About

check

Minggu, 28 Desember 2008

KELOMPOK ISLAM DI SOMALIA SEMAKIN BERKUASA

Citra Al-Shahab identik dengan kelompok Islam garis keras di Somalia. Pada pertengahan bulan Agustus, Al-Shahab berhasil menguasai wilayah Jubba, Jubba Tengah dan Gedo dan berbagi kekuasaan dengan milisi-milisi serta pemerintahan lokal.
SOMALIA (Suaramedia) Sejak pecah dari Persatuan Mahkamah Islamiyah, kelompok Al-Shahab makin kuat dan berhasil menguasi sejumlah wilayah penting di Somalia, antara lain Kismayo, Merca dan sebagian besar wilayah selatan Somalia. Persatuan Mahkamah Islamiyah memegang kendali
pemerintahan di Somalia selama enam bulan sebelum ditumbangkan oleh pasukan pemerintah Federal yang didukung pasukan dari Ethiopia tahun 2006 lalu, yang menjadi awal konflik di negeri itu hingga hari ini.
Kehadiran pasukan Ethiopia di kancah konflik Somalia, mendapatkan dukungan dari negara AS.

Saat ini kelompok Al-Shahab bisa dikatakan menjadi kelompok Islamis yang paling berkuasa di Somalia. Namun kehadiran mereka membuat rakyat Somalia ketakutan dan merasa tidak aman. Sebagian besar rakyat Somalia menilai sikap kelompok al-Shahab otoriter, fanatik dan garis keras sehingga banyak rakyat Somalia yang merasa bahwa masa pemerintahan Persatuan Mahkamah Islamiyah jauh lebih baik.
Kelompok Al-Shahab keluar dari Persatuan Mahkamah Islamiyah karena tidak sepakat dengan langkah yang diambil Mahkamah bernegosiasi dengan pemerintah sehingga terbentuklah pemerintahan transisi Transitional Federal Government (TFG) yang dipimpin oleh Presiden Abdullahi Yusuf.
Al-Shahab menolak bekerjasama lagi dengan Persatuan Mahkamah Islamiyah dan lebih memilih berkolaborasi dengan kelompok Kaanboni pimpinan Hassan Turki serta kelompok kecil bernama Front Islami. Kelompok Kaanboni oleh pemerintah AS dimasukkan dalam daftar kelompok teroris, begitu pula al-Shahab saat menyatakan keluar dari Mahkamah Islamiyah.
Citra Al-Shahab identik dengan kelompok Islam garis keras di Somalia. Pada pertengahan bulan Agustus, Al-Shahab berhasil menguasai wilayah Jubba, Jubba Tengah dan Gedo dan berbagi kekuasaan dengan milisi-milisi serta pemerintahan lokal. Menurut sumber-sumber di wilayah itu, kehadiran Al-Shahab menimbulkan ketakutan di kalangan warga lokal karena sikap para milisi Al-Shahab yang kerap mengancam mereka. Warga setempat hanya punya dua pilhan, mematuhi perintah Al-Shahab atau mengungsi ke negara lain.
"Anda diam dan mematuhi perintah kelompok Islamis itu, atau pindah ke negeri-negeri tetangga, atau mati begitu saja di dunia ini," kata seorang warga.
Pasukan Al-Shahab juga bisa bebas berkeliaran di ibukota, Mogadishu dengan menggunakan kendaraan rampasan milik pemerintah. Tak ada yang berani melawan mereka. Apalagi pasukan pemerintah, pasukan Ethiopia dan pasukan perdamaian dari Uni Afrika kebanyakan terkonsentrasi di bandara, pelabuhan, istana presiden dan kamp-kamp militer. Pasukan-pasukan pemerintah dan pasukan asing kerap menjadi korban penyergapan pasukan Al-Shahab.
Al-Shahab juga dilaporkan sering mengancam para pekerja kemanusiaan yang membuka kantor di Somalia dan siapa saja yang dianggap mendukung pemerintahan transisi Somalia.
Seiring dengan kekalahan-kekalahan yang dialami pasukan pemerintahan transisi Somalia selama lima bulan terakhir, aksi-aksi serangan terhadap para aktivis sosial kemasyarakatan, pekerja LSM dan aktivis bantuan internasional semakin meningkat. Sebagian dari mereka diculik dan tidak diketahui nasibnya.
Eksistensi Al-Shahab di Somalia bukan hanya memicu ketakutan dan kekhawatiran di Somalia, tapi juga dunia internasional terhadap kondisi kemanusiaan yang makin memburuk di negeri itu. Keinginan untuk menarik pasukan asing, terutama pasukan Ethiopia pun menjadi dilematis.
Buah Simalakama

Pada awalnya, Al-Shahab yang kala itu masih bergabung dengan Persatuan Mahkamah Islamiyah bersama-sama berjuang untuk mengusir pasukan Ethiophia yang dianggap sudah ikut campur dalam urusan dalam negeri Somalia. Ethiophia berani mengirimkan pasukannya ke Somalia karena mendapat dukungan dan restu dari AS untuk menumbangkan pemerintahan Mahkamah Islamiyah.
Namun sekarang konflik Somalia makin rumit, karena Al-Shahab dan Persatuan Mahkamah Islamiyah justeru gontok-gontokan dan saling serang. Mahkamah Islamiyah pernah menangkap sejumlah pasukan Al-Shahab karena mencurigai kelompok itu menculik seorang pejabat Mahkamah Islamiyah.
Pasukan Ethiopia sendiri tidak berkutik menghadapi perlawanan kelompok Al-Shahab sehingga kehadiran mereka tidak efektif lagi untuk melindungi pemerintahan transisi Somalia. Sementara kelompok Al-Shahab makin menunjukkan kekuatannya dan berhasil memperluas daerah kekuasaannya.
Seandainya Ethiopia mundur dari Somalia, setidaknya mereka tidak terperangkap dalam kekacauan akibat konflik internal di negeri itu. Meski dampaknya akan menimbulkan kevakuman kekuasaan yang potensial memicu konflik lebih dalam di Somalia. Tapi pemerintahan di Addis Ababa, ibukota Ethiopia, nampaknya akan memilih jalan yang mereka anggap terbaik di tengah situasi yang sangat buruk, keluar dari Somalia. Jika itu terjadi, mampukah Somalia mengatasi konflik di dalam negerinya yang sudah membuat rakyatnya demikian menderita? (dari berbagai sumber)
http://www.suaramedia.com
KAMIS, 04 DESEMBER 2008 16:31

TAKUT ISLAMISASI,WARGA TOLAK PENDIRIAN MASJID DI KOTA PANKOW,BERLIN TIMUR

Warga Pankow-Heinersdorf, sebuah kota kecil di Berlin Timur, Jerman menolak pembangunan masjid pertama di wilayah itu meski sudah mendapat izin dari pemerintah kota setempat. Mereka juga mengatakan tidak mau hidup berdampingan dengan warga Muslim.
Beragam alasan yang dikemukakan warga atas penolakan tersebut. Seorang laki-laki berusia 50 tahunan pada AFP, Minggu (14/5) menuding warga Muslim ingin mendirikan kekhalifahan di Eropa.

"Meski masjid itu tidak besar dan mereka (warga Muslim) mengatakan tidak akan menimbulkan kebisingan, saya tidak mau ada masjid di sini," kata laki-laki yang tidak mau disebut namanya itu.
Menurut walikota distrik Pankow, Burkhard Kleinert yang juga anggota kelompok sayap kiri di Jerman, warga di kota itu ketakutan wilayahnya akan 'di-Islamkan' sehingga harga tanah akan anjlok. Mereka juga khawatir pendirian masjid itu akan menimbulkan persoalan dan keramaian.
Kleinert mengatakan, dewan lokal sudah menerima sejumlah ancaman yang menyatakan akan membakar masjid jika jadi didirikan. Atas munculnya konflik ini, ia menyalahkan dewan kota yang tidak memberi informasi sebelumnya pada warga lokal bahwa mereka sudah menjual sepetak tanah pada warga Muslim setempat.
Pada akhir Maret lalu, dewan kota menggelar pertemuan publik yang dihadiri sekitar 500 orang tentang rencana pendirian masjid itu. Pertemuan yang melibatkan para pemuka agama Islam dan anggota partai neo Nazi, Partai Nasional Demokratik, dilakukan sebanyak tiga kali dan hampir berakhir dengan keributan.
Sekarang, warga setempat membentuk sebuah komite resmi untuk menentang pendirian masjid tersebut dan memisahkan diri dari kalangan neo Nazi yang juga memprotes pendirian masjid itu.
Melihat situasi yang tidak memungkinkan, warga Muslim di Pankow-Heinersdorf mengalah dan menunda pembangunan masjid tersebut. "Kami akan menunggu sampai sikap warga reda sebelum kami memulai pembangunan," kata Imam Abdul Tariq. Padahal surat izin pembangunan dari walikota sudah keluar sejak bulan April lalu.
Tariq mengaku heran dengan alasan kekhawatiran yang diajukan warga. Namun ia bertekad untuk memberikan pengertian pada warga setempat. "Kami akan mengatasi sikap penentangan mereka dengan menunjukkan bahwa kami adalah umat yang bersahabat dan berperilaku baik," katanya. Tariq menegaskan, kalau warga tetap menentang, ia akan minta aparat keamanan ikut menjaga masjid mereka.
Warga Muslim di Jerman telah berhasil mendirikan sebuah masjid di kota Tegel dekat bandara. Mereka terpaksa mendirikan masjid di tempat itu karena mereka hanya mampu membeli tanah di tempat itu. Padahal letaknya tidak cukup layak, karena berada di tengah-tengah jalan utama, gedung-gedung apartemen dan toko-toko makanan cepat saji. Warga Muslim di Berlin membeli tanah itu dari sebuah perusahaan yang menanganai privatisasi tanah-tanah milik bekas kelompok Republik Demokratik Jerman.
Masjid sebenarnya bukan bangunan yang asing bagi warga Jerman. Masjid pertama di Jerman didirikan di Postdam oleh Raja Frederick William I asal Prusia untuk pasukan tentaranya yang berasal dari Turki.
Saat ini ada sekitar 30 masjid di Jerman, kebanyakan berada di kota Neukölln dan Kreuzberg. Di kota Berlin sendiri, masjid pertama dibangun pada 1924. Saar ini jumlah warga Muslim di Jerman diperkirakan mencapai 3,4 juta jiwa, 2/3 nya adalah Muslim keturunan Turki. Agama Islam menjadi agama ketiga terbesar di Jerman setelah Protestan dan Katolik. (ln/iol)

Rabu, 17 Desember 2008

512 TAHUN JATUHNYA KEJAYAAN ISLAM DI SPANYOL

ANDALUSIA LAHIRKAN CENDEKIAWAN MUSLIM
oleh Marsudi Fitro Wibowo*

TENTU kita masih ingat akan sejarah kedatangan Thariq bin Ziyad bersama pasukannya pada bulan Mei tahun 711 M memasuki selat Gibraltar yang terletak di teluk Algeciras, sebagai cikal bakal perkembangan kebudayaan Islam dan kerajaan-kerajaan Islam yang mulai bercokol di tanah Andalusia (sekarang Spanyol). Berkat kedatangan Islam di Andalusia hampir delapan abad lamanya kaum Muslim mengusasi kota-kota penting seperti Toledo, Saragosa, Cordoba, Valencia, Malaga, Seville, Granada dan lain sebagainya, mereka membawa panji-panji ke-Islaman, baik dari segi Ilmu pengetahuan, Kebudayaan, maupun segi Arsitektur bangunan.


Di negeri inilah lahir tokoh-tokoh muslim ternama yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Agama Islam, Kedokteran, Filsafat, Ilmu Hayat, Ilmu Hisab, Ilmu Hukum, Sastra, Ilmu Alam, Astronomi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dengan segala kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad. Maka tak heran waktu itu pula bangsa-bangsa Eropa lainnya mulai berdatangan ke negeri Andalusia ini untuk mempelajari berbagai Ilmu pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol, dengan mempelejari buku-buku buah karya cendekiawan Andalusia baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.

Diantara cendekiawan-cendekiawan asal andalusia tercatat Ibnu Thufail (1107-1185) dilahirkan di Asya, Granada. Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Muhammad ibn Abdul Malik ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Thufail al-Qisi, ia pernah menjabat sebagai Mentri dalam bidang Politik di pemerintahan, dan juga pernah sebagai Gubernur untuk Wilayah Sabtah dan Tonjah di Magribi. Sebagai ahli falsafah, Ibnu Thufail adalah guru dari Ibnu Rusyd (Averroes), ia mengusai ilmu lainnya seperti ilmu hukum, pendidikan, dan kedokteran, sehingga Thufail pernah menjadi sebagai dokter pribadi Abu Ya'kub Yusuf seorang Amirul Muwahhidin. Ibnu Thufail atau di kenal pula dengan lidah Eropa sebagai Abubacer menulis Roman Filasafat dalam literatur abad pertengahan dengan nama Kitabnya "Hayy ibn Yaqzan", salah satu buku sebagai warisan dari ahli filsafat Islam tempo dulu yang sampai kepada kita, sedangkan sebagian karyanya hilang.

Al-Idrisi, lahir di Ceuta pada tahun 1100 M salah seorang ahli Geografi dengan nama lengkapnya Abu Abadallah Muhammad al-Idrisi, yang menulis Kitab Ar-Rujari atau dikenal dengan Buku Roger salah satu buku yang menjelaskan tentang peta dunia terlengkap, akurat, serta menerangkan pembagian-pembagian zona iklim di dunia. Ar-Rujari sebuah karya yang diperbantukan untuk Raja Roger II, dimana buku ini sempat dimanfaatkan oleh orang-orang Eropa baik Muslim maupun non Muslim. Al-Idrisi adalah seorang yang tekun, pekerja keras dan tanpa lelah untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, ia menggali ilmu Geografi dan ilmu Botani di Kordoba Spanyol. Selain itu dalam melahirkan ahli Botani, Andalusia mencatat pula nama Abu Muhammad ibn Baitar atau Ibnu Baitar (1190-1248) yang dilahirkan di Malaga, dialah yang petama kali menggabungkan ilmu-ilmu botani Islam, dimana karyanya dijadikan sebagai standar referensi hingga abad ke-16.

Ibnu Bajjah (1082-1138), ia dilahirkan di Saragosa dengan nama lengkapnya Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya al-Saigh, ia adalah seorang yang cerdas sebagai ahli matematika, fisika, astronomi, kedokteran, filsafat, dan penyair dari golongan Murabitin, selain hafal Al-Qur'an beliaupun piawai dalam bermain musik gambus. Kepercayaanya terhadap Ibnu Bajjah dalam bermain politik semasa kepemimpinan Abu Bakr Ibrahim ia diangkat menjadi Mentri di Saragosa. Karangannya yang terkenal adalah an-Nafs (Jiwa) yang menguraikan tentang keadaan jiwa yang terpengaruhi oleh filsafat Aristoles, Galenos, al-Farabi, dan Ar-Razi. Dalam usia 56 tahun Ibnu Bajjah meninggal sebab diracuni dan hasil karyanya banyak yang dimusnahkan, namun ajaran-ajarannya mempengaruhi para ilmuwan berikutnya di tanah Andalusia.

Ibnu Rusyd (1126-1198) lahir di Cordova lidah barat menyebutnya Averroes yang nama lengkapnya adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd adalah seorang ahli hukum, ilmu hisab (arithmatic), kedokteran, dan ahli filsafat terbesar dalam sejarah Islam dimana ia sempat berguru kepada Ibnu Zuhr, Ibn Thufail, dan Abu Ja'far Harun dari Truxillo. Pada tahun 1169 Ibn Rusyd dilantik sebagai hakim di Sevilla, pada tahun 1171 dilantik menjadi hakim di Cordova. Karena kepiawaiannya dalam bidang kedokteran Ibnu Rusyd diangkat menjadi dokter istana tahun 1182.

Karya besar yang di tulis oleh Ibnu Rusyd adalah Kitab Kuliyah fith-Thibb (Encyclopaedia of Medicine) yang terdiri dari 16 jilid, yang pernah di terjemahkan kedalam bahasa Latin pada tahun 1255 oleh seorang Yahudi bernama Bonacosa, kemudian buku ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan nama "General Rules of Medicine" sebuah buku wajib di universitas-universitas di Eropa. Karya lainnya Mabadil Falsafah (pengantar ilmu falsafah), Taslul, Kasyful Adillah, Tahafatul Tahafut, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Tafsir Urjuza (menguraikan tentang pengobatan dan ilmu kalam), sedangkan dalam bidang musik Ibnu Rusyd telah menulis buku yang berjudul "De Anima Aristotles" (Commentary on the Aristotles De Animo). Ibnu Rusyd telah berhasil menterjemahan buku-buku karya Aristoteles (384-322 SM) sehingga beliau dijuluki sebagai asy-Syarih (comentator) berkat Ibnu Rusyd-lah karya-karya Aristoteles dunia dapat menikmatinya. Selain itu beliaupun mengomentari buku-buku Plato (429-347 SM), Nicolaus, Al-Farabi (874-950), dan Ibnu Sina (980-1037).

Ibnu Rusyd seorang yang cerdas dan berfikiran kedepan sempat dituduh sebagai orang Yahudi karena pemikiran-pemikirannya sehingga beliau di asingkan ke Lucena dan sebagian karyanya dimusnahkan. Doktrin Averoism mampu pengaruhi Yahudi dan Kristen, baik barat maupun timur, seperti halnya pengaruhi Maimonides, Voltiare dan Jean Jaques Rousseau, maka boleh dikatakan bahwa Eropah seharusnya berhutang budi pada Ibnu Rusyd.

Ibnu Zuhr (1091-1162) atau Abumeron dikenal pula dengan nama Avenzoar yang lahir di Seville adalah seorang ahli fisika dan kedokteran beliau telah menulis buku "The Method of Preparing Medicines and Diet" yang diterjemahkan kedalam bahasa Yahudi (1280) dan bahasa Latin (1490) sebuah karya yang mampu pengaruhi Eropa dalam bidang kedokteran setelah karya-karya Ibnu Sina Qanun fit thibb atau Canon of Medicine yang terdiri dari delapan belas jilid.

Ibnu Arabi (1164-1240), dikenal juga sebagai Ibnu Suraqah, Ash-Shaikhul Akbar, atau Doktor Maximus yang dilahirkan di Murcia (tenggara Spanyol). Pada usia delapan tahun tepatnya tahun 1172 ia pergi ke Lisbon untuk belajar pendidikan Agama Islam yakni belajar Al-Qur'an dan hukum-hukum Islam dari Syekh Abu Bakar bin Khalaf. Setelah itu ia pergi ke Seville salah satu pusat Sufi di Spanyol, disana ia menetap selama 30 tahun untuk belajar Ilmu Hukum, Theologi Islam, Hadits, dan ilmu-ilmu tashawwuf (Sufi).

Karyanya sungguh luar biasa, konon Ibnu Arabi menulis lebih dari 500 buah buku, sekarang di perpustakaan Kerajaan Mesir di Kairo saja masih tersimpan 150 karya Ibnu Arabi yang masih ada dan utuh. Diantara karya-karyanya adalah Tafsir Al-Qur'an yang terdiri 29 jilid, Muhadaratul Abrar Satu jilid, Futuhat terdiri 20 jilid, Muhadarat 5 jilid, Mawaqi'in Nujum, at-Tadbiratul Ilahiyyah, Risalah al-khalwah, Mahiyyatul Qalb, Mishkatul Anwar, al Futuhat al Makiyyah yakni suatu sistim tasawwuf yang terdiri dari 560 bab dan masih banyak lagi karangan-karangan hasil pemikiran Ibnu Arabi yang mempengaruhi para sarjana dan pemikir baik di Barat maupun Timur setelah kepergiaanya.

Ibnu Arabi dengan nama lengkapnya Syekh Mukhyiddin Muhammad Ibnu 'Ali adalah salah seorang sahabat dekat Ibnu Rusyd. Ia sering berkelana untuk thalabul 'ilmi (mencari ilmu) dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya seperti ke Maghribi, Cordova, Mesir, Tunisa, Fez, Maroko, Jerussalem, Makkah, Hejaz, Allepo, Asia kecil, dan Damaskus hingga wafatnya disana dan dimakamkan di Gunung Qasiyun.

**
Hampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di Andalusia sejak tahun 711 M hingga berakhirnya kekuasaan Islam di Granada pada tanggal 2 Januari 1492 M / 2 Rabiul Awwal 898 H tepatnya 512 tahun lalu, Andalusia dalam masa kejayaan Islam telah melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang tertulis dengan tinta emas di sepanjang jaman. Karya mereka yang masih ada banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa di penjuru dunia. Sehingga universitas-universitas dibangun di negeri ini ditengah ancaman musuh-musuhnya.

Itulah keunikan para ulama, cendekiawan-cendekiawan tempo dulu bukan saja menguasai satu bidang ilmu pengetahuan namun mereka menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang disegani dan tanpa pamrih, hingga nama mereka dikenang oleh setiap insan. Kini bukti kemajuan akan peradaban Islam tempo dulu di Spanyol dapat kita lihat sisa-sisa bangunan yang penuh sejarah dari Toledo hingga Granada, dari Istana Cordova hingga Alhambra. Dan disinilah berkat kekuasaan Tuhan walaupun kekuasaan Islam di Spanyol telah jatuh kepada umat Kristen beberapa abad silam yang menjadikan Katolik sebagai agama resmi, namun karya-karya anak negeri ini mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa bagi umat manusia hingga di abad milenium yang super canggih.

Satu hal yang harus kita renungkan sekarang, apa yang telah engkau berikan kepada bangsa dan umat manusia ini. Kemanfaatan atau Kemadlaratan?.

***
*) Penulis adalah Alumni Universitas Langlangbuana Bandung (Yayasan Brata Bhakti POLRI Jawa Barat).

Selasa, 02 Desember 2008

"HAMAN" DAN BANGUNAN MESIR KUNO


Al Qur'an mengisahkan kehidupan Nabi Musa AS dengan sangat jelas. Tatkala memaparkan perselisihan dengan Fir'aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al Qur'an menyingkap berlimpah keterangan tentang Mesir kuno. Pentingnya banyak babak bersejarah ini hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia. Ketika seseorang memperhatikan babak-babak bersejarah ini dengan pertimbangan, seketika akan menjadi jelas bahwa Al Qur'an, dan sumber pengetahuan yang dikandungnya, telah diwahyukan oleh Allah Yang Mahatahu dikarenakan Al Qur'an bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan, sejarah dan kepurbakalaan di masa kini.


Satu contoh pengetahuan ini dapat ditemukan dalam paparan Al Qur'an tentang Haman: seorang pelaku yang namanya disebut di dalam Al Qur'an, bersama dengan Fir'aun. Ia disebut di enam tempat berbeda dalam Al Qur'an, di mana Al Qur'an memberitahu kita bahwa ia adalah salah satu dari sekutu terdekat Fir'aun.

Anehnya, nama “Haman” tidak pernah disebutkan dalam bagian-bagian Taurat yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa AS. Tetapi, penyebutan Haman dapat ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS. Al Qur'an, yang jauh lebih bersesuaian dengan penemuan-penemuan kepurbakalaan masa kini, benar-benar memuat kata “Haman” yang merujuk pada masa hidup Nabi Musa AS.

Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Kitab Suci Islam oleh sejumlah kalangan di luar Muslim terbantahkan tatkala naskah hiroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, dan nama “Haman” ditemukan di naskah-naskah kuno itu. Hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno tidak dapat dipahami. Bahasa Mesir kuno tersusun atas lambang-lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa hiroglifik. Gambar-gambar ini, yang memaparkan kisah dan membukukan catatan peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern, biasanya diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan berabad-abad. Dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3, Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan hiroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu. Contoh terakhir penggunaan tulisan hiroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan lambang telah terlupakan, menyisakan tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya. Sudah tentu hal ini menjadikan pengkajian sejarah dan kepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar 2 abad silam.

Pada tahun 1799, kegembiraan besar terjadi di kalangan sejarawan dan pakar lainnya, rahasia hiroglif Mesir kuno terpecahkan melalui penemuan sebuah prasasti yang disebut “Batu Rosetta.” Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM. Nilai penting prasasti ini adalah ditulisnya prasasti tersebut dalam tiga bentuk tulisan: hiroglif, demotik (bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir kuno) dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir kuno diterjemahkan. Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh orang Prancis bernama Jean-Françoise Champollion. Dengan demikian, sebuah bahasa yang telah terlupakan dan aneka peristiwa yang dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno menjadi tersedia bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.

Melalui penerjemahan hiroglif, sebuah pengetahuan penting tersingkap: nama “Haman” benar-benar disebut dalam prasasti-prasasti Mesir. Nama ini tercantum pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan dekat antara Haman dan Fir'aun. 1

Dalam kamus People in the New Kingdom , yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai “pemimpin para pekerja batu pahat”. 2

Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda dengan pernyataan keliru para penentang Al Qur'an, Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa AS. Ia dekat dengan Fir'aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan, persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur'an.

Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". (QS. Al Qashas, 28:38)

Ayat dalam Al Qur'an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana Fir'aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Al Qur'an terbukti keliru dan tidak bernilai intelektual.

Secara menakjubkan, Al Qur'an menyampaikan kepada kita pengetahuan sejarah yang tak mungkin dimiliki atau diketahui di masa Nabi Muhammad SAW. Hiroglif tidak mampu dipecahkan hingga akhir tahun 1700-an sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama “Haman” ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi bagi kebenaran mutlak Firman Allah.

HARUN YAHYA

Bangsa Moro dalam lintasan Sejarah

Secara geografis wilayah Filipina terbagi dua wilayah kepulauan besar, yaitu utara dengan kepulauan Luzon dan gugusannya serta selatan dengan kepulauan Mindanao dan gugusannya. Muslim Moro atau lebih dikenal dengan Bangsa Moro adalah komunitas Muslim yang mendiami kepulauan Mindanao-Sulu beserta gugusannya di Filipina bagian selatan.


Sejarah masuknya Islam

Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao, pada tahun 1380. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut.
Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda adalah seorang pangiran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao, memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan kodifikasi hukum yaitu Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan Fathu-i-Qareeb, Taqreebu-i-Intifa dan Mir-atu-Thullab.
Manguindanao kemudian menjadi seorang Datu yang berkuasa atas propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datu atau Raja bahkan setelah kedatangan orang-orang Spanyol. Konon menurut para ahli sejarah kata Manila (ibukota Filipina sekarang) berasal dari kata Amanullah (negeri Allah yang aman). Pendapat ini bisa jadi benar mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat Islam sub-kontinen (anak benua India).

Masa Kolonial Spanyol

Sejak masuknya orang-orang Spanyol ke Filipina pada 16 Maret 1521, penduduk pribumi telah mencium adanya maksud lain dibalik "ekspedisi ilmiah" Ferdinand de Magellans. Ketika kolonial Spanyol menaklukan wilayah utara dengan mudah dan tanpa perlawanan berarti, tidak demikian halnya dengan wilayah selatan. Mereka justru menemukan penduduk wilayah selatan melakukan perlawanan sangat gigih, berani dan pantang menyerah.
Tentara kolonial Spanyol harus bertempur mati-matian kilometer demi kilometer untuk mencapai Mindanao-Sulu (kesultanan Sulu takluk pada tahun 1876). Menghabiskan lebih dari 375 tahun masa kolonialisme dengan perang berkelanjutan melawan kaum Muslimin. Namun, walaupun demikian, kaum Muslimin tidak pernah dapat ditundukan secara total.
Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah and kuasai) serta mision-sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi (julukan terhadap hal-hal yang buruk) sebagai "Moor" (Moro). Artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang-orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut.
Tahun 1578 terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina sendiri. Penduduk pribumi wilayah Utara yang telah dikristenkan dilibatkan dalam ketentaraan kolonial Spanyol, kemudian di adu domba dan disuruh berperang melawan orang-orang Islam di selatan. Sehingga terjadilah peperangan antar orang Filipina sendiri dengan mengatasnamakan "misi suci". Dari sinilah kemudian timbul kebencian dan rasa curiga orang-orang Kristen Filipina terhadap Bangsa Moro yang Islam hingga sekarang.
Sejarah mencatat, orang Islam pertama yang masuk Kristen akibat politik yang dijalankan kolonial Spanyol ini adalah istri Raja Humabon dari pulau Cebu, kemudian Raja Humabon sendiri dan rakyatnya.

Masa Imperialisme Amerika Serikat

Sekalipun Spanyol gagal menundukkan Mindanao dan Sulu, Spanyol tetap menganggap kedua wilayah itu merupakan bagian dari teritorialnya. Secara tidak sah dan tak bermoral Spanyol kemudian menjual Filipina kepada Amerika Serikat seharga US$ 20 juta pada tahun 1898 melalui Traktat Paris.
Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri mereka sebagai seorang sahabat baik dan dapat dipercaya. Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Traktat Bates (20 Agustus 1898) yang menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan mendapatkan pendidikan bagi Bangsa Moro. Namun traktat tersebut hanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak, karena pada saat yang sama Amerika tengah disibukkan dengan pemberontakan kaum revolusioner Filipina Utara pimpinan Emilio Aguinaldo.
Terbukti setelah kaum revolusioner kalah pada 1902, kebijakan AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung dan penjajahan terbuka. Setahun kemudian (1903) Mindanao dan Sulu disatukan menjadi wilayah propinsi Moroland dengan alasan untuk memberadabkan (civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu. Periode berikutnya tercatat pertempuran antara kedua belah pihak. Teofisto Guingona, Sr. mencatat antara tahun 1914-1920 rata-rata terjadi 19 kali pertempuran. Tahun 1921-1923, terjadi 21 kali pertempuran.
Patut dicatat bahwa selama periode 1898-1902, AS ternyata telah menggunakan waktu tersebut untuk membebaskan tanah serta hutan di wilayah Moro untuk keperluan ekspansi para kapitalis. Bahkan periode 1903-1913 dihabiskan AS untuk memerangi berbagai kelompok perlawanan Bangsa Moro.
Namun Amerika memandang peperangan tak cukup efektif meredam perlawanan Bangsa Moro, Amerika akhirnya menerapkan strategi penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan. Kebijakan ini kemudian disempurnakan oleh orang-orang Amerika sebagai ciri khas penjajahan mereka.
Kebijakan pendidikan dan bujukan yang diterapkan Amerika terbukti merupakan strategi yang sangat efektif dalam meredam perlawanan Bangsa Moro. Sebagai hasilnya, kohesitas politik dan kesatuan di antara masyarakat Muslim mulai berantakan dan basis budaya mulai diserang oleh norma-norma Barat.
Pada dasarnya kebijakan ini lebih disebabkan keinginan Amerika memasukkan kaum Muslimin ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengasimilasi kaum Muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orang-orang Kristen. Seiring dengan berkurangnya kekuasaan politik para Sultan dan berpindahnya kekuasaan secara bertahap ke Manila, pendekatan ini sedikit demi sedikit mengancam tradisi kemandirian yang selama ini dipelihara oleh masyarakat Muslim.

Masa Peralihan

Masa pra-kemerdekaan ditandai dengan masa peralihan kekuasaan dari penjajah Amerika ke pemerintah Kristen Filipina di Utara. Untuk menggabungkan ekonomi Moroland ke dalam sistem kapitalis, diberlakukanlah hukum-hukum tanah warisan jajahan AS yang sangat kapitalistis seperti Land Registration Act No. 496 (November 1902) yang menyatakan keharusan pendaftaran tanah dalam bentuk tertulis, ditandatangani dan di bawah sumpah. Kemudian Philippine Commission Act No. 718 (4 April 1903) yang menyatakan hibah tanah dari para Sultan, Datu, atau kepala Suku Non-Kristen sebagai tidak sah, jika dilakukan tanpa ada wewenang atau izin dari pemerintah. Demikian juga Public Land Act No. 296 (7 Oktober 1903) yang menyatakan semua tanah yang tidak didaftarkan sesuai dengan Land Registration Act No. 496 sebagai tanah negara, The Mining Law of 1905 yang menyatakan semua tanah negara di Filipina sebagai tanah yang bebas, terbuka untuk eksplorasi, pemilikan dan pembelian oleh WN Filipina dan AS, serta Cadastral Act of 1907 yang membolehkan penduduk setempat (Filipina) yang berpendidikan, dan para spekulan tanah Amerika, yang lebih paham dengan urusan birokrasi, untuk melegalisasi kalim-klaim atas tanah.
Pada intinya ketentuan tentang hukum tanah ini merupakan legalisasi penyitaan tanah-tanah kaum Muslimin (tanah adat dan ulayat) oleh pemerintah kolonial AS dan pemerintah Filipina di Utara yang menguntungkan para kapitalis.
Pemberlakukan Quino-Recto Colonialization Act No. 4197 pada 12 Februari 1935 menandai upaya pemerintah Filipina yang lebih agresif untuk membuka tanah dan menjajah Mindanao. Pemerintah mula-mula berkonsentrasi pada pembangunan jalan dan survei-survei tanah negara, sebelum membangun koloni-koloni pertanian yang baru. NLSA - National Land Settlement Administration - didirikan berdasarkan Act No. 441 pada 1939. Di bawah NLSA, tiga pemukiman besar yang menampung ribuan pemukim dari Utara dibangun di propinsi Cotabato Lama.
Bahkan seorang senator Manuel L. Quezon pada 1936-1944 gigih mengkampanyekan program pemukiman besar-besaran orang-orang Utara dengan tujuan untuk menghancurkan keragaman (homogenity) dan keunggulan jumlah Bangsa Moro di Mindanao serta berusaha mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Filipina secara umum.
Kepemilikan tanah yang begitu mudah dan mendapat legalisasi dari pemerintah tersebut mendorong migrasi dan pemukiman besar-besaran orang-orang Utara ke Mindanao. Banyak pemukin yang datang, seperti di Kidapawan, Manguindanao, mengakui bahwa motif utama kedatangan mereka ke Mindanao adalah untuk mendapatkan tanah. Untuk menarik banyak pemukim dari utara ke Mindanao, pemerintah membangun koloni-koloni yang disubsidi lengkap dengan seluruh alat bantu yang diperlukan. Konsep penjajahan melalui koloni ini diteruskan oleh pemerintah Filipina begitu AS hengkang dari negeri tersebut. Sehingga perlahan tapi pasti orang-orang Moro menjadi minoritas di tanah kelahiran mereka sendiri.

Masa Pasca Kemerdekaan hingga Sekarang

Kemerdekaan yang didapatkan Filipina (1946) dari Amerika Serikat ternyata tidak memiliki arti khusus bagi Bangsa Moro. Hengkangnya penjajah pertama (Amerika Serikat) dari Filipina ternyata memunculkan penjajah lainnya (pemerintah Filipina). Namun patut dicatat, pada masa ini perjuangan Bangsa Moro memasuki babak baru dengan dibentuknya front perlawanan yang lebih terorganisir dan maju, seperti MIM, Anshar-el-Islam, MNLF, MILF, MNLF-Reformis, BMIF. Namun pada saat yang sama juga sebagai masa terpecahnya kekuatan Bangsa Moro menjadi faksi-faksi yang melemahkan perjuangan mereka secara keseluruhan.
Pada awal kemerdekaan pemerintah Filipina disibukkan dengan pemberontakan kaum komunis Hukbalahab dan Hukbong Bayan Laban Sa Hapon. Sehingga tekanan terhadap perlawanan Bangsa Moro dikurangi. Gerombolan komunis Hukbalahab ini awalnya merupakan gerakan rakyat anti penjajahan Jepang, setelah Jepang menyerah mereka mengarahkan perlawanannya ke pemerintah Filipina. Pemberontakan ini baru bisa diatasi di masa Ramon Magsaysay, menteri pertahanan pada masa pemerintahan Eipidio Qurino (1948-1953).
Tekanan semakin terasa hebat dan berat ketika Ferdinand Marcos berkuasa (1965-1986).
Dibandingkan dengan masa pemerintahan semua presiden Filipina dari Jose Rizal sampai Fidel Ramos maka masa pemerintahan Ferdinand Marcos merupakan masa pemerintahan paling represif bagi Bangsa Moro. Pembentukan Muslim Independent Movement (MIM) pada 1968 dan Moro Liberation Front (MLF) pada 1971 tak bisa dilepaskan dari sikap politik Marcos yang lebih dikenal dengan Presidential Proclamation No. 1081 itu.
Perkembangan berikutnya kita semua tahu. MLF sebagai induk perjuangan Bangsa Moro akhirnya terpecah. Pertama, Moro National Liberation Front (MNLF) pimpinan Nurulhaj Misuari yang berideologikan nasionalis-sekuler. Kedua, Moro Islamic Liberation Front (MILF) pimpinan Salamat Hashim, seorang ulama pejuang, yang murni berideologikan Islam dan bercita-cita mendirikan negara Islam di Filipina Selatan. Namun dalam perjalanannya, ternyata MNLF pimpinan Nur Misuari mengalami perpecahan kembali menjadi kelompok MNLF-Reformis pimpinan Dimas Pundato (1981) dan kelompok Abu Sayyaf pimpinan Abdurrazak Janjalani (1993). Tentu saja perpecahan ini memperlemah perjuangan Bangsa Moro secara keseluruhan dan memperkuat posisi pemerintah Filipina dalam menghadapi Bangsa Moro.
Ditandatanganinya perjanjian perdamaian antara Nur Misuari (ketua MNLF) dengan Fidel Ramos (Presiden Filipina) pada 30 Agustus 1996 di Istana Merdeka Jakarta lebih menunjukkan ketidaksepakatan Bangsa Moro dalam menyelesaikan konflik yang telah memasuki 2 dasawarsa itu. Disatu pihak mereka menghendaki diselesaikannya konflik dengan cara diplomatik (diwakili oleh MNLF), sementara pihak lainnya menghendaki perjuangan bersenjata/jihad (diwakili oleh MILF).
Semua pihak memandang caranya lah yang paling tepat dan efektif. Namun agaknya Ramos telah memilih salah satu diantara mereka walaupun dengan penuh resiko. "Semua orang harus memilih, tidak mungkin memuaskan semua pihak," katanya.
Oleh: Iman Nugraha

Senin, 01 Desember 2008

Islam di Thailand


Thailand atau yang dahulu dikenal dengan nama Siam secara geografis terletak di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar 60 juta jiwa. Sebagian besar warga di negara ini dari etnis Thai dan menganut agama Budha. Diantara minoritas agama di Thailand, Islam adalah agama yang terbesar.

Sampai saat ini tidak ada data yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai jumlah warga muslim di negara ini. Jumlah yang sering disebut berkisar antara 6-15 persen. Namun demikian, pemerintah Bangkok secara resmi menyebut jumlah umat Islam di negara itu hanya sekitar 4 persen. Dengan persentase yang kecil berdasarkan data pemerintah, jumlah warga muslim di sana tidak lebih dari dua setengah juta jiwa.
Warga muslim di Thailand umumnya bermadzhab Sunni Syafi’i sementara hanya sekitar satu persen dari mereka menganut madzhab Syiah. Keberadaan muslim Syiah di Thailand bukan fenomena yang baru, tetapi sudah ada sejak abad 17 Masehi, setelah seorang peniaga dari Iran yang bernama Sheikh Ahmad Qomi hijrah ke negeri Siam tahun 1602. Sejarah menyebutkan bahwa setelah kedatangan Sheikh Ahmad Qomi, mulai terbentuk komunitas Syiah di Thailand, dan lambat laun upacara ritual yang identik dengan kaum Syiah seperti upacara peringatan Tasu’a dan Asyura membudaya di kalangan mereka.
Namun dua generasi setelah itu, akibat transfomasi yang terjadi di negeri itu sebagian keturunan Iran di Thailand mengganti agama mereka dan memeluk agama Budha. Dengan demikian, mulai muncul perpecahan di tengah keturunan Sheikh Ahmad Qomi. Mereka yang keluar dari Islam dan memeluk agama Budha umumnya melakukan hal itu karena dorongan ambisi kekuasaan. Keturunan Sheikh Ahmad Qomi yang masih memegang teguh keyakinan mereka memutuskan untuk berhijrah dari Ayutaya yang saat itu menjadi ibukota negara menuju ke kota kuno, Bangkok, demi menjaga agama.
Saat ini di Thailand terdapat sekitar 2.500 buah masjid, 250 diantaranya berada di ibukota, Bangkok. Sekitar 400-an masjid berada di provinsi Naratiwath, provinsi di selatan Thailand yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Masjid menjadi pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan di Thailand. Selain masjid, penyebaran dan pencerahan Islam dilakukan lewat pusat-pusat pendidikan agama Islam juga oleh lembaga Sheikhul Islam.Perlu dicatat bahwa terbentuknya lembaga Sheikhul Islam di negeri Budha seperti Thailand menunjukkan kredebilitas kelompok muslim dan kedudukannya di mata Raja.
Di Thailand, pusat pendidikan agama lazim disebut pondok. Saat ini di Thailand jumlah pusat pendidikan Islam mencapai lebih dari 500 sekolah. Dari jumlah itu 300 diantaranya tercatat secara resmi dalam daftar pemerintah. Di sekolah agama, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu dan Arab. Para pemimpin pondok biasanya menaruh perhatian yang besar pada masalah sholat dan hukum-hukumnya serta membaca dan menghafal al-Qur’an.
Pemerintah Thailand tidak memberikan legalisasi bagi ijazah yang dikeluarkan oleh sekolah agama Islam. Karena itu, ijazah para santri tidak dapat dimanfaatkan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah negeri atau untuk mencari pekerjaan. Akibatnya, mereka yang memiliki kecenderungan pada masalah agama lebih memilih untuk mengajar agama setelah menamatkan jenjang pendidikan. Kondisi seperti ini memaksa banyak warga muslim untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah negeri, padahal dalam hati kecil mereka menentang budaya yang diajarkan sekolah-sekolah negeri karena bertolak belakang dengan keyakinan agama Islam.
Bagi rezim Thailand, keberadaan sekolah-sekolah agama Islam cukup mengganggu program pemerintah yang ingin mensosialisasikan budaya Thai bagi seluruh warganya dan melebur warga muslim secara penuh ke dalam komunitas Thai. Untuk menekan apa yang dianggapnya sebagai gangguan ini, pemerintah Thailand memberlakukan pembatasan terhadap kegiatan sekolah-sekolah agama Islam. Tindakan lain yang dilakukan adalah berupaya memasukkan sekolah-sekolah tersebut ke dalam pengawasannya. Dengan memberikan ijazah yang dilegalisir, pemerintah berusaha menekan ‘ekstrimisme’ kelompok santri.
Berdasarkan penelitian yang ada, umat Islam di Thailand umumnya terdiri atas dua kelompok etnis. Etnis pertama adalah warga muslim Thai juga keturunan Burma yang merupakan penduduk asli Thailand dan Burma. Mereka umumnya memeluk agama Islam karena hubungan perkawinan. Biasanya dari sisi ekonomi, muslim Thai lebih mapan dan mereka tinggal di kawasan utara dan tengah Thailand. Etnis kedua adalah warga muslim Melayu. 90% muslim Thailand berasal dari etnis Melayu. Mereka umumnya tinggal di kawasan selatan yang berbatasan dengan Malaysia. Bahasa yang mereka gunakan sehari-hari adalah bahasa Melayu.
Kebijakan diskriminatif pemerintah Thailand terhadap warga muslim khususnya di wilayah selatan negara itu telah membangkitkan sentimen anti pemerintah pusat di tengah minoritas besar Thailand ini. Munculnya perlawanan bersenjata khususnya di kawasan selatan tidak dapat dipisahkan dari kebijakan diskriminatif tersebut. Muslimin di selatan Thailand pernah memberontak secara luas pada tahun 1948 yang dihadapi oleh pemerintah dengan tangan besi. Akibatnya sentimen dan permusuhan terus membara. Mungkin saja pemerintah Thailand dapat secara lahiriyah meredakan kerusuhan dan pemberontakan, namun kondisinya tetap seperti api dalam sekam. Dan kini, kerusuhan gelombang baru pecah sejak Januari 2004. Sudah lebih dari 2.500 orang tewas dan seluruh upaya yang dilakukan pemerintah Thailand -termasuk yang ditengahi oleh Malaysia- tidak berhasil meredakan konflik. Sebab konflik di selatan Thailand memerlukan penanganan sampai ke akarnya, yang salah satunya adalah dengan mengubah kebijakan diskriminatif pemerintah Bangkok terhadap mereka.


--------------------------------------------------------------------------------

[1] Sheikh Ahmad Qomi lahir di kota Qom Iran tahun 1543 Masehi dan pada tahun 1605 hijrah ke negeri Siam (Thailand). Ia menikah dengan seorang wanita keluarga kerajaan dan dianugerahi dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Dari ketiga anaknya, Sheikh Ahmad Qomi memiliki keturunan yang kini menetap di Thailand. Umumnya mereka dihormati di negeri ini dan memiliki kedudukan sosial yang tinggi. Tak sedikit pula yang duduk di jabatan penting pemerintahan.

[2] Warga muslim Thailand meski minoritas di tengah umat Budha, namun mereka memiliki kedudukan sosial dan jabatan politik yang tinggi. Di majlis Senat mereka memiliki jatah tujuh kursi sementara di parlemen memiliki 13 kursi.

[3] Ketika Raja Siam mendapat kesembuhan setelah menderita penyakit yang berat, untuk menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan, ia menggelar acara ritual khusus di salah satu kuil besar. Raja mengundang semua pejabat pemerintahan dan anggota kerajaan untuk mengikuti upacara tersebut. Hanya seorang pejabat kerajaan yang tidak diundang, dia adalah Jay, cicit Sheikh Ahmad Qomi yang beragama Islam. Jay saat itu menjabat sebagai Menteri Urusan Perkotaan di Kerajaan Siam. Jay sangat sedih karena tidak mendapat undangan Raja. Ia yakin bahwa diskriminasi ini terjadi karena ia keturunan Iran dan beragama Islam. Karena itu, tanpa mempedulikan penentangan keluarga besar keturunan Sheikh Ahmad Qomi, Jay berpindah agama menjadi pengikut agama Budha. Dengan demikian ia dapat mengikuti ucapara ritual Budha.

[4] Yang perlu dicatat di sini adalah bahwa kedudukan Sheikhul Islam diperoleh Sheikh Ahmad Qomi berkat hubungan dekatnya dengan kerajaan dan beliau menjadi Sheikhul Islam pertama di negeri Siam. Saat itu, Sheikh Ahmad Qomi mengenalkan madzhab Syiah Itsna Asyariah kepada rakyat Siam. Sampai tahun 1945, jabatan Sheikhul Islam dipegang oleh anak cucu Sheikh Ahmad Qomi (13 orang) yang kesemuanya bermadzhab Syiah. Setelah tahun 1945 hingga saat ini sudah empat orang dari kalangan muslim Sunni yang memangku jabatan Sheikhul Islam di Thailand.

Jumat, 28 November 2008

Islam di Pattani

Dalam tulisan ini penulis ingin mengemukakan kondisi umum Islam di Thailand. Khususnya negeri Pattani, Thailand
Selatan.
Untuk lebih jelasnya, penulis juga memuat data tentang sejarah Pattani,bagaimana
proses masuknya Islam ke Pattani dan terakhir gambaran umumtentang keadaan Islam di Pattani sekarang.

Sejarah Pattani

Negeri Pattani mempunyai sejarah yang cukup lama, jauh lebih lama dari negeri-negeri di semenanjung Melayu seperti Malaka, Johor dan Selangor. Sejarah lama Pattani merujuk kepada kerajaan Melayu Tua pengaruh Hindu-India bernama Langkasuka.

Kawasan timur Langkasuka meliputi daerah pantai timur semenanjung, mulai dari Senggora, Pattani, Kelantan sampai Terengganu, termasuk juga kawasan utara negeri Kedah.

Menurut catatan sejarah, Langkasuka itu terletak di daerah Pattani sekarang, sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ahli antropologi di Prince of Songkla University, yang dikuatkan juga oleh sejarawan lain seperti Prof. Zainal Abidin Wahid, Mubin Shepard, Prof. Hall dan Prof. Wheatly. Tapi, persoalan berubahnya nama Langkasuka menjadi Pattani masih belum diketahui dengan pasti karena tidak ada catatan sejarah yang jelas mengenai hal itu. Mengikut hikayat Pattani pula, kerajaan Pattani berasal dari kerajaan Melayu yang berpusat di pedalaman dan sukar untuk didatangi oleh pedagang-pedagang. Sehingga raja Pattani ketika itu memindahkan pusat kerajaanya ke sebuah perkampungan nelayan yang akhirnya di beri nama "Pattani".
Karena letaknya yang strategis dari segi geografis, Pattani menjadi tumpuan para pedagang dari timur maupun barat,
untuk singgah di sana sambil beristirahat ataupun berdagang. Sehingga Pattani menjadi pusat perdagangan ketika itu.

Menurut ahli Antropologi, orang Pattani berasal dari suku Jawa-Melayu. Karena suku inilah yang pertama kali mendiami tanah Melayu. Kemudian berdatangan pedagang Arab dan India ke daerah Pattani.

Masuknya Islam ke Pattani

Sebagaimana kita ketahui, Islam masuk ke Asia Tenggara bukan dengan perang atau penaklukan, tapi melalui jalur
dagang. Baik itu Indonesia, Malaysia, begitu juga Pattani (Thailand). Namun, kapan masuknya Islam ke Pattani tidak diketahui secara pasti. Tetapi, kalau melihat karya sastra sejarah dan merujuk kepada para sejarawan, maka dapat diperkirakan bahwa Pattani menjadi negeri Islam pada tahun 1457 M.

Masuknya Islam ke Pattani, juga seperti sebuah cerita khayalan atau dongeng. Tapi memang begitulah proses masuknya Islam ke sana. Sebagaimana dikisahkan dalam buku-buku sejarah. Dikisahkan waktu itu, Pattani dipimpin oleh seorang raja yang bernama Phya Tu Nakpa. Raja dikabarkan menderita sakit dan tidak kunjung sembuh. Dia mendengar, ada seorang tabibTabib tersebut mau mengobati sakit raja dengan syarat raja harus masuk Islam setelah sembuh dari sakitnya. Raja menyetujui syarat sang tabib dan berjanji untuk masuk Islam setelah sembuh. Lalu sang tabib pun mengobati raja. Tetapi, setelah sembuh sang raja mengingkari janjinya. Dia tetap saja memeluk agamanya.
Kemudian raja sakit kembali dan diobati kembali. Kejadian itu terulang sampai tiga kali. Pada yang ketiga kalinya raja menyerah dan insaf. Setelah sembuh dari sakitnya, raja bersama keluarga dan pembesar istana memeluk Islam. Pada akhirnya, raja pun mengganti namanya menjadi Sultan Ismail Shah. yang bisa mengobati sakitnya.

Sejak itulah Islam mulai berkembang di Pattani dan ajaran Budha mulai ditinggalkan yang pada akhirnya hilang dari Pattani. Islam berkembang dengan pesat di Pattani tersebut.

Dahulunya, Pattani bukanlah bagian dari Thailand (Siam), melainkan daerah Islam yang berkembang dan maju di Selatan Siam.

Sepeninggalnya, raja digantikan oleh putranya, Sultan Muzaffar Shah. Dia meneruskan dan memajukan negerinya.
Tidak hanya itu, Sultan Muzaffar Shah juga melakukan lawatan ke negara tetangga, termasuk Siam. Tapi lawatan Sultan Muzzafar tidak di terima baik oleh Raja Siam. Karena kesombongan Raja Siam, yang menganggap dirinya lebih terhormat, membuat Sultan Pattani marah dan merasa direndahkan. Sehingga dia dan adiknya mengerahkan pasukan dan menyerang Siam yang ketika itu sedang diserang oleh Burma. Akhirnya, Siam jatuh ketangan Sultan Muzaffar saat itu juga.

Tak lama kemudian, Raja Pattani meninggal dan digantikan oleh adiknya. Sepeninggal adiknya, tahta diturunkan kepada putra Sultan Ismail Shah, yang menimbulkan masalah pada kesultanan. Mulailah terjadi perpecahan di dalam istana yang melibatkan keluarga raja juga putera-putera selir beliau.

Puncak keemasan dan runtuhnya Pattani

Pattani mencapai puncak keemasanya dizaman empat ratu yaitu; Ratu Hijau (1584-1616), Ratu Biru (1616-1624), Ratu
Ungu (1624-1635), dan Ratu Kuning (1635-1651). Pada masa ratu-ratu tersebut, Pattani sangat makmur dan kaya raya.
Kekuasaannya pun meluas sehingga terkenal dengan sebutan Negeri Pattani Besar. Kejayaan ini berlangsung selama 67 tahun.

Ketika Ratu Kuning meninggal pada 1651, kejayaan Pattani berkurang dan terjadi kemerosotan secara politik, ekonomi dan militer. Negeri Pattani Besar meliputi; Kelantan, Terengganu, Pattani Awal, Senggora dan Pethalung, yang tadinya bersatu mulai memisahkan diri. Bersamaan dengan kemerosotan ini, Siam bangkit dan berhasil mengusir Burma dari seluruh negeri. Pattani ditaklukkan oleh Siam pada tahun 1785. Sejak saat itulah pattani berada di bawah pemerintahan Siam. Pada tahun 1909, Pattani resmi menjadi bagian dari Siam, yang kemudian mengganti nama dengan Thailand sampai saat ini.


Kondisi terkini Pattani

Jatuhnya Pattani ke tangan Siam (Thailand) pada tahun 1785 dan diikuti dengan perjanjian bermaterai Inggris-Siam
pada tahun 1909, menjadi awal bagi kesengsaraan orang Melayu Islam Pattani yang membawa kepada berakhirnyapemerintahan raja-raja Melayu Pattani. Para tahanan perang dibawa ke Bangkok dengan mengikat dan merantainya,kemudian dijadikan budak dan buruh kasar pemerintahan Siam (Thailand). Para tawanan dipaksa mengorek dan menggali batangan sungai yang menjadi nadi pergerakan ekonomi di tengah kota Bangkok sampai saat ini. Walau corak pemerintahan Thailand telah diganti, Pattani tidak pernah mendapat pembelaan dan layanan yang baik dan adil, merekasenantiasa menjadi mangsa kekejaman dan keganasan pemerintah Thailand.
Sampai saat ini pun perasaan benci, dendam, buruk sangka dan memandang rendah terhadap Melayu Islam Pattani berketerusan dan menebal. Pattani diabaikan dari segi pembangunan maupun pendidikan. Pendidikan di sana tergantung kepada pakar yang bergelar "tok guru" dalam mengendalikan pembelajaran. Berbagai macam penindasan dan kesemena-menaan yang mereka alami, membuat mereka merasa tidak nyaman lagi berada di negeri mereka sendiri. Sehingga ada sebagian dari mereka yang hijrah untuk mencari sebuah ketenangan. Keselamatan di Pattani semakin hari semakin berkurang, bahkan memburuk, pembunuhan semakin banyak terjadi. Sebagaimana yang telah terjadi beberapa waktu lalu di sebuah kampung di Thailand Selatan. Satu pasukan masuk ke sebuah kampung dan menuju ke sebuah rumah, kemudian menembak kepala keluarga, di dalam rumah tersebut. Salah seorang anak
perempuanya dapat menyelamatkan diri, namun yang satu lagi ditangkap dengan tidak ada perikemanusiaan lagi, dia dirogol dan di bunuh. Sedangkan si Ibu melarikan diri menuju rumah adiknya. Dia dan adiknya pingsan ketika melihat dua anak adiknya di tembak. Kekejaman tidak berhenti sampai disitu saja, mereka ditutup dengan selimut dan dibakar.
Sebelum pasukan itu pergi dari tempat itu mereka menembak rumah-rumah secara membabi buta. Bisa kita bayangkan betapa mirisnya kejadian tersebut. Namun, itu hanya satu contoh dari sekian banyak kekejaman yang terjadi di dunia Islam. Wallâhu a'lam bisshawâb.
Kontribusi Dari Khairat Lismaniah
Saturday, 15 September 2007
Diperbaharui Pada Thursday, 20 September 2007

Selasa, 14 Oktober 2008

Tanda-tanda kehancuran Peradaban Barat

“Itu adalah sebahagian Dan berita-berita negeri yang Kami ceritakan kepadamu. Beberapa di antara negeri-negeri itu Ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya Dan Ada yang telah musnah. Dan Kami tidaklah menganiaya mereka; tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.” (TQS. Hud: 100-101)

 “Itu adalah sebahagian Dan berita-berita negeri yang Kami ceritakan kepadamu. Beberapa di antara negeri-negeri itu Ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya Dan Ada yang telah musnah. Dan Kami tidaklah menganiaya mereka; tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.” (TQS.  Hud: 100-101)
 
 
“Adapun kaum ‘Aad mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar Dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan Apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Tapi mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) kami. (TQS. Fussilat: 15)
 
Sejak kehancuran Khilafah Islam pada abad yang lalu, peradaban Barat mulai mendominasi dunia secara politis, militer Dan ekonomi. Peradaban Barat menjadi amat bangga akan kemajuan yang dicapainya Dan saat ini menyebarkan ideologinya dengan gigih di dunia Islam. Kepada Kita dikatakan bahwa Peradaban Barat adalah universal Dan merupakan jalan satu-satunya bagi kemajuan Dan pencerahan.
Bush berkata, “Peradaban Barat bukanlan nilai-nilai Amerika atau –seperti anda tahu– bukan pula nilai-nilai Eropa. Peradaban Barat merupakan  nilai-nilai universal. Karena universal, nilai-nilai itu, seharusnya  diterapkan di setiap  tempat.” Blair berkata, ”Peradaban Kita bukanlah nilai-nilai Barat, IA adalah nilai-nilai universal dari semangat kemanusiaan. Dan di manapun…di manapun, kapan saja, rakyat biasa diberikan kesempatan untuk memilih. Pilihanya adalah sama: kebebasan, bukan tirani; demokrasi, bukan diktator; tertib hukum, bukan hukum dari polisi rahasia.”
Sering kali dikatakan pada Kita bahwa peradaban Islam adalah hanya Ada dalam lembaran  sejarah Dan mereka yang menginginkan Islam, syariah, Dan Khilafah adalah orang yang berbicara mengenai keterbelakangan Dan kegelapan. Namun, apa yang tidak ditunjukkan oleh Barat adalah jurang eksploitasi yang dalam, kekacauan, Dan keputusasaan yang telah diciptakan kapitalisme di seluruh dunia.
Propaganda Barat tidak mampu menyembunyikan kemunduran Dan kerusakan peradaban ini – suatu masalah yang memang telah jelas bagi Kita semua. Ketika mereka menyebarkan nilai-nilai Dan ideologi mereka kepada dunia dengan cara yang sangat arogan Dan memfitnah peradaban Islam, maka mereka telah mencoba untuk menyembunyikan keputusasaan yang mereka ciptakan  pada masyarakat mereka sendiri Dan di seluruh dunia.
Percampuran antara materialisme Dan kebebasan individu tanpa Batas, telah menyebabkan kekerasan yang mewabah, pengunaan obat bius, Dan alkohol; mengabaikan orang lanjut usia, kemiskinan, kerusakan pada keluarga, kekosongan spiritual, rasisme, DLL, DLL.
Penyalahgunaan obat meningkat dengan pesat; juga makin tingginya depresi Dan mewabahnya pesta minuman keras. Di Inggris, angka resmi menunjukkan bahwa peminum minuman keras yang “berbahaya Dan membahayakan” mencapai angka 7,1 juta orang. Pada dekade lalu, orang yang masuk rumah sakit karena sebab yang berkaitan dengan alkohol telah berjumlah dua kali lipat.
Lebih dari seperlima wanita di Inggris menjadi korban kekerasan seksual ketika meraka  anak-anak. Di  Negara itu , tiap menit polisi menerima telepon dari masyarakat yang meminta bantuan akibat kekerasan rumah tangga. Satu  dari empat wanita di Inggris telah mengalami pemerkosaan atau dicoba untuk diperkosa. Tiap minggu di Inggris, satu hingga dua anak mati karena kekejaman. Satu  dari tiga anak-anak hidup dalam kemiskinan. Lebih dari 25 persen dari seluruh pemerkosaan yang dicatat  polisi dilakukan terhadap anak-anak di bawah usia 16 tahun. Setengah juta orang usia lanjut diperlakukan dengan kasar, terutama karena tidak mempedulikan mereka. Lingkaran hutang menjerat keseharian masyarakat Inggris .Hutang konsumen di Inggris berada pada angka ? 1.3 triliun, suatu angka yang mengejutkan.
Jurang antara orang kaya Dan orang miskin terus melebar. 13,000 keluarga terkaya di Amerika saat ini memiliki pendapatan yang sama dengan 20 juta orang penduduk paling miskin. 13,000 keluarga itu memiliki pendapatan 300 kali lipat dari pendapatan keluarga rata-rata.
 
Situasi Global
Secara global, peradaban Barat telah menciptkan tata dunia yang tidak adil yang dicirikan oleh imperialisme lewat mekanisme  hutang, perdagangan yang tidak adil, dukungan bagi para diktator Dan tiran, Dan pendudukan yang illegal. Sementara pada saat yang sama mengurangi kebebasan sipil di negara mereka sendiri  dengan cara menteror rakyatnya sendiri.
Mereka berbicara soal penentuan nasib sendiri Dan demokrasi, tapi mendukung diktator di seluruh dunia Islam seperti Mubarak Dan Karimov Dan mencegah keinginan masyarakat kepada Islam, syariah Dan Khilafah.
            Mereka berbicara soal supremasi hukum Dan perdamaian di Timur Tengah, namun kenyataanya mereka menjajah Dan menjarah; menduduki negeri orang lain. Seperti yang terjadi di Irak di mana mereka membunuh lebih dari 650,000 ribu jiwa.
Mereka berbicara soal keringanan hutang, tapi telah memperbudak seluruh negera di bawah belenggu IMF Dan Bank Dunia. Mereka berbicara soal pemberantasan korupsi tapi menyogok ratusan juta dollar kepada para penguasa di negeri-negeri Muslim untuk mendapatkan kontrak dagang.
Mereka berbicara soal HAM, tapi Guantanamo Bay, Abu Ghraib, Patriot Act, Undang-undang anti-terroris yang tersamar, menghentikan Dan menggeledah, penahanan, penyiksaan, penawanan tanpa peradilan, penculikan Dan pengiriman tersangka untuk ditahan dinegara-negara yang merupakan  rezim brutal , interogasi yang brutal Dan perang-perang yang illegal Dan imperialistik adalah bukti-bukti atas sebuah peradaban yang telah memasuki kemunduran yang permanen.
Nilai-nilai, prinsip, dan tradisi dari peradaban Barat telah dijual murah senilai 30 keping  perak – Negara-negara Barat saat ini telah kehilangan otoritas moralnya.
 
Propaganda Yang Gagal
Peradaban Islam (saat ini) tidak memiliki negara yang mengembannya. Ia juga tidak memiliki tentara dan senjata untuk mempertahankannya. Sementara, peradaban Barat dilengkapi  dengan senjata, tentara, teknologi, dan dominasi politik, militer dan ekonomi. Namun, walaupun semua itu dilakukan, propaganda pemerintahan Barat mulai memudar.
Kaum Muslim yang tinggal di Barat, yang tiap hari dicekoki kapitalisme, saat ini semakin bersatu dengan kaum Muslim di Dunia Islam untuk menentang kebijakan (kapitalistik), melawan pendudukan, melawan upaya memecahbelah negeri-negeri  kita, melawan campur tangan asing, demi tegaknya syariah, demi tegaknya Khilafah, dan seterusnya.
Bahkan propaganda Barat yang anti Islam tidak mampu membendung -bahkan kaum non-Muslim- yang mulai menghargai  Islam sebagai sebuah agama dan sebuah sistem. Beberapa di antaranya masuk Islam dan berjuang untuk Islam, sementara yang lainnya tidak lagi mempercayai propaganda pemerintah mereka. Seorang wanita yang masuk Islam setelah Peristiwa 11 September, dia mengatakan bahwa sebelum ‘perang melawan teror’ dia tidak mengetahui siapakah Muhammad SAW, tapi saat ini dia ridho mempertaruhkan nyawanya untuk Rosulullah saw.
 
 
“Dan ketika orang-orang kafir memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu (dari rumahmu). Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.” (TQS. Al-Anfal: 30)
 
 
Wahai Muslimin dan Muslimat!
Walaupun negara kita tidak ada pada saat ini, akhir segalanya akan berpihak pada peradaban Islam, karena peradaban Barat didasarkan pada kebatilan dan peradaban Islam didasarkan pada kebenaran. Allah SWT berfirman:
”Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, Maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.”
(TQS. Al-Anbiya:18)
 
 
Wahai Muslimin dan Muslimat!
Kekalahan Peradaban Barat terbukti dari tindakan-tindakannya yang menunjukkan keputusasaan. Pendudukan, penyiksaan, penahanan, propaganda, bukanlah tindakan-tindakan dari peradaban yang kuat, melainkan tindakan dari peradaban yang sakit.
Propaganda melawan Islam, pengemban syariah, Khilafah, dan dakwah adalah karena pemerintah-pemerintah Barat mengetahui bahwa mereka sedang menghadapi kebangkitan kembali Islam di seluruh dunia. Tindakan mereka seperti usaha membuat parit yang terakhir dari peradaban kapitalis yang sedang tenggelam.
Maka, kokohkanlah keyakinan anda, berikan loyalitas anda kepada Dien (Al-Islam) dan Umat. Jangan biarkan penyesatan yang membuatmu lemah, karena tingkatan ini hampir usai. Tidak lama lagi, situasi akan berubah cepat. Tanda keberhasilan perjuangan menuju Khilafah semakin nampak jelas. Tahapan menuju kemenangan sudah semakin mendekat dari hari ke hari.   
Keimanan  kita pada Allah SWT adalah sangat besar dan harapan kita akan kemenangan yang dekat ini tidak tersentuh bahkan dengan sebuah ucapan. Dan  Allah SWT maha berkuasa atas segala urusan-Nya, tapi kebanyakan manusia tidak tahu, dan Dia, segala puji bagiNya, berfirman:
 
 
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.”. (TQS. An-Nur [4]: 55)
 Oleh: Dr Imran Waheed (Hizbut Tahrir Inggris)

Aktor kehancuran Ekonomi AS dan Dunia

Bush, Wall Street dan the Fed, Rintis Jalan Menuju
Kehancuran Ekonomi AS & Dunia

-
Peranan Presiden Bush
-
Paul O Neill, Menteri Keuangan era Presiden George W. Bush
yang telah dipecat oleh Bush, menuturkan : “Bush tidak
memiliki logika dan alur pikir yang matang dalam
memutuskan kebijakan, termasuk kebijakan ekonomi.”
-


Kisah O Neill selama di Gedung Putih dituliskan dalam buku
berjudul “The Price of Loyalty” mengisahkan cara Bush
menjalankan pemerintahan AS di Gedung Putih.
-
Di dalam pertemuan-pertemuan kabinet, kata O Neill, Bush
seperti seorang buta di sebuah ruang yang penuh dengan
orang tuli. Komunikasi tidak nyambung dan para pejabat
tinggi hanya menduga-duga apa gerangan yang dipikirkan
Presiden. Jika ada komunikasi, sifatnya hanya monolog.
-
O Neill, yang waktu itu juga sebagai anggota Dewan
Keamanan Nasional, mengatakan 10 hari sejak pelantikan
Bush sebagai presiden (awal tahun 2001), Saddam adalah
topik kelas A. Tak ada gugatan dan tak ada pertanyaan
mengapa Saddam harus dijatuhkan. Ketidak cocokkan O’Neill
dan Bush soal Saddam menyangkut anggaran Pemerintah AS
yang sudah defisit, tetapi masih harus membiayai invasi ke
Irak, dimana sebelumnya telah melakukan invasi ke
Afganistan.
-
Itupun belum cukup, Bush datang lagi dengan ide pembebasan
pajak korporasi (perusahaan). O Neill tak berdaya karena
Wapres Dick Cheney menyeletuk : “Anda tahu Paul, Reagan
telah membuktikan bahwa tidak ada masalah.”
-
Masalah bukan hanya soal sikap saya pada penolakan
pembebasan pajak, tetapi soal cara penggunaan sumber daya
keuangan negara untuk memperbaiki kondisi masyarakat. Saya
kira kepentingan pemberian jaminan sosial jauh lebih
penting ketimbang pembebasan pajak korporasi,” demikian
diungkapkan oleh O’Neill
-
Kebijakan boros anggaran Bush juga mendapat kritikan keras
dari klub Massachusetts Institute of Technology (MIT),
seperti Paul Krugman dan Joseph Stiglitz. Kebijakan Bush
menurut Krugman dan Stiglitz, mengakibatkan penumpukan
utang, yang di bawah Bush saja bertambah 3 triliun dollar
AS, terbesar sepanjang sejarah seorang presiden AS. Pajak
yang seharusnya berperan sebagai sarana untuk distribusi
pendapatan menjadi lenyap di bawah Bush.
-
Singkat kata, terjadi bolong-bolong ekonomi di sisi makro.
Muncul defisit anggaran, defisit perdagangan. Kegiatan
ekonomi rakyat yang seharusnya bisa mendapatkan stimulus
dari distribusi pendapatan, tidak pula terwujud. Sinyal
penurunan kinerja ekonomi AS makin jelas dengan terus
anjloknya kurs dollar AS terhadap euro dan mata uang kuat
dunia lainnya.
-
Peranan Wall Street
-
Secara perlahan jalan menuju kehancuran telah dimulai pula
di Wall Street (Bursa Saham di New York). Pada awal
kekuasaan Bush, muncul kebangkrutan Enron (2 Desember
2001), perusahaan raksasa perdagangan energi AS, yang
melakukan manipulasi keuangan. Kasus ini ternyata tidak
dijadikan sebagai bahan pelajaran, walau pemerintahan Bush
pernah benjanji akan melakukan pembenahan terhadap
korporasi.
-
Ternyata pembenahan tidak terjadi. Sejak 2001 muncul
mainan baru, yakni pembangunan sektor perumahan di AS.
Terjadi peningkatan harga rumah di AS sejak 2001 hingga
2005 yang menguntungkan banyak korporasi (perusahaan)
penyedia pinjaman sektor perumahan.
-
Pembeli rumah diberi iming-iming bahwa membeli rumah tidak
saja mendapatkan rumah, tetapi juga kekayaan karena rumah
adalah investasi, didukung harga yang akan meningkat.
-
Ini benar-benar terjadi dan banyak warga yang diuntungkan
sejak 2001. Bahkan rumah yang dibeli, meski dalam bentuk
cicilan sudah pula bisa dipakai untuk agunan untuk
meminjam uang di bank. Akhirnya sejak tahun 2005 ketika
harga rumah sudah terlalu tinggi, maka terjadilah koreksi
harga (harga mulai anjlok). Namun, aktivitas lembaga /
korporasi keuangan penyedia pembiayaan perumahan AS lewat
penerbitan obligasi, tak kunjung surut sejak 2005.
-
Contohnya Lehman Brothers (perusahaan yang perannya antara
lain mirip bank investasi yaitu berperan sebagai perantara
antara orang yang butuh biaya dan orang yang memiliki
dana, merupakan perusahaan yang punya reputasi pengelolaan
terbaik di Wall Street), adalah penjamin terbesar
penerbitan obligasi untuk pembiayaan perumahan periode
2006-2007 dengan pangsa pasar sekitar 10 persen dari
seluruh “mortgage bonds”. (obligasi/surat utang yang
dijamin dengan agunan hipotik atas properti). Padahal,
saat itu penurunan harga rumah sudah semakin terasa dan
bahkan telah mengakibatkan letupan di bursa saham, antara
lain pada Juli 2007.
-
Dengan menerbitkan surat berharga tersebut (surat
utang/obligasi) yang dijual dipasar modal, maka Lehman
mendapatkan dana yang kemudian disalurkan ke
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan modal di sektor
perumahan.
-
Rumah-rumah terus dibangun, sementara pembeli baru sudah
jenuh, juga karena harga yang sudah terlalu tinggi, maka
pinjaman yang dialokasikan ke sektor perumahan akhirnya
tidak lagi bisa terbayar. Perusahaan yang mendapatkan
pembiayaan dari Lehman tak bisa membayar utang-utang yang
jatuh tempo. Lehman Brothers harus menanggung rugi dan
harus membayar untuk harga itu !
-
Lehman bukan satu-satunya korban. Panik akibat kerugian,
maka korporasi AS menciptakan surat utang baru, seperti
“credit default swaps (CDS)” dan “collateralised debt
obligations (CDO)”. Ini adalah obligasi derivatif yang
tidak diatur oleh hukum dan tidak memiliki jaminan yang
memadai (tidak dijamin oleh aset). CDS dan CDO dijual
dengan tujuan untuk meraup dana dari investor, pemilik
modal, yang kemudian disalurkan lagi ke
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan modal.
-
Praktek penjualan CDS dan CDO oleh korporasi keuangan AS
ini disebut dengan istilah “reedem”, artinya “utang
diganti dengan utang yang bertumpuk” (tutup lubang gali
lubang). Hal ini bisa beresiko perusahan tersebut menggali
lubang kematiannya sendiri. Badan Pengawas Bursa Saham AS
(Securities and Exchange Commission) dan Departemen
Keuangan AS tutup mata atas perihal risiko itu.
-
Perusahaan analis dan pemberi peringkat surat, seperti
Moodys’s Investor Services dan Standard & Poor’s, tidak
melakukan pekerjaannya secara baik. Aksi jual beli CDS
malah marak karena diberi nilai “A” (peringkat mulai dari
A, B hingga status “junk”/sampah), relatif aman.
-
Dalam transaksi jual beli CDS dan CDO ini, akhirnya
terjadi lagi kegagalan bayar dari perusahaan yang
dibiayai. Mengapa gagal ? Ini karena perusahaan yang
dibiayai adalah para developer perumahan yang sejak tahun
2003 tak lagi mampu menjual rumah-rumahnya. Akhirnya
bangkrutlah Lehman Brothers dengan meninggalkan utang
sebesar 613 miliar dollar AS yang memicu kejatuhan saham
di banyak negara !
-
Jumlah warga yang tak mampu membayar cicilan perumahan
makin meningkat, menjadi 303.879 pemilik rumah per
September 2008. Setelah harga perumahan terus anjlok,
kekalapan Wall Street semakin menjadi. Merugi di
perumahan, Wall Street menggasak di bursa komoditas dan
minyak. Mendadak aksi beli komoditas melonjak tajam,
sebuah aktifitas yang mengkagetkan pialang dan ahli
ekonomi sekalipun ! Ganasnya aktifitas spekulatif yang
dilakukan oleh Wall Street ini sempat memicu kenaikan
harga minyak sampai ke harga 147 dollar AS per barel,
namun Bush menepisnya dengan mengatakan bahwa kenaikan
harga minyak terjadi karena keengganan OPEC menggenjot
produksinya.
-
Peranan The Fed (Bank Sentral AS)
-
Praktek “redeem” yang artinya “utang diganti utang yang
bertumpuk” (tutup lubang gali lubang), yang dilakukan
dengan berbagai cara oleh korporasi keuangan AS, seperti
menjual CDS dan CDO, potensi risikonya bisa terlihat dari
catatan-catatan. Catatan ini bisa menunjukkan apakah
perusahaan sudah menggali lubang kematiannya sendiri.
Indikator seperti ini tidak diindahkan, bahkan mungkin
dianggap tidak perlu. Bank Sentral AS (The Fed) sebenarnya
berperan menghentikan praktek penggalian lubang kematian
oleh korporasi keuangan AS, namun hal ini tidak dilakukan.
-
Usulan dari berbagai kalangan yang menghendaki adanya
deregulasi / pengaturan (pembatasan) terhadap
lembaga-lembaga keuangan AS, mendapat tentangan berat dari
yang bersangkutan. Alasan pentingnya pengaturan tersebut,
menurut Barney Frank, anggota DPR AS, Ketua Jasa Keuangan
DPR AS, adalah karena lembaga (korporasi) keuangan AS
telah terbawa arus bisnis dengan risiko tinggi tanpa
pembatasan ! Menurut Senator Sherrod Brown (Demokrat,
Ohio): “Ketiadaan peraturan telah membuat kerakusan Wall
Street makin menjadi-jadi.”

Namun ide ini, kata Frank, juga mental di tangan
pemerintahan Presiden George W. Bushm yang memiliki opini
sama dengan almarhum Presiden Ronald Reagan, bahwa pasar
sebaiknya jangan diatur.
-
Niat yang rendah soal pengaturan itu bahkan telah menyusup
pula ke Bank Sentral AS, sebagaimana diutarakan oleh Avery
B. Goodman, ahli hukum sekuritas (surat-surat berharga).
Menurut Goodman, sama seperti Depresi Besar 1929, di mana
Bank Sentarl AS juga menjadi penyebab depresi karena
kebijakan yang blunder (keliru besar), krisis sekarang
juga terjadi akibat peran Bank Sentral AS.
-
Bank Sentral mengulangi kesalahan seperti yang dilakukan
oleh Bank Sentral AS masa lalu yang menyebabkan Depresi
Besar 1929 itu. Saat korporasi keuangan jorjoran
mengucurkan kredit ke sektor perumahan yang sudah mulai
gagal bayar, Bank Sentral AS malah menurunkan suku bunga
dan mempertahankannya dalam waktu lama pada tingkat 1
persen.
-
Bank Sentral AS secara tidak langsung menyediakan
dana-dana murah, yang turut menyulut spekulasi. Ini
menciptakan jalan menuju Depresi Besar Jilid II dan
pengulangan stagflasi parah yang terjadi pada dekade
1970-an.
-
Bank Sentral AS terus memasok dana ke pasar, di mana
sektor keuangan sudah makin liar dengan menciptakan
instrumen keuangan yang kompleks dan amat berisiko,
termasuk subprime mortgage, Option-ARM mortgage, Alt-A,
dan lainnya.
-
Lebih buruk lagi, Bank Sentral AS memasok pinjaman. Bank
Sentral AS meminjamkan dana secara langsung kepada
korporasi AS dengan jaminan yang tidak setimpal. Bank
Sentral AS telah mengucurkan dana sebesar 777 miliar
dollar AS dengan jaminan yang hanya senilai 171 miliar
dollar AS ! Yang lebih mengejutkan lagi ketika terbongkar
bahwa Bank Sentral AS Cabang New York, yang dipimpin
Timothy Geithner, telah meminjamkan dana sebesar 10 miliar
dollar AS kepada Lehman Brothers. Padahal saat itu semua
orang, termasuk Timothy, tahu bahwa Lehman sudah insolvent
(tidak mampu memenuhi kewajiban) !
-
Krisis Keuangan Dunia (Global)
-
Akhirnya AS menuai sendiri akibat keserakahan yang
memunculkan krisis di sektor keuangan. Hal ini terjadi
pada saat ekonomi AS sedang lesu, yang berakibat tidak
bisa menolong penyelamatan korporasi yang sedang menuju
kebangkrutan massal.
-
Celakanya krisis keuangan AS mengimbas ke negara-negara
lain , sehingga terjadilah krisis keuangan global.
Kejatuhan Lehman Brothers (Rabu 14 September 2008 Lehman
resmi mengumumkan kebangkrutannya dan meninggalkan utang
sebesar 613 miliar dollar AS) memicu kejatuhan saham di
banyak negara yang memberi dana lewat Lehman. Masalahnya,
banyak bank yang memberi dana lewat Lehman. Akibatnya
saham-saham bank dan perusahaan keuangan pemberi pinjaman
kepada Lehman pun bertumbangan dan dicampakkan.
-
Diantara pemberi pinjaman dana itu antara lain Citigroup
(138 miliar dollar AS) dan Bank of New York Mellon Corp
(17 miliar dollar AS); Mizuho Financial, Aozora Bank,
Shinsei, dan UFJ (Jepang); Standard Chartered (Inggris);
serta ANZ (Australia).
-
Jadi kalau kekacauan ekonomi di AS akan merambat ke hampir
seluruh dunia, itu merupakan konsekuensi dari perilaku
masyarakat dunia yang terseret ke dalam irama permainan AS
!
-
Pada Rabu, tanggal 8 Oktober 2008 , terjadi kepanikan
pasar saham di Asia termasuk di Bursa Efek Indonesia
akibat jatuhnya Indeks Dow Jones di New York sebesar
182,95 points menjadi 9.264,16 poin yang dipicu oleh
kejatuhan sebelumnya sebesar 500 poin ditambah jatuhnya
indeks Standars & Poor’s ke bawah 1.000 poin (terburuk
sejak tahun 2003). Ini melengkapi kejatuhan sebelumnya di
hampir semua bursa dunia dan melahirkan rekor baru. Index
Harga Saham Gabungan (ISHG) di Bursa Efek Indonesia pada
hari Rabu itu anjlok 168,05 poin atau turun 10,38 persen
menjadi 1.451,66 poin. Otoritas Bursa Efek Indonesia
akhirnya menghentikan sementara perdagangan (suspensi)
seluruh saham dan derivatif, Rabu (8/10/’08) pukul 11.06
WIB karena penurunan ISHG sudah berada di luar batas
kewajaran.
-
Pada hari yang sama Indeks Nikkei di Jepang anjlok 9,4
persen menjadi 9.203,32 poin, penurunan terbesar dalam
sehari sejak Black Monday Oktober 1987 di AS. Indeks Kospi
di Korea Selatan merosot 5,8 persen yang membuat penurunan
Kospi mencapai 32 persen sepanjang 2008. Indeks Sensex di
India turun 366,88 poin menjadi 11.328.36 poin, asing
menarik dana 9,9 milar dollar AS dari pasar dan kerugian
negara India akibat krisis keuangan global 47,5 miliar
dollar AS.
-
“Planet keuangan negara berada dalam sebuah krisis total,”
kata anggota Dewan Direksi Bank Sentral Eropa, Guy Quaden.
Pemicu terbaru adalah penyerbuan yang dilakukan para
nasabah terhadap bank di Eropa untuk menarik simpanan.
Pemicu lain adalah keengganan sesama bank saling
meminjamkan dana, yang memacetkan aliran dana perbankan,
urat nadi perekonomian global. Hasil analisis Dana Moneter
Internasional (IMF) mengingatkan, krisis perbankan
memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menyebabkan
resesi. Penurunan pertumbuhan setidaknya 2 kuartal
berturut-turut sudah bisa disebut resesi.
-
Ironisnya, kejatuhan semua ini terjadi setelah paket dana
talangan 700 miliar dollar AS sudah ditandatangani oleh
Presiden AS George Walker Bush. Kejatuhan juga terjadi
setelah Bank Sentral AS menjanjikan akan membeli surat
berharga berjangka pendek senilai 900 miliar dollar AS
dari pasar. Beberapa negara di Eropa juga menaikkan jumlah
simpanan nasabah yang dijamin pemerintah. Namun semua ini
tak mencegah kepanikan di bursa global. “Pasar tak
bergerak. Penyuntikan dana bank sentral ke pasar sama
artinya dengan transfusi darah ke tubuh manusia yang urat
nadinya tersumbat,” kata Hiroichi Nishi, pialang di Nikko
Cordial, Tokyo, Rabu.
-
Dari Hongkong ke Paris, Singapura ke Frankfurt, investor
mencampakkan saham. Investor khawatir otoritas tak lagi
berdaya menghentikan krisis keuangan terbesar global sejak
Depresi Besar 1929 di AS. “Pasar modal seperti kerasukan
dan penjualan massal terjadi secara global,” kata Matt
Buckland, pialang dari CMC Markets, London.
-
Perdana Menteri Jepang Taro Aso juga memperlihatkan
kepasrahannya. “Para pemimpin Uni Eropa sudah bertemu,
tetapi tetap tak bisa meredakan gejolak pasar. Pasar Eropa
malah bergejolak cepat dan substansial. Saya khawatir akan
dampak dari krisis ini terasa di Jepang,” kata PM Aso
merujuk pada pertemuan para pemimpin Uni Eropa, Sabtu lalu
(4/10/’08).
-
=======================================

Bahan utama dicuplik dan diedit dari artikel-artikel
berjudul “Bush Rintis Jalan Menuju Kejatuhan” oleh Simon
Saragih, “Pembangun Ekonomi AS Itu Jatuh”, dan “Peran
China Dinantikan Untuk Mengatasi Krisis”, Harian Kompas.

Senin, 06 Oktober 2008

History of Islam in China


During the days of the third caliph of Islam, Uthman Ghani (rta), a Muslim deputation led by Sa`ad Ibn Abi Waqqas visited China in 651 A.D (29 A.H.) to invite the Chinese emperor to embrace Islam.

They built a magnificent mosque in Canton city. This mosque is known as "The Memorial Mosque".'c2~
Islam and Muslims in China
After the early beginnings, relations between the Muslims and the Chinese progressed fairly well. The first Muslim settlement in China was established in Cheng Aan port during the Tang dynasty. Thousands of Muslims have been turning to China in different times. Sometimes these neo settlers had petty skirmishes with the local Chinese. The first regular war was waged at the Chinese border in 133 A.H. The Muslims were led by Ziyad. They were far less in numbers. But they gave a crushing defeat to the Chinese. After this victory, the Muslims came to command complete control over the entire Central Asia.
These early successes opened the doors of China for the Muslim missionaries. In 138 A.H. General Lieu Chen revolted against Emperor Sehwan Tsung. On a request for help from the emperor the Abbasid caliph, Al-Mansur deputed a unit of 4,000 armed Turk Muslim troops to China. With their help the emperor overpowered the rebellion. After crushing the rebellion, the Turk soldiers settled in China. They married Chinese women. The Muslim influx to China continued thereafter through sea and land routes.
The early Muslims settling in China bore all sorts of circumstances. The long rule of the Manchu dynasty (1644-1911 AD) was the hardest for the Muslims. During this period the following five wars were waged against the Muslims: (1) the Lanchu War, (2) the Che Kanio War, (3) the Sinkiang War, (4) the Uunanan War, and (5) the Shansi War. In these destructive wars, the Muslims suffered inestimable losses. Countless Muslims were martyred. Half of Kansu'e2'80'99s population, totalling 15 millions, was Muslim. Only 5 million could escape alive. Chinese Muslims sustained similar setbacks in several other small and big wars. During the past three centuries, the Muslim population has decreased at 30%.
However, despite the great Muslim massacres during the past, the present Chinese Muslim population still exceeds 60 million. The Chinese Muslims follow the Islamic theory and practice. They practice all the five fundamentals of Islam. They differentiate between the forbidden (Haram) and the permissible (Halal). They are leading a decent and a civilized life in China.
Pro-Muslim Shift in Chinese Policy
The great Chinese statesman, Mao Tse-tung (1893-1976) achieved his political objective through 'e2'80'98The Long March'e2'80'99. When he settled down at his headquarters at Niyan, the Chinese Muslims supported him. The Muslims also joined his Red Army. However, at no stage of their cooperation with the great Chinese leader did the Muslims forsake their Islamic identity even for a while. In 1954, the Muslims were given guarantees about their prayers, traditional rites, civilization and culture. As compared to other minorities they were extended more liberal facilities, especially in the matters of cementing ties with the Muslim world. Friendly relations with the Muslim countries is a great economic need for modern China. Muslims have accordingly loomed large in China'e2'80'99s foreign policy ever since 1985. The under-developed areas predominated by the Muslims are now extended preferential treatment.
During China'e2'80'99s Cultural Revolution (1966-76) locks were forcibly put on a number of Chinese mosques. All such mosques have now been restored to the Muslims. Chinese Muslims have been accorded complete religious freedom. The Chinese Radio even broadcasts Qur'e2'80'99anic lectures. The Muslims feel satisfied with such welcome official measures. The pleasant pro-Muslim shift in the Chinese policy is currently making an exceedingly favourable impact on the dissemination of Islam in China. China has exceptionally cordial relation with its neighbouring Muslim state, Pakistan. Throughout this period only on unpleasant incident of a petty clash between Chinese and Muslims was reported in 1990 at the Pakistan 'e2'80ldblquote China border at Khunjrab.



Report on Chinese Muslim population
The number of Muslims in China is estimated at 300 million at the moment. Muslim traders introduced Islam to China way back in 681 AD, and there are ancient mosques in China that are over a thousand years old.
The Deputy President of the Chinese Muslim Society told ALDAWA that there are 5.000 mosques in China at the moment, with the number of Imams standing at 8,000. He said that Muslims in China are now living in state of relief and openness, particularly for the last twenty years, adding that before that they were being persecuted and oppressed. He said now new mosques are being built, and the number of Muslims is on the increase in the country as a whole, with many Muslims attending mosques and prayers regularly.
The Deputy President of the Chinese Muslim Society went on to say that there nine Islamic universities in China at the moment, and attached to every mosque is a Quran schools. This means that there are 5.000 Quran schools, in which the Quran, Hadith and the Islamic doctrine are being taught, with attendance being on the increase. Furthermore, he said, there are Chinese Muslim students pursuing further Islamic Studies at universities in Egypt, Syria, Saudi Arabia, and Algeria, at the same time learning the Arabic language.
The majority of Chinese Muslims are involved in commerce and industry, and cooperation between China and Islamic countries has its salutary and positive effect on the Muslim community in China, said the Deputy President.
He appealed for an increase in the number of scholarships that are extended to Chinese students, and also support for Islamic schools and universities, in addition to the sending of Daawa activists and supporting the Islamic publications that are published in China.
He pointed out that the Chinese government does give support to the Islamic schools, and also repairs mosques

( Islam in China by Abdur Rauf )

Sabtu, 27 September 2008

Muslim Tionghoa di Indonesia

Awal kedatangan Muslim Tionghoa di Nusantara tidak diketahui secara tepat
waktunya seperti juga awal kedatangan etnis Tionghoa ke nusantara ini, kecuali
dari riwayat dan bukti sejarah berupa peninggalan benda-benda arkeologis dan
antropologis yang berhubungan dengan kebudayaan Cina yang ditemukan.

Hal ini membuktikan bahwa hubungan dagang antara negeri Cina dengan Nusantara sudah
terjadi sebelum masehi.
Sebagai agama, Islam masuk dan berkembang di negeri Cina, melalui jalur
perdagangan. Begitu pula Islam masuk ke Nusantara. Kebanyakan sarjana
berpendapat bahwa peristiwa masuknya agama Islam ke Cina, terjadi pada
pertengahan abad VII. Saat itu kekhalifahan Islam yang berada di bawah
kepemimpinan Utsman bin Affan (557-656M) telah mengirim utusannya yang pertama
ke Cina, pada tahun 651 M. Ketika menghadap kaisar Yong Hui dari Dinasti Tang,
utusan Khalifah tersebut memperkenalkan keadaan negerinya beserta Islam. Sejak
itu mulai tersebarlah Islam di Cina.




Islam masuk ke Cina melalui daratan dan lautan. Perjalanan darat dari tanah
Arab sampai kebagian barat laut Cina dengan melalui Persia dan Afghanistan.
Jalan ini terkenal dengan nama “jalur sutra”. Sedangkan perjalanan laut melalui
Teluk Persia dan Laut Arab sampai ke pelabuhan-pelabuhan Cina seperti
Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou, dan Yangshou dengan melalui Teluk Benggala,
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

Muslim Tionghoa di Nusantara ada yang berasal dari imigram Muslim asal Cina
lalu menetap di Nusantara. Ada pula yang memeluk Islam karena interaksi antar
etnis Tionghoa yang sudah ada di Nusantara dengan mereka yang beragama Islam.
Kedatangan imigran Musim Tionghoa ke Nusantara, sebelum dan pada zaman
kerajaan-kerajaan di Nusantara, secara individu-individu. Kedatangan etnis
Tionghoa ke Nusantara dari negeri Cina sebagian besar dengan cara kolektif
(rombongan) beserta keluarga. Kebanyakan dari mereka adalah non Muslim. Mereka
juga hidup terpisah dari penduduk setempat dan tinggal di Pecinan, terutama di
masa kolonial.

Kedatangan etnis Tionghoa dan Muslim Tionghoa dari negeri Cina ke Nusantara,
tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi mereka, bukan
tujuan menyampaikan Islam atau berdakwah. Pada umumnya mereka berasal dari
daerah-daerah Zhangzhou, Quanzhou dan provinsi Guangdong. Tapi di zaman
pemerintah Belanda pernah mendatangkan etnis Tionghoa ke Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan dan pertambangan milik Belanda.



Meski kedatangan etnis Tionghoa Muslim tidak untuk berdakwah, namun
keberadaan mereka punya dampak dalam perkembangan dakwah. Salah satunya karena
proses asimilasi, perkawinan dengan penduduk setempat yang kemudian menjadi
Muslim.

Demikian pula dengan muhibah pelayaran Laksamana Zheng He (Cheng Ho) ke
Nusantara, pada abad ke XV. Latar belakang muhibah ini adalah perdagangan dan
bermaksud mempererat hubungan antara negara Cina dan Negara-negara Asia Afrika.
Banyak dari anggota muhibah dan anak buah Laksamana Zheng He adalah Muslim,
seperti Ma Huan, Guo Chong Li dan Ha San Sh’ban dan Pu He-ri. Ma Huan dan Guo
Chong-li pandai berbahasa Arab dan Persia. Keduanya bekerja sebagai penerjemah.
Ha San adalah seorang ulama Masjid Yang Shi di kota Ki An. Maka tidaklah aneh
pada daerah-daerah yang disinggahi oleh muhibah tersebut penduduknya banyak
yang beragama Islam.

Pulau, daerah atau kerajaan-kerajaan di Indonesia yang dikunjungi oleh 7
(tujuh) kali muhibah Laksamana Zheng He dari tahun 1425 sampai tahun 1431 M
adalah Jawa, Palembang, Pasai (Aceh), Lamuri, Nakur (Batak), Lide, Aru Tamiang,
Pulau Bras, Pilau Lingga, Kalimantan, Pulau Karimata, Pulau Beliton dll.




Dari Catatan MA Huan, anggota muhibah pelayaran Laksaman Zheng He, bahwa pada
pertengahan abad XV, di kerajaan Majapahit terdapat perantau Cina Muslim yang
berasal dari Zhanghou, Quanzhou dan Provinsi Guangdong.

Dari beberapa sumber seperti dalam Seminar “Masuk dan Berkembangnya Islam Di
Indonesia” yang diselenggarakan di Banda Aceh pada September 1980 dan buku-buku
antara lain “Islam Di Jawa” , “Islamisasi Di Jawa”, Walisanga Menyebar Islam
menurut Babad “Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo”, beberapa wali di antara
Walisanga ada beberapa yang mengalir darah Tionghoa.

Dari riwayat tersebut, Muslim Tionghoa di Nusantara Sudah terbaur dengan
penduduk setempat. Tetapi ketika Kolonial Belanda menginjakkan kakinya di
Nusantara dan sesuai dengan politik pecah belah(devide et impera) mereka
membagi penduduk menjadi tiga golongan. Etnis Tionghoa termasuk golongan Timur
Asing dan pribumi Inlander yang mayoritas beragama Islam diberi fasilitas
tertentu dan sistem politiknya pun dibedakan dengan golongan pribumi. Hal ini
membuat etnis Tionghoa menjadi terpisah dengan penduduk setempat.





Kelompok-kelompok masyarakat etnis Tionghoa di pimpin oleh Kapten, Mayor
Tionghoa, yang pada umumnya dari kalangan non-Muslim. Dari data yang ada,
Kapiten Cina Muslim terakhir, pada pertengahan abad XVII, bernama Caitson,
berganti nama menjadi Abdul Gafur, diangkat menjadi Syahbandar Banten.

Berdasarkan peraturan kolonial Belanda, mereka yang mengikuti tradisi, adat
istiadat suatu golongan menjadi golongan tesebut. Islam mengantar etnis
Tionghoa melebur dan menjadi bagian pribumi. Hal ini berbeda dengan etnis
Tionghoa non-Muslim yang kian terpisah dengan pribumi, seperti air dan minyak.



Pada masa gerakan kemerdekaan, Muslim Tionghoa ikut pula berperan. Salah satu
perannya adalah menjadi peserta dalam peristiwa Sumpah Pemuda.




Pada perkembangannya, jarak yang muncul dengan etnis Tionghoa mengundang
beberapa Muslim Tionghoa untuk memperbaiki kerenggangan tersebut. Salah satunya
adalah Haji Yap Siong yang berasal dari kota Moyen, Cina. Setelah belajar Islam
ia menjadi Muslim pada tahun 1931 dan mendirikan organisasi dakwah yang diberi
nama Persatuan Islam Tionghoa (PIT) di kota Deli Serdang, Sumatera Utara.
Dakwah beliau dimulai dari Sumatera Utara ke Sumatera Selatan dan menyeberang
ke Jawa Barat sampai Jawa Timur. Berdakwah dalam bahasa Mandarin dan memperoleh
izin dakwah pada waktu itu dari pejabat-pejabat Kolonial Belanda.

Pada tahun 1950 bersama Haji Abdul Karim Oei Tjing Hien, kelahiran Bengkulu
yang pada tahun 1930 telah menjadi Konsul Muhamadiyah untuk daerah Sumatera
Selatan. Keduanya bertemu di Jakarta dan mengembangkan PIT. Pada tahun 1953,
Kho Guan Tjin mendirikan organisasi dakwah pula dengan nama Persatuan MUslim
Tionghoa (PMT), di Jakarta. Pada tahun 1954, kedua Organisasi dakwah itu
difusikan. Namun perjalanannya, organisasi ini bubar karena berbeda pandangan
menjelang pemilihan umum pertama tahun 1955.

Pada tanggal 14 April 1961, di Jakarta, atas prakarsa H. Isa Idris, dari
pusat Rohani TNI AD, lahirlah PITI. Sebuah nama dengan kepanjangan Persatuan
Islam Tionghoa Indonesia. Tujuan PITI adalah mempersatukan antara Muslim
Tionghoa dan Muslim Imdonesia, Muslim Tionghoa dengan Etnis Tionghoa dan etnis
Tionghoa dengaan Indonesia Asli.





Pada awal tahun 1972, Kejaksaan Agung RI dengan alasan bahwa agama Islam adalah
agama universal, menganggap PITI tidak selayaknya ada. Tidak ada Islam Tionghoa
atau Islam-Islam lainnya. Maka pada tanggal 15 Desember 1972, Dewan Pimpinan
Pusat PITI memutuskan untuk melakukan perubahan organisasi menjadi Pembina Iman
Tauhid Islam.
Demikian Kiprah Muslim Tionghoa sejak kedatangannya di Nusantara sampai saat
ini di segala bidang kehidupan sesuai dengan profesinya.


Muslim Tionghoa di Indonesia II

Sewaktu lahir pada 14 April 1961 di Jakarta, PITI adalah singkatan dari
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, tetapi kemudian diubah menjadi Persatuan
Iman Tauhid Indonesia. Karena keluar instruksi dari pemerintah (14 Desember
1972) yang menekankan agar organisasi ini tidak berciri etnis tertentu,
walaupun PITI tetap merupakan wadah berhimpunnya orang-orang Tionghoa Muslim.

Kemudian PITI kembali menjadi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia yang
ditetapkan dalam rapat pimpinan organisasi pada pertengahan Mei 2000. Dengan
demikian, dapat dikatakan PITI saat ini kembali ke Khittah (garis perjuangan)
semula, yakni organisasi yang tegas menyebut diri sebagai wadah berhimpunnya
orang-orang Tionghoa Muslim. Tujuannya adalah mengembangkan dakwah di kalangan
orang-orang Tionghoa, baik yang sudah menjadi muslim maupun yang belum. Yang
sudah muslim ditingkatkan pengetahuan dan pengamalan Islamnya, sedang yang
belum muslim diberi penjelasan tentang Islam.





Namun dalam muktamar tahun 2000 di Jakarta, terjadi perdebatan di antara
peserta mengenai kepanjangan PITI, apakah kembali kepada Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia ataukah Persatuan Iman Tauhid Indonesia. Sebagian peserta
menghendaki kembali kepada Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, karena itulah
nama organisasi ini sewaktu didirikan dan ingin kembali berkiprah untuk
komunitas Tionghoa muslim khususnya. Sebagian lainnya ingin mempertahankan
Persatuan Iman Tauhid Indonesia, karena organisasi ini harus terbuka bagi semua
orang Islam, walaupun mengutamakan keturunan Tionghoa Muslim.

Untuk menyelesaikan perdebatan itu, maka disepakati untuk menggunakan kedua
kepanjangan itu bagi PITI, sehingga kepanjangannya menjadi Persatuan Iman
Tauhid Indonesia d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. Keputusan itu diambil,
karena para peserta sepakat bahwa PITI mengutamakan Tionghoa, tetapi terbuka
bagi pribumi muslim.



Sejak semula PITI yang didirikan oleh H. Abdul Karim Oey Tjeng Hien, H.
Abdusomad Yap A. Siong, Kho Goan Tjin, dan kawan-kawan, dimaksudkan sebagai
organisasi dakwah untuk membantu orang-orang Tionghoa yang ingin masuk Islam,
mempelajari Islam, dan mengamalkan Islam melalui kegiatan sosial.

Menurut penelitian-penelitian yang pernah dilakukan belum ada data yang pasti
mengenai jumlah penduduk Tionghoa Muslim di Indonesia, tetapi pimpinan PITI
memperkirakan jumlah penduduk Tionghoa ada 10 juta orang, sedang seorang ahli
Cina dari Universitas Indonesia, A. Dahana mencatat 7.200.000 orang, dan
seorang peneliti masalah Cina dari Universitas Nasional Singapura menduga ada
5.700.000 orang Tionghoa.

Dari jumlah itu orang Tionghoa Muslim menurut pimpinan PITI mencapai 5 (lima)
persen, seorang pemerhati tentang Tionghoa muslim HM. Ali Karim memperkirakan
Tionghoa Muslim hanya 2 (dua) persen, dan seorang tokoh Tionghoa Muslim yang
sangat terkenal yaitu Drs. H. Junus Jahya menduga penduduk Tionghoa Muslim
hanya sekitar 1 (satu) persen dari total penduduk Tionghoa di Indonesia. Angka
manapun yang diikuti, baik yang mengatakan 5 (lima) persen, apalagi yang
menduga hanya 1 (satu) persen, penduduk Tonghoa Muslim memang masih sangat
sedikit, sehingga dakwah di kalangan mereka terasa sangat perlu dan mendesak.
Tetapi dakwah di kalangan mereka tidak dimaksudkan untuk mengajak masuk Islam,
tetapi terutama adalah meluruskan pemahaman mereka yang keliru tentang Islam.
Misalnya karena banyak penduduk pribumi muslim yang miskin dan kurang terdidik,
maka timbul persepsi yang salah dikalangan orang-orang Tionghoa seolah-olah
kalau masuk Islam akan membuat mereka miskin dan bodoh.
Kesalahpahaman ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan orang-orang
Tionghoa enggan masuk Islam selama ini.




Karena itu, perlu dijelaskan bahwa Islam tidak menghendaki penganutnya miskin
dan bodoh. Islam malah mengharuskan pemeluknya untuk mencari harta yang
sebanyak-banyaknya asal caranya halal dan mewajibkan penganutnya untuk menuntut
ilmu pengetahuan setinggi-tingginya di bidang apa saja yang bermanfaat bagi
masyarakat dan menuntut ilmu pengetahuan boleh dimana saja. Ada sebuah hadist
yang sangat populer: “tuntutlah ilmu walau di negeri Cina.”

Pengertian itulah yang perlu disampaikan kepada orang-orang Tionghoa. Setelah
mereka mengerti hal itu lalu mereka masuk Islam atau tidak itu sepenuhnya
terserah mereka. Sebab masuk suatu agama, termasuk Islam, tidak boleh dipaksa,
tetapi harus didasarkan atas keimanan dan kesadaran pribadi agar dapat menerima
dan mengamalkam Islam dengan ikhlas.

Faktor lain yang menyebabkan PITI bertambah penting peranannya saat ini
adalah terjadinya perubahan politik, yakni runtuhnya Orde Baru dan munculnya
era reformasi. Perubahan politik ini mendorong terjadinya perubahan sikap
orang-orang Tionghoa ke arah yang terbuka kepada orang-orang pribumi, yang
kemudian mereka terdorong masuk Islam, karena mayoritas golongan pribumi itu
muslim.

Pada masa Orde Baru banyak orang Tionghoa bersikap eksklusif, karena bisnis
mereka maju dengan pesat berkat fasilitas dari pemerintah, sehingga mereka
merasa untuk berbisnis tidak terlalu mendesak bekerjasama dengan golongan
pribumi. Kalau kerjasama dengan pribumi biasanya mereka lakukan dengan
oknum-oknum pemerintah dan orang-orang yang dekat penguasa.




Dengan demikian, hidup mereka cenderung eksklusif, sehingga kurang mendapat
dorongan masuk Islam, kecuali mereka hatinya mendapat hidayah dari Allah atau
menikah dengan pribumi muslim. Namun dengan runtuhnya Orde Baru dan diganti
oleh era reformasi yang diharapkan memberi kesempatan yang sama kepada golongan
pribumi dan nonpribumi dalam berusaha, maka orang-orang Tionghoa tidak bisa
lagi berlindung pada kekuasaan. Akibatnya orang-orang Tionghoa harus lebih
banyak berinteraksi dan bekerjasama dengan golongan pribumi. Interaksi dan
kerjasama yang semakin luas bisa menjadi salah satu dorongan kuat bagi
orang-orang Tionghoa untuk masuk Islam.

Karena itu, bisa diduga bahwa pada era reformasi ini akan banyak orang-orang
Tionghoa masuk Islam. Untuk mengantisipasi perkembangan ini, maka PITI harus
tegas menyebut diri sebagai organisasi Tionghoa agar mudah dikenali oleh
orang-orang Tionghoa yang hendak masuk Islam.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons