan terpaksa meninggalkan pulau Jawa tanpa
hadiah2 yang dijanjikan. Tahun 1293-94 Raden Wijaya mendirikan kerajaan
Majapahit di Jawa Timur.

Kublai Khan, cucunya Jengiz Khan, meninggal 18 Pebruari 1294. Antara thn.
1325 dan 1375 hubungan Majapahit dengan Tiongkok telah membaik. Sang
Adityawarman yang dibesarkan di Majapahit dan yang kemudian menjadi Raja
Sumatera-Barat telah mengunjungi istana kaisar Tiongkok sebagai menteri
dan utusan Majapahit pada thn. 1325 dan sekali lagi pada thn 1332.
Sifat pemancaran kejayaan Tiongkok jaman lampau berbeda bumi sama langit
dengan sifat kolonialis Eropa. Cuplikan-cuplikan berikut adalah hasil
penyelidikan beberapa pakar sejarah yang menggambarkan perbedaan tsb.
O.W. Wolters dalam bukunya "The fall of Srivijaya in Malay history" hal.
50, 52:

Pada tg. 30 oktober 1371 kaisar T'ai-tsu mengeluarkan pengumuman dengan
petunjuk untuk para pejabatnya: ..... menguasai tanah yang terlalu besar
tidak mendatangkan ketenteraman. Bila rakyat diharuskan bekerja terlalu
berat, keadaan itu menjadi sumber kekacauan ..... pernyataan2 T'ai-tsu
kepada penguasa2 asing mengandung banyak saran kebijaksanaan. Daripada
menganjurkan mereka untuk berdagang dengan Tiongkok, beliau menginginkan
mereka berkuasa dengan baik, memelihara hubungan mesra dengan negara
tetangganya dan saling mengindahkan tapal-batas masing2.....Jika T'ai-tsu
curiga ada penguasa asing berakal bulus serta mengirim utusan dengan
maksud yang tidak jujur, beliau lebih baik menolak upeti mereka. Misalnya,
upeti perampas2 kuasa (usurpers) tidak dapat diterima olehnya (were
unacceptable to him).

Dr. John Crawfurd (bukan Crawford) mengenai pembayaran2 upeti kepada
kaisar Tiongkok:
Hubungan Tiongkok-Siam jaman lampau mengandung unsur yang di satu pihak
berdasarkan "vanity" (pengumpakan diri) dan di lain pihak berdasar pada
"rapacity" (nafsu menggarong, lebih jelek daripada serakah/greedy). Raja
Siam mengaku dirinya sebagai pembayar upeti terhadap kaisar Tiongkok bukan
karena terpaksa dan bukan karena berada dibawah kekuasaan kaisar,
melainkan demi menghindarkan pembayaran bea bagi kapal2 yang membawak
utusan2nya ke Tiongkok. Para utusan tsb mempersembahkan bunga dari mas
sebagai tanda upeti, tetapi menerima dari kaisar hadiah2 yang jauh lebih
berharga sebagai tanda penghargaan. Negara2 lain yang lemah mengakui
kaisar Tiongkok karena sebagai imbalannya mendapat perlindungan terhadap
gangguan2 dari luar.

Dalam arsip Tiongkok tercatat bahwa pada thn. 1376 ketika dinasti Yuan
(Monggol) sudah digantikan oleh dinasti Ming (1368-1644) raja
Tan-ma-sa-na-ho wafat. Tidak jelas apa nama aslinya, tetapi kawasan yang
dipersoalkan menyangkut tanah bekas Sriwijaya. Raja yang wafat digantikan
oleh puteranya yang disebut sebagai Ma-la-cha Wu Li. Menurut Groeneveldt
mungkin putera tsb. adalah Maharadja Wuli, tetapi menurut Slamet Muljana
beliau ini Maharadja Mauliwarmadewa. Tahun berikutnya maharaja mengirim
upeti kepada kaisar Tiongkok berupa barang2 dan binatang2 chas dalam
negeri. Utusan2nya menyampaikan pesanan bahwa putera tsb segan naik tahta
atas wewenang sendiri serta mohon mendapat ijin kaisar (dengan maksud
mendapat perlindungannya). Kaisar memuji perasaan tanggungjawab maharaja
dan memberi perintah untuk menyampaikan segel (cap, seal) kepadanya
disertai pengangkatan beliau sebagai raja San-bo-tsai (Sriwijaya). Namun
pada waktu itu Sriwijaya sudah dibawah kekuasaan Jawa (Majapahit). Raja
Majapahit sangat murka mendengar kaisar telah menunjuk raja untuk
San-bo-tsai dan mengirim anak buahnya untuk mencegat dan membunuh utusan
kaisar. Kaisar dapat mengerti kemurkaan raja Majapahit dan tidak
mengadakan pembalasan. Setelah kejadian ini lambat-laun
San-bo-tsai/Sriwijaya jatuh miskin dan tidak datang lagi upeti dari
kawasan itu. Catatan tsb sesuai dengan kenyataan bahwa bekas Sriwijaya
terlantar dan kacau. Keguncangan Singasari-Kediri dan belum
terkonsolidasinya Majapahit menyebabkan pihak Jawa tidak mampu mengurus
tanah Sriwijaya yang tadinya ditaklukkan oleh Kertanagara.

Tentang perang saudara Paregreg di Majapahit tercatat bahwa dalam thn.
1405 sida-sida (eunuch) Laksamana Cheng Ho telah diutus ke Majapahit yang
dewasa itu dikuasai oleh dua raja, Raja Timur dan Raja Barat. Tahun
berikutnya kedua raja saling berperang. Raja Timur dikalahkan dan
kerajaannya hancur. Pada itu waktu utusan2 kaisar kebetulan berada di
negara Raja Timur. Ketika prajurit2 Raja Barat masuk ke tempat pasar, 170
orang dari utusan kaisar terbunuh, hal mana membuat Raja Barat kuatir
serta mengirim utusan minta maaf. Kaisar mengeluarkan pengumuman sangat
mencela Raja Barat dan menuntut pembayaran enam-puluh ribu tail mas
sebagai denda. Tahun 1408 Cheng Ho sekali lagi diutus ke negara ini dan
Raja Barat memberi sepuluh ribu tail mas. Petugas2 Dewan Tatacara di
Tiongkok melihat jumlah tidak cukup dan bermaksud mempenjara utusan2 yang
membawanya, tetapi kaisar mengatakan: "Yang saya kehendaki dari orang2
yang hidup dijauhan yalah mereka menginsyafi kesalahannya. Saya tidak
ingin memperkaya diri dengan masnya." Seluruh denda dikembalikan. Sedari
itu mereka terus-menerus membawa upeti. Terkadang sekali dalam dua tahun,
ada kalanya lebih dari satu kali setahunnya. Para utusan Wu Pin dan Cheng
Ho seringkali mengunjungi Majapahit.
Lit.:
- Morris Rossabi "Khubilai Khan, his life and times" hal. xi, 220, 227,
228.
- Slamet Muljana "A story of Majapahit" hal. 10, 34, 35, 43, 49, 50, 71-3,
82, 88, 146, 182, 240.
- W.P. Groeneveldt "Notes on the Malay Archipelago and Malacca" hal. 36,
37, 69, 123.
- V.Purcell "The Chinese in Southeast Asia" hal. xxvii, 122.

Demak
Pada dasawarsa2 terachir abad ke 15 di Jawa Tengah telah didirikan
kerajaan Islam Demak yang berlangsung dari 1475/1478 hingga 1546/1568.
Pendirinya adalah puteranya Cek Ko-Po dan berasal Palembang dimana ketika
itu terdapat masyarakat Islam Tionghoa yang besar. Beliau terkenal dengan
nama Raden Patah (AL Fatah), alias Jin Bun / Panembahan Jimbun / Arya
(Cu-Cu) Sumangsang / Prabu Anom. Orang2 Portugis menyebutnya Pate Rodin
Sr. Menurut orang Portugis Tome Pires, beliau seorang "persona de grande
syso", a man of great power of judgement, seorang satria (cavaleiro, a
knight, a nobleman). Terkaan bahwa Jimbun nama suatu tempat dekat Demak
tidak masuk akal. Penjelasan prof. Muljana nama Jin Bun berarti "orang
kuat" dalam dialek Tionghoa-Yunnan. Semasa dynasti Yuan (Monggol) di
propinsi Yunnan terdapat banyak penganut agama Islam.

Kalangan berkuasa Demak sebagian besar terdiri dari orang2 keturunan
Tionghoa. Sebelum jaman kolonial pernikahan antara orang Tionghoa dengan
orang Pribumi merupakan hal yang normal. Dr. Pigeaud dan Dr. de Graaf
telah menggambarkan keadaan pada abad ke 16 sbb.: di kota2 pelabuhan pulau
Jawa kalangan berkuasa terdiri dari keluarga2 campuran, kebanyakan
Tionghoa peranakan Jawa dan Indo-Jawa. Sumber2 sejarah pihak Pribumi
Indonesia menyebut, dalam abad ke 16 sejumlah besar orang Tionghoa hidup
di kota2 pantai Utara Jawa. Disamping Demak, juga di Cirebon, Lasem,
Tuban, Gresik (Tse Tsun) dan Surabaya. Banyak orang Tionghoa Islam
mempunyai nama Jawa dan dengan sendirinya juga nama Arab. Pada jaman itu
sebagai Muslimin mempunyai nama Arab meninggihkan gengsi.

Salah satu cucunya Raden Patah tercatat mempunyai cita2 untuk menyamai
Sultan Turki. Menurut De Graaf dan Pigeaud, Sunan Prawata (Muk Ming) raja
Demak terachir yang mengatakan pada Manuel Pinto, beliau berjuang
sekeras2nya untuk meng-Islamkan seluruh Jawa. Bila berhasil beliau akan
menjadi "segundo Turco" (seorang Sultan Turki ke II) setanding sultan
Turki Suleiman I dengan kemegahannya. Nampaknya selain naik haji beliau
telah mengunjungi Turki.

Sumber2 Pribumi menegaskan raja-raja Kerajaan Demak orang Tionghoa atau
Tionghoa peranakan Jawa. Terlalu banyak untuk memuat semua nama2 tokoh
sejarah yang di-identifikasi sebagai orang Tionghoa. Diantaranya Raden
Kusen (Kin San, adik tiri Raden Patah), Sunan Bonang (Bong Ang, putera
Sunan Ngampel alias Bong Swee Ho), Sunan Derajat juga putera Sunan
Ngampel, Sunan Kalijaga (Gan Si Chang), Ja Tik Su (tidak jelas beliau
Sunan Undung atau Sunan Kudus. Ada sumber mengatakan Sunan Undung ayah
Sunan Kudus dan menantunya Sunan Ngampel), Endroseno, panglima terachir
tentara Sunan Giri, Pangeran Hadiri alias Sunan Mantingan suami Ratu
Kalinyamat, Ki Rakim, Nyai Gede Pinatih (ibu angkatnya Sunan Giri dan
keturunannya Shih Chin Ching tuan besar (overlord) orang Tionghoa di
Palembang), Puteri Ong Tien Nio yang menurut tradisi adalah isterinya
Sunan Gunung Jati, Cekong Mas (dari keluarga Han, makamnya terletak
didalam suatu langgar di Prajekan dekat Situbondo Jawa Timur dan dipandang
suci), Adipati Astrawijaya, bupati yang diangkat oleh VOC Belanda tetapi
memihak pemberontak ketika orang2 Tionghoa di Semarang berontak melawan
Belanda pada thn. 1741 dan Raden Tumenggung Secodiningrat Yokyakarta (Baba
Jim Sing alias Tan Jin Sing). Menurut prof. Muljana, Sunan Giri dari pihak
ayahnya adalah cucu dari Bong Tak Keng, seorang Muslim asal Yunnan
Tiongkok yang terkenal sebagai Raja Champa, suatu daerah yang kini menjadi
bagian Vietnam. Bong Tak Keng koordinator Tionghoa Perantauan di Asia
Tenggara. Ayah ibunya Sunan Giri adalah Raja Blambangan, Jawa Timur. Giri
nama bukit di Gresik.

Pengaruh arsitektur Tionghoa terlihat pada bentuk mesjid2 di Jawa terutama
di daerah2 pesisir bagian Utara. Agama Islam yang pertama masuk di
Sumatera Selatan dan di Jawa mazhab (sekte) Hanafi. Datangnya melalui
Yunnan Tiongkok pada waktu dynasti Yuan dan permulaan dynasti Ming. Prof.
Muljana berpendapat bila agama Islam di pantai Utara Jawa masuknya dari
Malaka atau Sumatera Timur, mazhabnya Syafi’i dan/atau Syi’ite dan ini
bukan demikian halnya. Beliau menekankan mazhab Hanafi hingga abad ke 13
hanya dikenal di Central Asia, India Utara dan Turki. Meskipun agama Islam
pada abad ke 8 sudah tercatat di Tiongkok, Mazhab Hanafi baru masuk
Tiongkok jaman dynasti Yuan abad ke 13, setelah Central Asia dikuasai
Jengiz Khan.

Kepergian banyak Muslim Tionghoa (exodus) dari Tiongkok terjadi pada
thn.1385 ketika diusir dari kota Canton. Jauh sebelum itu, Champa sudah
diduduki Nasaruddin jendral Muslim dari Kublai Khan. Jendral Nasaruddin
diduga telah mendatangkan agama Islam ke Cochin China. Sejumlah pusat
Muslim Tionghoa didirikan di Champa, Palembang dan Jawa Timur.

Ketika pada thn.1413 Ma Huan mengunjungi Pulau Jawa dengan Laksamana Cheng
Ho, beliau mencatat agama Islam terutama agamanya orang Tionghoa dan orang
Ta-shi (menurut prof. Muljana orang2 Arab). Belum ada Muslimin Pribumi.

Pada thn.1513-1514 Tome Pires mengambarkan kota Gresik sebagai kota makmur
dikuasai oleh orang2 Muslim asal luar Jawa. Pada thn. 1451 Ngampel Denta
didirikan oleh Bong Swee Ho alias Sunan Ngampel untuk menyebarkan agama
Islam mazhab Hanafi diantara orang2 Pribumi. Sebelum itu beliau mempunyai
pusat Muslim Tionghoa di Bangil. Pusat ini ditutup setelah bantuan dari
Tiongkok berhenti karena tahun 1430 hingga 1567 berlaku maklumat kaisar
melarang orang2 Tionghoa untuk meninggalkan Tiongkok.

Sangat menarik perhatian karena saya alami sendiri, setidak2nya hingga
jaman pendudukan Jepang, rakyat kota Malang Jawa Timur masih mempergunakan
sebutan "Kyai" untuk seorang lelaki Tionghoa Totok. Kyai berarti guru
agama Islam. Padahal yang dijuluki itu bukan orang Islam. Kebiasaan tsb
peninggalan jaman dulu. Gelar Sunan berasal dari perkataan dialek Tionghoa
Hokkian "Suhu, Saihu". 8 Orang Wali Songo mazhab Hanafi bergelar Sunan.

Satu dari Wali Songo mazhab Syi’ite bergelar Syeh dari bahasa Arab Sheik.
Kesimpulan wajar, para aktivis Islam mazhab Hanafi di Asia Tenggara semasa
itu semuanya orang Tionghoa. Sedikit banyak dapat dipersamakan dengan
penyebaran agama Kristen dari Eropa ke lain-lain benua. Hingga abad ke 19
kaum penyebar diatas tingkat lokal dapat dikatakan semuanya orang Eropa.
Tanah Tiongkok hampir seluas Eropa. Membuat perbandingan dengan Tiongkok
tidak dapat dilakukan dengan salah satu negara Eropa tetapi harus dengan
seluruh Eropa. Seperti juga suku2 Eropa dengan bahasa2nya berbeda satu
sama lain, demikian pula terdapat perbedaan antara suku2 dengan bahasa2nya
di Tiongkok. Keunggulan Tiongkok memiliki tulisan ideogram yang dapat
dimengerti meskipun bahasanya berlainan.
Lit.:
- De Graaf and Pigeaud "De eerste Moslimse Vorstendommen op Java",
"Islamic states in Java 1500-1700".
- Amen Budiman "Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia".
- Slametmuljana (dalam buku bahasa Inggris ini, nama penulisnya disambung
menjadi satu) "A story of Majapahit".
- Slamet Muljana "Runtuhnya keradjaan Hindu Djawa dan timbulnja negara2
Islam di Nusantara".
- Jan Edel "Hikajat Hasanoeddin".
(Sie Hok Tjwan)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons