About

check

Jumat, 16 Januari 2009

Yahudi Dalam Wacana Sejarah

Pendahuluan

Yahudi, Kristen dan Islam biasa disebut agama-agama Ibrahimi (abrahamic religions), karena pokok-pokok ajarannya bernenek moyang kepada ajaran nabi Ibrahim (sekitar abad 18 SM), yaitu agama yang menekankan keselamatan melalui iman, menekankan keterkaitan atau konsekuensi langsung antara iman dan perbuatan nyata manusia.
Menurut agama-agama samawi itu, Tuhan tidak dipahami sebagai yang berfokus pada benda-benda (totemisme), atau upacara-upacara (sakramentalisme) seperti pada beberapa agama lain, tetapi sebagai yang mengatasi alam dan sekaligus menuntut manusia untuk menjalani hidupnya mengikuti jalan tertentu yang ukurannya ialah kebaikan seluruh anggota masyarakat manusia sendiri. Dengan kata lain, selain bersifat serba transendental dan maha tinggi, Tuhan juga bersifat etikal, dalam arti bahwa Ia menghendaki manusia untuk bertingkal laku yang etis dan bermoral.

Karena menekankan amal perbuatan yang baik dan benar itu , para ahli kajian ilmiah tentang agama-agama menyatakan Islam dan Yahudi yang juga sering disebut agama semitik (semitic religion) ini, tergolong agama etika (ethical religion), yakni agama yang mengajarkan bahwa keselamatan manusia tergantung pada perbuatan baik dan amal salehnya.
Ini berbeda dari agama Kristen yang juga termasuk agama semitik, disebabkan teologinya berdasarkan doktrin kejatuhan (fall) manusia (Adam) dari surga yang menyebabkan kesengsaraan abadi hidupnya, mengajarkan bahwa manusia perlu penebusan oleh kemurahan (Grace) Tuhan dengan mengorbankan putra tunggalnya, Isa al-Masih untuk disalib menjadi "Sang Penebus".
Maka kajian ilmiah menggolongkan agama Kristen sebagai agama sakramental (sacramen relegion) yaitu agama yang mengajarkan bahwa keselamatan itu diperoleh melalui sang penebus dosa, dan penyatuan diri kepadanya dengan memakan roti dan minum anggur yang telah ditransubstansiasikan menjadi daging dan darah Isa al-Masih dalam upacara Sakramen Ekaritsi.
Menurut Artur Hyman semua agama yang bersumber pada kitab suci wahyu mempunyai masalah yang sama menyangkut doktrin tentang penciptaan alam, tapi agama-agama itu berbeda sampai batas bahwa yang lain mengalami persoalan pemikiran atau filsafat.
Umat Yahudi mempunyai masalah mengenai persoalan tertentu seperti Israel sebagai bangsa pilihan dan keabadian hukum. Umat Islam menghadapi persoalan apakah al-Quran sebagai firman Allah itu diciptakan atau abadi.
Umat Kristen sendiri menghadapi berbagai deretan persoalan yang serupa, kelak yang dikatagorikan sebagai "misteri" antara lain doktrin Trinitas Suci (Holy Trinity) dan Sakramen Ekaritsi yang merupakan sesuatu yang tipikal.
Doktrin Trinitas mengatakan bahwa Tuhan adalah Esa dengan tiga pribadi Bapak, Anak dan Roh Suci, Tuhan adalah satu sekaligus tiga. Sakramen Ekaritsi mengisyaratkan perubahan roti dan anggur ekaritsi menjadi daging dan darah Kristus, proses yang dikenal dengan transubstansiasi. Jadi dapat dikatakan bahwa agama Kristen dalam sisi tertentu mengalami tantangan yang lebih sulit diatasi daripada agama Islam atau Yahudi.
Lebih lanjut, karena alasan-alasan teologis dan historis atau doktrin etika dan politik, Kristen berbeda dari agama Yahudi dan Islam. Salah satu perbedaannya adalah konsep tentang manusia, manusia mengalami kejatuhan dari surga, sebab itu perlu kemurahan Tuhan untuk penyelamatan. Meski para pemikir Kristen mengagumi hasil-hasil temporal doktrin-doktrin etika dan politik, mereka menganggap bahwa doktrin dan hasil itu masih belum cukup untuk keselamatan manusia.
Sebaliknya, sejumlah pemikir Muslim dan Yahudi, khususnya mereka yang berkecenderungan Aristotelian, menggambarkan hidup yang baik berdasarkan pengembangan nilai-nilai utama moral dan intelektual, lalu mengidentifikasi hidup sesudah mati dengan wujud bukan jasmani dan intelek.
Kitab suci diperlukan dan dipahami dalam berbagai cara guna menetapkan aturan tertentu bagi kehidupan intelektual, membuat hukum yang bersifat umum menjadi spesifik, menjadikan pendapat yang benar bisa digapai semua orang, atau memberi ajaran tertentu secara mendalam yang tidak bisa didapat dengan cara lain. Bagi kaum Yahudi dan Muslim, ajaran filsafat, moral dan politik berada tidak terlalu jauh dari yang ada dalam agama.
Persoalan teologis yang dialami agama Kristen, terutama yang menyangkut doktrin Trinitasnya membuat watak monotheismenya sudah tidak murni lagi. Malahan bapak sosiologi modern, Max Weber, membenarkan tesis itu dengan mengatakan bahwa hanya agama Yahudi dan Islam yang secara tegas bersifat monotheistis, meski pada yang kedua (Islam) terjadi beberapa penyimpangan dengan adanya kultus kepada orang yang dipandang suci (wali) yang muncul kemudian.
Trinitarianisme Kristen tampak memiliki kecenderungan monotheistis hanya bila dikontraskan dengan bentuk-bentuk tri theistis (paham) tiga Tuhan, Hinduisme, Budisme dan Taoisme. Tentunya tidak berlebihan jika Weber mencatat praktek-praktek yang menyimpang dari monotheisme Islam yang murni dan radikal itu, yaitu berupa pemujaan kepada para wali dan kuburannya hampir di seluruh dunia Islam.
Kenyataan ini merupakan sesuatu yang ironis, mengingat nabi Muhammad telah memperingatkan untuk tidak mengagungkan keturunan apapun dan siapapun. Tesis Weber ini kiranya perlu dijadikan bahan instrospeksi diri dan renungan kaum Muslimin sendiri.
Tentang determinisme sejarah orang Yahudi menjadi ras suatu dunia yang hebat, atau masyarakat pilihan (a distinctive community), ini tidak bisa dipisahkan dari partisipasi mereka dalam peradaban Islam masa lalu yang begitu jauh dan dalam.
Kosa kata keimanan Islam masuk kedalam buku-buku Yahudi, al-Quran menjadi dalil mereka. Kebiasaan orang-orang Arab mengutip syair dalam banyak karyanya ditiru oleh orang-orang Yahudi.
Tulisan-tulisan mereka penuh dengan kalimat-kalimat yang berasal dari para ilmuwan, filosof dan ahli kalam Arab/Islam. Sastra Arab yang asli atau yang impor menjadi latar belakang umum apa saja yang ditulis orang-orang Yahudi.
Semua itu berlangsung begitu lama, tidak ada rasa permusuhan terhadap ilmu asing, tanpa rasa curiga kepada dampak yang negatif atau berbahaya, sebagaimana yang telah diingatkan oleh sumber-sumber kitab Talmud kepada meraka untuk mempelajarinya. Karena itu sampai ada sebutan Yahudi Islam, orang-orang Yahudi yang sudah sedemikian rupa terpengaruh oleh ajaran Islam mereka itu sebenarnya adalah "orang-orang Yahudi jenis baru" (a new type of Jews).
Dengan pengalaman kaum Yahudi yang begitu indah dalam pangakuan Islam itu, banyak dari mereka yang sadar bahwa berdirinya negara Israel merupakan suatu malapetaka atau anakronistik. Malahan bisa dipandang sebagai hal yang tidak relevan, baik secara historis, berkaitan dengan pengalaman indah umat Yahudi pada masa Islam klasik, atau secara geografis, karena Palestina telah berabad-abad berada ditangan orang-orang Arab, yang sebagian mereka itu termasuk Yahudi yang sudah ter-Arabkan, berdirinya negara Israel merupakan kedzaliman diatas kedzaliman, kedzaliman terhadap sejarah mereka sendiri dalam kaitannya dengan peradaban Islam, dan kedzaliman terhadap bangsa Arab yang telah menjadi pelindung mereka berabad-abad lamanya.
Masalah etika dan politik sangat dijunjung tinggi dan dihormati oleh agama Yahudi. Prinsip-prinsip etika itu diformulasikan dalam kalimat-kalimat yang indah dan menarik. Diawali dengan kata negasi (jangan) dan imprasi (kerjakan).
Dikenal dengan sepuluh perintah Tuhan, Ten Commandements atau "al-Wasaya al-'Ashar" (sepuluh wasiat), yang isinya:
1. Akulah Tuhanmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain dihadapanKu.
2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku Tuhanmu, Tuhan yang pemerhati, yang membalaskan kesalahan bapak kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku, dan yang berpegang pada perintah-perintahKu.
3. Jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya secara sembarangan.
4. Ingat dan sucikanlah hari Sabat; enam hari lamanya kamu bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhanmu, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, kamu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, hambamu laki-laki, hambamu perempuan, lawanmu, atau orang-orang asing yang ada di tempat kediamanmu.
5. Hormatilah bapak dan ibumu agar umurmu lanjut di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepadamu.
6. Jangan membunuh.
7. Jangan berzina.
8. Jangan mencuri.
9. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu.
10. Jangan menginginkan rumah sesamamu, istrinya, hambanya laki-laki, hambanya perempuan, lembunya, keledainya atau apapun yang menjadi miliknya.
Selain itu masih ada sejumlah kepercayaan mendasar yang ditulis oleh para pemikir dan pemuka agama Yahudi, antara lain Musa bin Maimun atau Maimonides pada akhir abad ke-12. Tulisan ini merupakan keterangan tambahan terhadap komentarnya tentang Mishna karya Sanhedrin, yang kemudian dikenal dengan Credo, terdiri atas 13 keyakinan, yaitu:
1. Percaya kepada Tuhan
2. Tuhan Yang Esa
3. Tuhan Yang Maha Kuasa
4. Tuhan Yang Maha Kekal
5. Semua ibadah untuk Tuhan
6. Percaya kepada Rasul Tuhan
7. Percaya terhadap Musa sebagai Rasul Tuhan
8. Dan Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa di Sinai
9. Kitab itu kekal
10. Tuhan Maha Tahu
11. Percaya tentang pahala dan dosa, baik di dunia dan akhirat
12. Percaya akan datangnya Massiah, juru selamat
13. Percaya adanya kehidupan sesudah mati.
A. Apa dan Siapa Yahudi Itu?
Judaism (agama Yahudi) adalah agama yang dianut oleh sekelompok kecil masyarakat, yaitu masyarakat Yahudi.
Berjumlah kurang lebih 16 juta jiwa pada puncak pertumbuhannya sebelum Perang Dunia ke II. Sekarang berkurang sekitar sepuluh atau sebelas juta jiwa, akibat kekejaman kelompok-kelompok yang berusaha menghancurkan akar, cabang, etnis dan agama ini.
Menurut catatan Psalm yang ditulis oleh David, dan Epigram, yang disusun oleh Sulaiman, jumlah mereka kurang dari satu juta jiwa pada hari nasionalnya, dan tidak lebih dari 4-5 juta ketika nasib politik mereka sebagi bangsa tersumbat pada tahun 70-an, dan harus memasuki panggung sejarah (Historic Career) sebagai masyarakat dunia yang religious dengan tuntutan kitab sucinya, The Bible, akhir abad pertengahan abad 13, ketika agama Yahudi mencapai puncak perkembangannya dan memberikan sumbangan besar terhadap peradaban Eropa, jumlah populasi mereka di Eropa tidak lebih dari satu juta jiwa.
Berkurangnya populasi Yahudi ini disebabkan oleh persoalan seputar apakah Yahudi itu ras atau bukan. Sementara orang berpendapat bahwa Yahudi itu ras, mengingat banyak tulisan yang membenarkan pendapat diatas.
Tapi kebenaran tesis ini membawa ironi bagi umat Yahudi ketika Jerman dibawah rezim Nazi (Adolf Hitler) tahun 1930, melakukan eksterminasi (pembantaian) terhadap orang-orang Yahudi dengan alasan bahwa mereka itu ras yang hina (an inferior race).
Menurut catatan Holocaust, sekitar enam juta orang Yahudi, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak mati terbunuh di kamp Konsentrasi Jerman dan Polandia selama perang dunia kedua. Dari sini terlihat jelas bahwa orang-orang Yahudi kini bisa disebut sebagai ras, hanya persoalannya ialah sulit untuk mengidentifikasikan mereka, karena banyaknya ras Yahudi yang ada.
Mereka itu tersebar dimana-mana di banyak bagian belahan dunia ini, dikenal dengan sebutan anak-anak Israel (The Children of Israel), Yahudi. Dimana ada penduduk dunia baik Timur, Barat, Utara maupun Selatan disana bisa ditemukan orang Yahudi.
Di Abyssina misalnya, orang Yahudi berkulit hitam, persis seperti penduduk aslinya. Ada sejumlah orang Yahudi di Negara Cina, juga mirip dengan penduduk aslinya berkulit kuning dan bermata sipit. Di Italia, orang Yahudi berkulit kehitam-hitaman dan bermata hitam. Di Rusia Utara, Kanada, Swedia dan Norwegia, orang Yahudinya bisa ditengarai dengan rambut pirang, kulit putih dan mata biru. Sedang di Denmark, Jerman dan Irlandia, golongan Yahudinya berambut merah dan bermata biru. Di daerah yang beriklim panas, kaum Yahudinya berbadan pendek dan berambut hitam. Sementara di negara-negara yang beriklim dingin mereka umumnya bertubuh tinggi dan berkulit putih.
Hebatnya, semua orang Yahudi yang bertempat tinggal di negara-negara itu selalu menggunakan bahasa nasional negara bersangkutan. Di Italia mereka berbahasa Itali, di Inggris berbahasa Inggris, di Cina juga berbahasa Cina, dan seterusnya.
Meskipun tidak saling mengenal antara satu dengan lainnya, berbeda bentuk fisik dan tutur bahasanya, tapi orang-orang Yahudi itu merasa akrab bila bertemu dan berada di tengah-tengah saudara-saudara yang lain.
Keakraban ini disebabkan oleh banyak faktor, dan faktor pertama dan utama yang merajut keakraban itu tak lain adalah ikatan keagamaan mereka yang kuat. Ikatan atau hubungan itu memang terasa unik dalam agama Yahudi.
Agama ini tidak bisa dipahami tanpa mengetahui kehidupan orang Yahudi secara terus menerus. Dengan proses konversi agama yang normal, agama ini dapat mengakomodasi dan mengasimilasi setiap individu, bahkan semua bangsa, dan hal ini sudah dilakukan. Tapi bila orang Yahudi musnah dan lenyap dari dunia ini, agama ini juga musnah bersama mereka. Sementara orang lain yang tidak punya hubungan kesejarahan (historic connection) dengan masa lalu orang Yahudi pada dasarnya bisa menjadi penerus tradisi ajaran Yahudi.
Namun pemahaman, upacara dan penghayatan, di mana prinsip-prinsip Yahudi ada di dalamnya, dan menjadi bangunan agama ini (a body of Judaism), tidak akan bermakna bagi mereka yang nenek moyangnya tidak pergi ke luar tanah Mesir, atau siapa saja yang tidak lahir dalam tradisi, yang bapaknya pernah tinggal di kaki Sinai. Juga mereka dan anak cucunya yang tidak selalu berada dalam kerajaan para pendeta dan bangsa yang suci (a holy nation).
Karena itu ikatan yang tak terpisahkan antara orang Yahudi dan agamanya merupakan bagian dasar agama ini. Ia berbeda dari agama Kristen yang selalu berharap belas kasihan dan kemurahan Tuhan.
Bagi para pemeluknya, agama Yahudi pada hakekatnya bukan ditilasi air mata dan duka cita orang lain yang diberikan secara cuma-cuma oleh belas kasih tangan Tuhan, atau didapat melalui misteri keimanan, tapi harus dengan kesabaran dan ketegaran atas berbagai persoalan yang mereka alami berabad-abad lamanya, berupa pengalaman bangsa yang bersejarah, yang disinari oleh ajaran para nabi dan orang-orang bijak mereka.
Maka agama Yahudi bisa menampakkan jati dirinya dalam dua dimensi, universal dan nasional. Sebagai sistem pemikiran keagamaan (a system of religious thought), ia bersikap universal, prinsip-prinsip etikanya merangkul seluruh umat manusia.
Sebagai kultus keagamaan (a religious cult), ia bersifat nasional ditengarai oleh ikatan kesejarahan dan warna kedaerahan, disiplin agamanya hanya mengikat para pemeluknya saja. Sebagai contoh ialah keberadaan organisasi sosial elite seperti Rotary Club, Lion Club dan lainnya yang berdiri di kota-kota besar di Indonesia, yang berorientasi pada masalah kemanusiaan, pengobatan massal (operasi katarak dan bibir sumbing), pembuatan patung polisi, MCK, pemberian bingkisan lebaran, terkadang salat tarawih dan buka puasa bersama.
Bila benar semua itu merupakan jaringan (network) Yahudi internasional, maka hal itu harus dilihat dari kerangka pikir "Sistem pemikiran keagamaan" Yahudi yang bersifat universal yang dapat diartikulasikan oleh semua etnis dan ras dunia.
Sebaliknya, jika orang Yahudi merayakan hari Sabat pergi ke Sinagog atau kegiatan ibadah lainnya, hal ini harus diletakkan dalam perspektif "kultus keagamaan" Yahudi yang bersifat nasional itu, yang mengikat hanya para pemeluknya saja.
Menanggapi persoalan di atas, Ahmad Syalaby mengatakan karena belum merasa puas terhadap organisasi Masonisme, orang-orang Yahudi lalu mendirikan organisasi lain yang bertujuan menggalang solidaritas sosial kemanusiaan bernama Rotary Club.
Klub-klub ini terdapat di hampir seluruh kota-kota besar atau metropolitan dunia dan bergerak pada masalah-masalah kemasyarakatan seperti Sarasehan, Seminar, Pelayanan Kesehatan, Perbaikan Lingkungan, Upacara Keagamaan dan lain sebagainya.
Juga berupaya mempererat ikatan persaudaraan sesama anggotanya yang berasal dari berbagai negara dengan latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Dengan demikian, orang-orang Yahudi bisa berinteraksi dengan mereka atas dasar persaudaraan dan kasih sayang yang pada gilirannya dapat merealisasikan keinginan dan cita-citanya baik dalam lapangan ekonomi, industri, politik, media masa maupun lainnya.
Karena kegiatan klub-klub atau organisasi ini bisa menimbulkan bahaya, Vatikan melalui Majelis Tertinggi Tahta Suci, pernah mengeluarkan satu dekrit pada tanggal 20 Desember 1950 yang isinya melarang para ahli dan pemuka agama Kristen memasuki perkumpulan yang dikenal dengan nama Rotary Club ini, dan mengikuti kegiatan-kegiatannya.
Mereka juga diminta untuk mematuhi dekrit bulan 4 April 1964 nomor 684 yang berisi larangan melibatkan diri pada perkumpulan "Masonisme" yang keberadaannya masih belum jelas (rahasia) dan kegiatannya masih diragukan. Sekalipun disimbolkan dengan jargon-jargonnya yang menarik seperti kemerdekaan, persaudaraan dan persamaan, organisasi itu menurut Paus tetap mengundang bahaya bagi umat Katholik
Mengenai masalah siapa itu Yahudi atau kapan seseorang bisa dikatakan Yahudi, hal ini bisa dijelaskan dengan memahami tradisi yang menjadi wacana dasar agama Yahudi.
Agama ini mengajarkan bahwa bila anak lahir dari ibu yang Yahudi, maka ia disebut Yahudi, tanpa memandang siapa yang mengasuh dan membesarkan anak itu. Sebagai contoh, anak yang lahir dari bapak Yahudi dan ibu non Yahudi, ia tidak bisa dikategorikan Yahudi, tapi yang bersangkutan bisa berbuat atau melakukan sesuatu sebagai Yahudi, pergi ke Sinagog, merayakan Sabat atau hari-hari keagamaan dan bergaul dengan sesama teman-temannya yang Yahudi.
Di sisi lain, anak dari bapak non Yahudi dan ibu Yahudi, tapi dibesarkan atau dididik sebagai Kristen, ia masih disebut Yahudi menurut kacamata Yahudi, sekalipun asuhan itu membuat ia buta sama sekali tentang agama Yahudi. Yang jelas, dalam perspektif Yahudi, bukan asuhan, didikan atau pengetahuan yang menentukan status anak menjadi Yahudi, tapi agama Ibu (the religion of the mother).
Persoalan lain yang sering menjadi wacana intelektual seputar Yahudi ialah masalah apakah Yahudi itu bisa digolongkan sebagai masyarakat religius atau tidak.
Memang secara spintas dapat digambarkan bahwa Yahudi itu adalah masyarakat agamis, tapi kenyataannya, banyak yang menganggap mereka bukan termasuk golongan itu. Malahan mereka mengatakan sebagai penentang agama dan lebih bangga menyebut dirinya orang Yahudi saja.
Masalah lain, kita tidak bisa menyatakan bahwa Yahudi itu merupakan "masyarakat bangsa", karena mayoritas umat Yahudi dunia tidak mesti tinggal di negara Yahudi (Israel), tapi di banyak negara dunia ini.
Barangkali istilah yang tepat untuk mereka ialah kelompok etnis (ethnic group), dalam arti meliputi seluruh orang Yahudi baik yang agamis, sekuler, nasional maupun zionis. Mereka itu tidak harus berasal dari Israel, karena yang hidup di sana ada yang Muslim dan ada juga yang Kristen.
Dari mereka ada yang tidak makan daging babi sebagaimana orang Islam dan ada pula yang tidak mengetahui sama sekali masalah agama. Satu hal yang tidak bisa dibantah bahwa agama mereka mengakui Yahudi sebagai satu masyarakat, meski sudah terjadi perubahan pada agama ini selama berabad-abad.
Yang jelas agama Yahudi saat ini berbeda dari agama Yahudi era Bibel, hanya pada masa lalu saja bisa dijumpai kelompok-kelompok religius yang pluralistik. Karena sekarang terdapat banyak institusi pemikiran yang mampu mempertemukan berbagai ide dan hal-hal yang praktis, banyak orang Yahudi yang berbeda dari lainnya.
B. Asal Usul Yahudi
Untuk mengetahu asal usul Yahudi tidak bisa terlepas dari keharusan untuk mengetahui tokoh Ibrahim yang dalam hal ini dipandang sebagai nenek moyang tiga agama monotheistik dan semitik, Yahudi, Kristen dan Islam.
Sebagaimana telah diketahui bahwa Ibrahim tampil dalam pentas sejarah sekitar 3.700 tahun yang lalu. Ia berasal dari Babylonia, anak seorang pemahat patung istana yang bernama Azar "atau Terach dalam Kitab Madrash yang ditulis para rabii pemula".
Sejak usia bocah Ibrahim sudah menampilkan cara berfikir tajam dan kritis. Suatu saat ia melihat hal yang tidak sesuai dengan akal sehatnya, ayahnya memahat batu dan setelah selesai menjadi patung sang ayah lalu menyembahnya.
Ibrahim memberontak yang berakibat ia harus dihukum bakar, tapi berhasil diselamatkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia kemudian lari atau hijrah ke arah Barat, tepatnya ke daerah Kanaan, yaitu Palestina selatan. Karena daerah ini mengalami wabah paceklik, ia pergi ke Mesir bersama istrinya, Sarah dan menetap di sana sementara waktu.
Keberadaan Ibrahim sangat mengesankan Firoun, raja Mesir, ia menerima hadiah seorang wanita budak yang cantik yang bernama Hajar. Lalu ia pulang kembali ke Kanaan; sebab usianya bertambah lanjut, ia sangat mendambakan seorang keturunan.
Ia-pun berdoa memohon kepada Tuhan agar diberi keturunan untuk meneruskan misi kemanusiaan. Istrinya, Sarah berbaik hati dan mengijinkan Ibrahim mengawini budak perempuan mereka asal Mesir, Hajar. Dari Hajar ia dikaruniai seorang putra yang bernama Ismael (Ismail), yang dalam bahasa Ibrani berarti Tuhan telah mendengar, yakni telah mendengar doa Ibrahim yang memohon keturunan.
Ibrahim sangat mencintai Ismail dan ibunya, Hajar, sehingga menimbulkan perasaan tidak senang pada istri pertamanya, Sarah. Maka Sarah meminta Ibrahim untuk membawa Ismail dan ibunya keluar dari rumah tangga mereka. Ibrahim diberi petunjuk Tuhan dengan bimbingan malaikat-Nya agar membawa anak dan istrinya ke arah selatan dari Kanaan, sampai ke suatu lembah yang tandus dan gersang, tiada tumbuhan, yaitu Makkah.
Setelah tiba di lembah tandus itu sesuai dengan petunjuk Tuhan lagi, Ibrahim kembali ke Kanaan, tapi sekali waktu ia menyempatkan diri menjenguk Ismail di Makkah sampai anaknya itu mencapai usia dewasa. Sementara Ibrahim bersama Sarah tinggal di Kanaan, dan terkadang pergi ke Makkah untuk melaksanakan perintah Tuhan (Haji).
Dengan ijin dan kekuasaan Tuhan mereka dikaruniai seorang putra, Ishaq, yang juga menjadi Nabi dan Rasul Allah untuk mengemban tugas mengajari umat tentang faham tauhid, dan mempertahankan ajaran itu sampai akhir jaman.
Malahan sebagai rahmat Allah kepada Ibrahim, dari keturunan Ishaq banyak lahir para Nabi dan Rasul Allah. Ishaq dianugerahi Tuhan seorang anak bernama Yaqub yang digelari Israel, yang dalam bahasa Ibrani berarti "Hamba Allah" jadi identik dengan arti Abd Allah dalam Bahasa Arab, konon karena ia rajin beribadah menghambakan diri kepada Allah.
Anak turun Nabi Yaqub atau Israel ini berkembang biak, dan menjadi nenek moyang bangsa Yahudi, yang juga disebut Bani Israel (anak turun Israel).
Anak-anak Yaqub berjumlah dua belas orang, sepuluh orang dari istri pertama, dua orang lagi dari istri kedua, yaitu Yusuf dan Benyamin. Sepuluh anak Yaqub itu ialah Rubin, Simon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar Dan, Gad, Asyar dan Naftali.
Karena berbagai kelebihan Yusuf, Yaqub sangat menyintai anaknya itu melebihi cintanya kepada anak-anaknya yang lain, dan hal ini mengundang rasa tidak enak pasa saudara-saudara tuanya dari istri pertama.
Lalu mereka bersekongkol untuk menyingkirkan Yusuf, tapi berkat lindungan Tuhan Yusuf bisa selamat. Yusuflah yang secara tidak langsung membawa Yaqub beserta seluruh keluarganya pindah ke Mesir, yang menjadi pusat peradaban dunia waktu itu.
Di Mesir inilah sebenarnya keturunan Yaqub atau Israel itu berkembang biak melalui anak-anaknya yang dua belas. Maka dari sinilah sebetulnya asal mula Bani Israel atau Bangsa Yahudi itu terbagi menjadi dua belas suku. Tapi Firoun yang dzalim itu merasa tidak senang terhadap keturunan Yaqub. Apalagi sebagian dari keturunan Yaqub itu menganut agama Taurat atau Monotheisme yang berlawanan dengan agama Mesir yang Mushrik atau Politheistik.
Nabi Dawud sebagai raja kerajaan Judea Samaria digantikan oleh anaknya, Nabi Sulaiman. Di bawah pimpinan Sulaiman bangsa Yahudi, anak turun Israel atau Nabi Yaqub ini mengalami jaman keemasan. Yerussalem dibangun dan pada dataran di atas bukit Zion yang menjadi pusat kota itu, didirikan pula tempat ibadah yang megah.
Orang Arab menyebutnya Haikal Sulaiman (Kuil Sulaiman, Solomon Temple), yang juga disebut al-Masjid al-Aqsa, "Masjid yang jauh dari Makkah". Sebagaimana kota Yerussalem, tempat masjid itu di kenal orang Arab sebagai al-Quds atau Bait al-Maqdis, Bait al-Muqoddas, yang semuanya berarti kota atau tempat suci.
Sayang, anak turun Nabi Yaqub itu terkenal sombong dan suka memberontak. Ini membangkitkan murka Tuhan yang pada gilirannya mereka harus menerima azab-Nya. Al-Quran sendiri menggambarkan betapa Bani Israel itu membuat kerusakan di bumi, berlaku angkuh, chauvinis, merasa paling unggul dan paling benar sendiri.
Peristiwa ini terjadi sekitar tujuh abad sebelum masehi, ketika bangsa Babilonia dipimpin Nebukadnezar datang menyerbu Yerussalen dan menghancurkan kota itu termasuk masjid Aqsa-nya.
Berkat pertolongan dan kebesaran Tuhan, bangsa Bani Israel bisa kembali lagi ke tanah Yerussalem. Tapi sekali lagi mereka bersikat congkak dan membuat kerusakan di muka bumi, maka Allah-pun menurunkan siksa-Nya untuk kedua kali pada tahun tujuh puluh masehi, karena dosa mereka menolak kerasulan Nabi Isa al-Masih dan menyiksa para pengikutnya.
Ini bisa dibuktikan ketika kaisar Titus dari Roma meratakan Yerussalem dengan tanah, dan menghancurkan lagi masjid Aqsa yang mereka bangun. Dari bangunan itu tidak ada yang tersisa kecuali Tembok Ratap (tempat orang-orang Yahudi meratapi nasib mereka). Akibat dosa itu orang Yahudi mengalami diaspora, mengembara di bumi terlunta-lunta sebab tidak bertanah air, dan hidup miskin di Geto-geto. Bangunan yang hancur itu dibangun kembali oleh umat Islam dan diwarisinya sampai sekarang.
Yerussalem jatuh ke tangan Arab Muslim pada jaman Umar bin Khattab. Ketika datang ke sana untuk menerima penyerahan kota itu, ia merasa kecewa sekali melihat tempat masjid Aqsa telah dijadikan pembuangan sampah oleh umat Nasrani yang ingin melecehkan agama Yahudi.
Umar beserta tentara Islam membersihkan tempat itu, menjadikan tempat salat dan mendirikan masjid sederhana. Masjid Umar itu diperbaharui menjadi bangunan megah oleh khalifah Abd al-Malik bin Marwan dari Bani Umayyah.
Kisah perjalanan Nabi Ibrahim dan anak cucunya ini dikedepankan dengan maksud untuk menyadarkan kita semua betapa tokoh yang disebut sebagai imam umat manusia ini mempunyai kaitan erat dengan agama Islam.
Dari Isa itu tampak bahwa antara Makkah dan Yerussalem ada hubungan yang sangat erat terutama hubungan antara agama Yahudi, Kristen dan Islam.
Menurut Nabi Muhammad, ada tiga kota suci yang dianjurkan kepada kaum Muslimin untuk mengunjunginya yaitu Makkah dengan masjid Haramnya, Madinah dengan masjid Nabawinya dan Yerussalem dengan masjid Aqsanya.
Karena itu ketika Nabi melakukan shalat yang harus menghadap Yerussalem sewaktu masih di Makkah, ia memilih tempat di sebelah selatan Kabah agar bisa menghadap ke Kabah sekaligus ke Sakhrah di Yerussalem.
Tetapi ketika pindah ke Madinah, ia tidak bisa melakukan hal itu sebab Madinah terletak di sebelah utara Makkah. Maka Nabipun mohon perkenan Tuhan untuk pindah kiblat dari Yerussalem ke Makkah. Perpindahan ini mengisyaratkan makna yang amat dalam bahwa Nabi mengajarkan dan mengajak manusia kembali ke agama Nabi Ibrahim yang asli, yang disimbulkan oleh Kabah sebagai peninggalannya yang terpenting.
Agama Nabi Ibrahim yang asli itu biasa disebut Agama Hanafiyah, dan Ibrahim adalah seorang yang hanif, yang artinya bersemangat kebenaran, dan Muslim yang berarti bersemangat pasrah dan taat kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Maka ketika Rasul Allah terlibat polemik dengan para penganut Agama Yahudi yang muncul melalui kerasulan Musa sekitar lima abad sesudah Nabi Ibrahim, dan penganut Agama Nasrani yang muncul sekitar tiga belas abad setelah Nabi yang sama, wahyu Tuhan kepada Muhammad menegaskan bahwa Ibrahim bukanlah seorang Yahudi atau seorang Nasrani, melainkan seorang yang hanif dan muslim.
Nabi dan para pengikutnya diperintahkan untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim yang hanif itu. Berkaitan dengan kesinambungan agam Ibrahim yang hanif itu, Tuhan sudah wanti-wanti kepada Nabi untuk menjaga keutuhan agama itu, tidak terpecah belah didalamnya, yaitu agama yang telah diwahyukan kepada Nabi Ibrahim, Musa dan Isa.

Oleh : Zainal Arifin
Staf Pengajar Fakultas Ushuluddin Surabaya

Sejarah Yahudi - Israel

Sebelumnya mereka adalah bangsa yang terlunta-lunta tanpa tempat tinggal. Tak satu pun bangsa lain di dunia ini yang rela ditumpangi karena khawatir prilaku licik mereka yang selalu kelewatan. Kelicikan ini didukung pula oleh kecerdasannya yang konon memang lumayan. Akibat tersohornya kelicikan ini sampai-sampai bangsa Jerman sempat berhasrat untuk melenyapkan mereka dari muka bumi.
Yahudi. Ya merekalah si Yahudi itu.
Lalu entah darimana tiba-tiba mereka teringat dengan [konon] tanah para leluhurnya yang dulu-dulu sekali itu (yaitu daerah palestina plus sekitarnya sekarang). Opininya adalah tanah itu merupakan tanah nenek moyang yang mereka akui dari keturunan Musa as dulu. Duh, padahal kita tahu ajaran musa sendiri mereka khianati.
Lalu dirancanglah skenario itu.

Dengan dibantu oleh bangsa-bangsa lain yang ketakutan tanahnya sendiri direbut oleh si Yahudi ini maka strategi licik itu dimulai. Mulanya sempat tanah yang ditentukan itu adalah dataran brazil sekarang, argentina dan uganda dan sampai akhirnya mereka memutuskan daerah palestina saja. Apalagi mereka bisa menggunakan alasan historis dan kitab suci untuk merebut daerah palestina plus-plus tersebut.
Penguasa di palestina saat itu pada mulanya sangat kuat dan konsisten dalam mempertahankan tanahnya sendiri. Jangankan di jual sejengkal, untuk ditumpangi sekejap saja pun tidak digubris setiap si Yahudi atau calo-calonya mencoba mencari simpati di awal skenario tadi.
Tapi apa akhirnya …
Yah begitulah… mereka memang licik bersama dengan kecerdikannya.
Sebagian dari bangsa palestina dan arab lain pada waktu itu ada juga yang lengah, apalagi saat kolonial Inggris berhasil menjajah. Pada mulanya istilah numpang. “Bolehkah kami numpang di daerahmu ini sebentaa…aar aja, masalahnya kami dimana-mana diusir dan dipencilkan oleh bangsa lain, apa kalian tidak kasihan dengan kami ?” Katakanlah pada mulanya mereka diberi tumpangan atas dasar belas kasihan. Lama kelamaan mereka bisa membeli, di waktu berikutnya merebut, dan sekarang mereka merasa memiliki. “Ini tanah kami lho“, katanya. “Tuhan memang menghadiahkannya untuk kami“.
Lalu pelan-pelan mereka terus mengatur siasat untuk dapat mengusir sang tuan rumah dari tanahnya sendiri.
Sedari dahulu bangsa Yahudi ini memang begitu. Mereka seperti ditakdirkan untuk menjadi ujian bagi manusia lain di kehidupan ini. Mereka berkali-kali mencoba membunuh utusan Tuhan (seperti kasus Isa as), mengobrak-abrik ajaran para utusan-NYA itu dan selalu menindas manusia lain saat diberi kekuasaan (kekuatan) sedikit saja.
Begitulah seperti halnya yang kita saksikan akhir-akhir ini.
Tuhan seperti memberi kesempatan pada kita untuk menyaksikan dan membuktikan akan kebejatan mereka setelah ada sebagian dari saudara-saudara kita yang tertipu. Tertipu dengan alasan-alasan kemanusiaannya (humanisme), tertipu dengan alasan kesamaannya (pluralisme) dan tertipu dengan logika pemaksaan pembenaran (apologis) yang dirancangnya.
Sebagian memang ada bangsa Yahudi ini yang baik, yang tersadar dari fitrahnya, seperti halnya di zaman rasulullah terdapat sejumlah yahudi yang menjadi muslim.
Tapi Yahudi-Israel yang kita saksikan saat ini benar-benar telah membukakan mata kita sendiri bahwa mereka memang musuh kita yang sebenar nyata.

Kisah Lengkapnya (diambil dari salah satu situs ) :
Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan nama Israel. Terutama setiap penyerangan ugal-ugalannya terhadap bangsa palestina. Sebenarnya siapa sih bangsa Israel itu?
Nama Yahudi barangkali diambil dari Yehuda. Yehuda adalah salah seorang putra nabi Yakub (Kejadian 29: 22) yang kemudian hari dijadikan nama salah satu kerajaan Israel yang pecah menjadi dua, setelah Solomon (Sulaiman) meninggal (1 Raja-Raja 12). Sedangkan nama Israel adalah nama yang diberikan Tuhan kepada Yakub, setelah Yakub memenangkan pergulatan melawan Tuhan (Kejadian 32:28). Karena dosa-dosanya yang sudah tidak termaafkan lagi, bangsa Israel ini dihukum oleh Tuhan dengan menghancurkan kerajaan yang mereka miliki (2 Raja-Raja 17:7-23).
Bangsa Yahudi sangat terobsesi oleh kitab suci mereka, bahwa hanya merekalah satu-satunya bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menguasai dunia ini. Bukankah Tuhan juga yang menyatakan kepada nenek moyang mereka Ibrahim, bahwa dari keturunan Ibrahimlah Tuhan akan menurunkan raja-raja didunia ini. Bagi mereka, keturunan Ibrahim hanyalah anak cucu yang lahir dari Sarah, isteri pertama Ibrahim, sehingga keberadaan Ismael anak sulung Ibrahim dari Hajar, dianggap tidak ada. Atas kecongkakkan dan kesombongan ini, Tuhan murka kepada bani Israel. Beratus-ratus tahun mereka menjadi warga negara kelas kambing yang tertindas di negeri Firaun. Setelah Musa berhasil membawa mereka keluar dari Mesir, bangsa Israel sempat mempunyai kerajaan yang dibangun oleh Daud dan mencapai masa keemasannya ditangan Solomon. Kerajaan yang kemudian pecah menjadi dua karena intrik anak-anak Solomon, lalu menjadi lemah dan akhirnya mereka dijajah oleh Firaun Nekho (2 Raja-Raja 23:31-35). Diusir sebagai orang buangan oleh Nebukadnezar bangsa Babilonia (2 Raja-Raja 25:1-21). Dijajah oleh Romawi. Dimusnahkan oleh Nazi, Jerman. Kesemuanya itu adalah hukuman Tuhan, kepada bangsa yang oleh Yesus (Isa al Masih) disebut sebagai keturunan bangsa ular beludak (Matius 23:33). Hukuman tersebut tidak membuat mereka jera, dan bertobat. Malah menjadikan dendam kesumat dihati bangsa ini untuk melawan Tuhan, Allah Maha Pencipta.
Kecongkakkan mereka dengan menganggap diri sebagai bangsa pilihan Tuhan satu-satunya yang berhak memerintah dunia ini, membuat mereka dengan sombongnya bersumpah, untuk memerangi agama lain selain agama mereka dengan segala cara, persis ketika Iblis bersumpah kepada Tuhan untuk memperdayai anak cucu Adam, sampai dunia kiamat nanti. Tuhanpun memperingatkan ummat Islam, melalui Al-Quran untuk berhati-hati terhadap tipu daya Yahudi ini.
Pegangan mereka adalah kitab Talmud. Yang merupakan kitab setan, karena sangat jauh menyimpang, bahkan mungkin bertolak belakang dengan ajaran Taurat.
Nabi Daud AS, yang juga raja, menaklukkan bukit Zion yang merupakan benteng dari kaum Yabus. Nabi Daud AS tinggal di benteng itu dan diberinya nama: “bandar Daud” (Samuel II 5:7-9)
Sejak itu maka Zion menjadi tempat suci, dikeramatkan orang-orang Yahudi yang mereka percayai bahwa Tuhan tinggal di tempat itu: “Indahkanlah suaramu untuk Tuhan Yang menetap di Zion” (Mazmur 9:11).
Zionisme ialah gerakan orang-orang Yahudi yang bersifat ideologis untuk menetap di Palestina, yakni di bukit Zion dan sekitarnya. Walaupun Nabi Musa AS tidak sampai pernah menginjakkan kaki beliau di sana, namun orang-orang Yahudi menganggap Nabi Musa AS adalah pemimpin pertama kaum Zionis.
Untuk mencapai cita-citanya, Zionisme membangkitkan fanatisme kebangsaan (keyahudian), keagamaan dengan mempergunakan cara kekerasan untuk sampai kepada tujuannya. Zionisme memakai beberapa tipudaya untuk mengurangi dan menghilangkan sama sekali penggunaan kata “Palestina”, yakni mengganti dengan perkataan-perkataan lain yang berkaitan dengan sejarah bangsa Yahudi di negeri itu. Digunakanlah nama “Israel” untuk negara yang telah didirikan oleh mereka, sebab Zionisme di Palestina identik dengan kekerasan, kezaliman dan kehancuran. Kaum Zionis mengambil nama Israel adalah untuk siasat guna mengelabui dan menipu publik, bahwa negara Israel itu tidak akan menggunakan cara-cara yang biasa digunakan oleh kaum Zionis. Pada hal dalam hakikatnya secra substansial tidaklah ada perbedaan sama sekali antara Israel dengan Zionisme. Israel sendiri berasal dari dua kata, isra mempunyai arti hamba, dan ell berarti Allah.
Secara substansial protokol Zionisme adalah suatu konspirasi jahat terhadap kemanusiaan. Protokol berarti pernyataan jika dinisbatkan kepada para konseptornya, dan berarti laporan yang diterima serta didukung sebagai suatu keputusan jika dikaitkan pada muktamar di Bale, Switzerland, tahun 1897, yang diprakarsai oleh Teodor Herzl.
.
Protokol-protokol itu yang sebagai dokumen rahasia disimpan di tempat rahasia, namun beberapa diantaranya dibocorkan oleh seorang nyonya berkebangsaan Perancis yang beragama Kristen dalam tahun 1901. Dalam perjumpaan nyonya itu dengan seorang pemimpin teras Zionis di rumah rahasia golongan Mesonik di Paris, nyonya itu sempat melihat sebagian dari protokol-protokol itu. Nyonya itu sangat trperanjat setelah membaca isinya. Ia berhasil mencuri sebagian dari dokumen rahasia itu, yang disampaikannya kepada Alex Nikola Nivieh, ketua dinas rahasia Kekaisaran Rusia Timur.
Sebagian kecil dari protokol-protokol Zionisme itu akan disampaikan seperti berikut:
1. Manusia terbagi atas dua bagian, yaitu Yahudi dan non-Yahudi yang disebut Joyeem, atau Umami. Jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni. Kaum Umami berasal-usul dari syaithan, dan tujuan penciptan Umami ini untuk berkhidmat kepada kaum Yahudi. Jadi kaum Yahudi merupakan pokok dari anasir kemanusiaan sedangkan kaum Umami adalah sebagai budak Yahudi. Kaum Yahudi boleh mencuri bahkan merampas harta benda kaum Umami, boleh menipu mereka, berbohong kepada mereka, boleh menganiaya, boleh membunuh serta memperkosa mereka. Sesungguhnya tabiat asli kaum Yahudi ini bukan hanya ada disebutkan dalam protokol dokumen rahasia Zionis tersebut, melainkan ini adalah warisan turun temurun sejak cucu Nabi Ibrahim AS dari jalur Nabi Ishaq AS ini mulai mengalami dekadensi (baca: busuk ke dalam), yaitu sepeninggal Nabi Sulaiman AS. Ini diungkap dalam Al Quran (transliterasi huruf demi huruf): QALWA LYS ‘ALYNA FY ALAMYN SBYL (S. AL ‘AMRAN, 75), dibaca: qa-lu- laysa ‘alayna- fil ummiyyi-na sabi-l (s. ali ‘imra-n), artinya: mereka berkata tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (3:75).
2. Protokol Zionisme tentang faham jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni, sangatlah menyimpang dari syari’at yang dibawakan oleh Nabi Musa AS. Mereka yang menyimpang inilah yang dimaksud dengan almaghdhu-b, artinya yang dimurkai dalam Surah Al Fa-tihah ayat 7.
3. Protokol-protokol Zionisme itu merancang juklatnya dengan menye-barkan faham-faham yang bermacam-macam. Faham yang mereka tebarkan berbeda dari masa ke masa. Suatu waktu mempublikasikan sekularisme kapitalisme, suatu waktu menebar atheisme komunisme, suatu waktu berse-lubung agnostik sosialisme. Untuk menebarkan pengaruh internasional, protokol-protokol itu antara lain berisikan perencanaan keuangan bagi kerajaan Yahudi Internasional yang menyangkut mata uang, pinjaman-pinjaman, dan bursa. Media surat kabar adalah salah satu kekuatan besar dan melalui jalan ini akan dapat memimpin dunia. Manusia akan lebih mudah ditundukkan dengan bencana kemiskinan daripada ditundukkan oleh undang-undang.
Pada tahun 1902 dokumen rahasia Zionis itu diterbitkan dalam bentuk buku berbahasa Rusia oleh Prof. Nilus dengan judul ‘PROTOKOLAT ZIONISME’. Dalam kata pengantarnya Prof. Nilus berseru kepada bangsanya agar berhati-hati akan satu bahaya yang belum terjadi. Dengan seruan itu terbongkarlah niat jahat Yahudi, dan hura-hura pun tak bisa dikendalikan lagi, dimana saat itu telah terbantai lebih kurang 10.000 orang Yahudi. Theodor Herzl, tokoh Zionis Internasional berteriak geram atas terbongkarnya Protokolat mereka yang amat rahasia itu, karena tercuri dari pusat penyim-panannya yang dirahasiakan, dan penyebar-luasannya sebelum saatnya akan membawa bencana. Peristiwa pembantaian atas orang-orang Yahudi itu mereka rahasiakan. Lalu mereka ber-gegas membeli dan memborong habis semua buku itu dari toko-toko buku. Untuk itu, mereka tidak segan-segan membuang beaya apa saja yang ada, seperti ; emas, perak, wanita, dan sarana apa saja, asal naskah-naskah itu bisa disita oleh mereka.
.
Mereka menggunakan semua pengaruhnya di Inggris, supaya Inggris mau menekan Rusia untuk menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi di sana. Semua itu bisa terlaksana setelah usaha yang amat berat.
Pada tahun 1905 kembali Prof. Nilus mencetak ulang buku itu dengan amat cepat dan mengherankan. Pada tahun 1917 kembali dicetak lagi, akan tetapi para pendukung Bolshvic menyita buku protokolat itu dan melarangnya sampai saat ini. Namun sebuah naskah lolos dari Rusia dan diselun-dupkan ke Inggris oleh seorang wartawan surat kabar Inggris ‘The Morning Post’ yang bernama Victor E.Mars dan dalam usahanya memuat berita revolusi Rusia. Ia segera mencarinya di perpustakaan Inggris, maka didapatinya estimasi tentang akan terjadinya revolusi komunis. Ini sebelum lima belas tahun terjadi, yakni di tahun 1901. Kemudian wartawan itu menterjemahkan Protokolat Zionis itu ke dalam bahasa Inggris dan dicetak pada tahun 1912.
Hingga kini tidak ada satu pun penerbit di Inggris yang berani mencetak Protokolat Zionis itu, karena kuatnya pengaruh mereka di sana. Demikian pula terjadi di Amerika. Kemudian buku itu muncul dicetak di Jerman pada tahun 1919 dan tersebar luas ke beberapa negara. Akhirnya buku itu diterjemah-kan ke dalam bahasa Arab, antara lain oleh Muhammad Khalifah At-Tunisi dan dimuat dalam majalah Mimbarusy-Syarq tahun 1950. Perlu diketahui, bahwa tidak ada orang yang berani mempublikasikan Protokolat itu, kecuali ia berani menghadapi tantangan dan kritik pedas pada koran-koran mereka, sebagaimana yang dialami oleh penerjemah ke dalam bahasa Arab yang dikecam dalam dua koran berbahasa Perancis yang terbit di Mesir.
Setelah melalui proses yang amat panjang akhirnya pada 14 Mei 1948 silam, kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan kemerdekaan ini, cita-cita orang orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk mendirikan negara sendiri, tercapai. Mereka berhasil melaksanakan “amanat” yang disampaikan Theodore Herzl dalam tulisannya Der Judenstaat (Negara Yahudi) sejak 1896. Tidaklah mengherankan jika di tengah-tengah negara-negara Timur Tengah yang mayoritas menganut agama Islam, ada sekelompok manusia yang berkebudayaan dan bergaya hidup Barat. Mereka adalah para imigran Yahudi yang didatangkan dari berbagai negara di dunia karena mengalami pembantaian oleh penguasa setempat.
Sejak awal Israel sudah tidak diterima kehadirannya di Palestina, bahkan di daerah mana pun mereka berada. Karena merasa memiliki keterikatan historis dengan Palestina, akhirnya mereka berbondong-bondong datang ke Palestina. Imigrasi besar-besaran kaum Yahudi ini terjadi sejak akhir tahun 1700-an. Akibat pembantaian diderita, maka mereka merasa harus mencari tempat yang aman untuk ditempati. Oleh Inggris mereka ditawarkan untuk memilih kawasan Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati, tapi Herzl lebih memilih Palestina.
Herzl adalah The Founding Father of Zionism. Dia menggunakan zionisme sebagai kendaraan politiknya dalam merebut Palestina. Kemampuannya dalam melobi para penguasa dunia tidak diragukan lagi. Sederetan orang-orang terkenal di dunia seperti Paus Roma, Kaisar Wilhelm Jerman, Ratu Victoria Inggris, dan Sultan Turki di Istambul telah ditaklukkannya. Zionisme adalah otak dalam perebutan wilayah Palestina dan serangkaian pembantaian yang dilakukan Yahudi.
Dengan berdatangannya bangsa Yahudi ke Palestina secara besar-besaran, menyebabkan kemarahan besar penduduk Palestina. Gelombang pertama imigrasi Yahudi terjadi pada tahun 1882 hingga 1903. Ketika itu sebanyak 25.000 orang Yahudi berhasil dipindahkan ke Palestina. Mulailah terjadi perampasan tanah milik penduduk Palestina oleh pendatang Yahudi. Bentrokan pun tidak dapat dapat dihindari. Kemudian gelombang kedua pun berlanjut pada tahun 1904 hingga 1914. Pada masa inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai merebak.
Berdasarkan hasil perjanjian Sykes Picot tahun 1915 yang secara rahasia dan sepihak telah menempatkan Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris. Dengan berlakunya sistem mandat atas Palestina, Inggris membuka pintu lebar-lebar untuk para imigran Yahudi dan hal ini memancing protes keras bangsa Palestina.
Aksi Inggris selanjutnya adalah memberikan persetujuannya melalui Deklarasi Balfour pada tahun 1917 agar Yahudi mempunyai tempat tinggal di Palestina. John Norton More dalam bukunya The Arab-Israeli Conflict mengatakan bahwa Deklarasi Balfour telah menina-bobokan penguasa Arab terhadap pengkhiatan Inggris yang menyerahkan Palestina kepada Zionis.
Pada tahun 1947 mandat Inggris atas Palestina berakhir dan PBB mengambil alih kekuasaan. Resolusi DK PBB No. 181 (II) tanggal 29 November 1947 membagi Palestina menjadi tiga bagian. Hal ini mendapat protes keras dari penduduk Palestina. Mereka menggelar demonstrasi besar-besaran menentang kebijakan PBB ini. Lain halnya yang dilakukan dengan bangsa Yahudi. Dengan suka cita mereka mengadakan perayaan atas kemenangan besar ini. Bantuan dari beberapa negara Arab dalam bentuk persenjataan perang mengalir ke Palestina. Saat itu pula menyusul pembubaran gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir dan pembunuhan terhadap Hasan al-Banna yang banyak berperan dalam membela Palestina dari cengkraman Israel.
Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah terlepas dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Palestina menjadi negara yang tercabik-cabik selama 30 tahun pendudukan Inggris. Sejak 1918 hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah Palestina. Penjara-penjara dan kamp-kamp konsentrasi selalu dipadati penduduk Palestina akibat pemberontakan yang mereka lakukan dalam melawan kekejaman Israel.
Tahun 1956, Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel, setelah gerakan Islam di kawasan Arab dipukul dan Abdul Qadir Audah, Muhammad Firgholi, dan Yusuf Thol’at yang terlibat langsung dalam peperangan dengan Yahudi di Palestina dihukum mati oleh rezim Mesir. Dan pada tahun 1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi. Tahun 1977, terjadi serangan terhadap Libanon dan perjanjian Camp David yang disponsori oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir
.
Akhirnya pada Desember 1987, perjuangan rakyat Palestina terhimpun dalam satu kekuatan setelah sekian lama melakukan perlawanan secara sporadis terhadap Israel. Gerakan Intifadhah telah menyatukan solidaritas rakyat Palestina. Intifadhah merupakan aksi pemberontakan massal yang didukung massa dalam jumlah terbesar sejak tahun 1930-an. Sifat perlawanan ini radikal revolusioner dalam bentuk aksi massal rakyat sipil.
Adanya kehendak kolektif untuk memberontak sudah tidak dapat ditahan lagi. Untuk tetap bertahan dalam skema transformasi masyarakat yang menghindari aksi kekerasan, maka atas prakarsa Syekh Ahmad Yassin dibentuklah HAMAS (Harakah al-Muqawwah al-Islamiyah) pada bulan Januari 1988, sebagai wadah aspirasi rakyat Palestina yang bertujuan mengusir Israel dari Palestina, mendirikan negara Islam Palestina, dan memelihara kesucian Masjid Al-Aqsha. HAMAS merupakan “anak” dari Ikhwanul Muslimin karena para anggotanya berasal dari para pengikut gerakan Ikhwanul Muslimin. Perlawanan terhadap Israel semakin gencar dilakukan dan mengakibatkan kerugian material bagi Israel berupa kehancuran pertumbuhan ekonomi, penurunan produksi industri dan pertanian, serta penurunan investasi. Kerugian lainnya yaitu hilangnya ketenangan dan rasa aman bangsa Israel.
Tidak ada manipulasi sejarah yang lebih dahsyat dari pada yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina. Kongres Zionis I di Basle merupakan titik balik dari sejarah usaha perampasan tanah Palestina dari bangsa Arab. Namun hebatnya, para perampas ini tidak dianggap sebagai ”perampok” tetapi malahan dipuja sebagai ”pahlawan” dan bangsa Arab yang melawannya dianggap sebagai ”teroris” dan penjahat yang perlu dihancurkan.
Salah satu kunci untuk memahami semua ini ialah karena sejak Kongres I kaum Zionis sudah mengerti kunci perjuangan abad XX yakni: diplomasi, lobi, dan penguasaan media massa. Herzl sebagai seorang wartawan yang berpengalaman dengan tangkas memanfaatkan tiga senjata andal dalam perjuangan politik abad modern ini. Sejak Kongres I, dia sangat rajin melobi para pembesar di Eropa, mendekati wartawan, dan melancarkan diplomasi ke berbagai negara. Hasilnya sungguh luar biasa. Zionisme lantas diterima sebagai gerakan politik yang sah bagi usaha merampas tanah Palestina untuk bangsa Yahudi.
Tokoh-tokoh Yahudi banyak terjun ke media massa, terutama koran dan industri film. Hollywood misalnya didirikan oleh Adolf Zuckjor bersaudara dan Samuel-Goldwyn-Meyer (MGM). Dengan dominasi yang luar biasa ini, mereka berhasil mengubah bangsa Palestina yang sebenarnya adalah korban kaum Zionis menjadi pihak ”penjahat”.
.
Apakah anda tau siapa yang menguasai kantor-kantor berita seperti Reuter, Assosiated Press, United Press International, surat kabar Times dan jaringan telivisi terkenal dunia serta perusahaan film di Holywood? Semuanya adalah bangsa Yahudi. Reuter didirikan oleh Yahudi Jerman, Julius Paul Reuter yang bernama asli Israel Beer Josaphat. Melalui jaringan informasi dan media komunikasi massa inilah mereka menciptakan image negatif terhadap Islam, seperti Islam Fundamentalis, Islam Teroris, dan lain sebagainya. Demikian gencarnya propaganda ini, sampai-sampai orang Islam sendiri ada yang phobi Islam.
Edward Said, dalam bukunya Blaming The Victims secara jitu mengungkapkan bagaimana media massa Amerika menciptakan gambaran negatif bangsa Palestina. Sekitar 25 persen wartawan di Washington dan New York adalah Yahudi, sebaliknya hampir tidak ada koran atau TV Amerika terkemuka yang mempunyai wartawan Arab atau Muslim. Kondisi ini berbeda dengan media Eropa yang meskipun dalam jumlah terbatas masih memiliki wartawan Arab atau muslim. Dengan demikian laporan tentang Palestina di media Eropa secara umum lebih ”fair” daripada media Amerika.
Edward Said yang terkenal dengan bukunya Orientalism (Verso 1978), menguraikan apa yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina merupakan praktik kaum Orientalis yang sangat nyata. Pertama, sejarah ditulis ulang, yakni Palestina sebelum berdirnya Israel ialah: wilayah tanpa bangsa untuk bangsa yang tidak mempunyai tanah air. Kedua, bangsa Palestina yang menjadi korban dikesankan sebagai bangsa biadab yang jadi penjahat. Ketiga, tanah Palestina hanya bisa makmur setelah kaum Zionis beremigrasi ke sana.

7 Januari, 2009 oleh Herianto
Referensi:
swaramuslim
Hidayatullah Mei 2002

Yahudi Di Uni Sovyet

Orang Yahudi di Uni Sovyet adalah bagian dari
keturunan Yahudi yang tersebar di berbagai negara
Eropa, Asia dan Afrika, dan telah bermukim disana
ratusan tahun sejak zaman yang disebut diaspora, saat
mereka terbuang dari tanah asal mereka, Kanaan yang
juga disebut Tanah Palestina dan yang oleh pemeluk
Kristen dan Yahudi disebut the Holy Land (Tanah Suci).

Pada akhir abad ke-19, terdapat sekitar 5 juta orang
Yahudi di Rusia. Mereka umumnya bermukim di
propinsi-propinsi perbatasan sebelah Barat. Di negara
kerajaan yang sangat fanatik agama ini mereka
senantiasa jadi bulan-bulanan. Secara berkala, jika
terjadi pergolakan politik, perkampungan Yahudi
menjadi sasaran penjarahan dan pembantaian
besar-besaran yang disebut "pogrom".

Revolusi Bolshewik untuk menumbangkan kerajaan sebab
itu mendapat sambutan orang Yahudi. Banyak mereka yang
ikut bergabung, bahkan sejumlah intelek mereka turut
menjadi penggerak revolusi komunis itu. Tanggal 21
Maret 1917, tak lama setelah tergulingnya kaisar
Rusia, pemerintah sementara mengeluarkan dekrit yang
menghapus pembedaan perlakuan berlandaskan ras dan
agama, dan sejumlah intelek Yahudipun tampil di pucuk
pimpinan partai. Jacob Sverdlov, seorang Yahudi
Lithuania diangkat menjadi ketua pertama komite
sentral partai. Grigori Evseevich Zinoviev tampil
menjadi ketua Perhimpunan Kaum Pekerja Internasional.
Masih ada sejumlah Yahudi lainnya yang menjadi
pimpinan teras seperti Maxim Litvinov, menteri luar
negeri, Karl Radek penata pers dan media propaganda
komunisme di seluruh dunia, N. Riazanov, sejarawan
gerakan Marxis, dan di atas dari semuanya: Leon
Trotsky yang bernama asli Leo Davidovich Bronstein,
orang kedua sesudah Lenin dalam hierarki pimpinan
revolusi. Ia menjabat panglima tertinggi dan menteri
peperangan. Sementara itu gerakan nasionalisme Yahudi
yang disebut zionisme berkembang pula dengan subur.

Tetapi kejayaan tokoh-tokoh komunis Yahudi berakhir
dengan kebangkitan Stalin. Mereka satu persatu
disingkirkan dari pimpinan partai, sebagian besar
akhirnya dibinasakan, termasuk Trotsky. Namun dalam
angkatan bersenjata peranan Yahudi tetap menonjol.
Pada masa Perang Dunia Kedua terdapat lebih dari 50
jenderal keturunan Yahudi dalam ketentaraan Sovyet.
Banyak diantaranya jenderal ternama yang setelah
perang mendapat anugerah bintang kehormatan tertinggi
kemiliteran.
Satu diantaranya, Mayor Jenderal Yakof Kreyzer
memimpin Tentara Ketiga Sovyet dalam pertempuran
mati-matian mempertahankan kota Moskow.
Mayor-Jenderal Lev Mikhailovich Dovator, panglima
resimen Cossack, yang tewas pada awal ofensif balasan
besar-besaran Tentara Merah. Letnan Jenderal I.S.
Beskin, pahlawan Sovyet, panglima pasukan artileri
yang menembakkan 7 ribu meriam dan mortir dalam
merebut kembali kota Stalingrad. Dan Letnan Jenderal
Hirsh Davidovich Plaskov, panglima artileri dibawah
Marsekal Bogdanov yang menyerbu Berlin dari arah
barat.

Tetapi antara tahun 1948 sampai 1953 angkatan
bersenjata secara berangsur dibersihkan dari para
perwira tinggi Yahudi. Tidak kurang dari 63 jenderal,
111 kolonel dan 159 letnan kolonel Yahudi
dipensiunkan. Orang Yahudi juga tidak dibiarkan
menduduki jabatan-jabatan penting tertentu seperti
dinas rahasia. Jumlah mahasiswa Yahudi di
perguruan-perguruan tinggi dibatasi dengan kuota.

Pada tahun 1956 dan 1960-an digalakkan gerakan
pengganyangan para parasit dan penjahat ekonomi,
seperti para pelaku perdagangan gelap valuta asing dan
sejenisnya, dengan penjatuhan hukuman mati. Dari lebih
dari 100 orang yang dihukum mati, 40 persen memiliki
nama Yahudi.

Menurut buku "The Jews in Soviet Russia since 1917"
yang diterbitkan oleh Oxford University Press, ada
beberapa penyebab kebencian yang menyebabkan
diskriminasi terhadap Yahudi di kalangan anggota
partai dan masyarakat Sovyet. Satu diantaranya,
masyarakat Yahudi mereka pandang enggan membaurkan
diri, berkokoh mempertahankan keyakinan agama dan
adat-istiadat mereka, dan ini menyebabkan keraguan
atas kesetiaan mereka pada negara dan partai.
Selain itu gerakan zionisme di kalangan orang Yahudi
dipandang pada hakekatnya anti-komunis, dan musuh
besar kubu sosialis. Organisasi-organisasi Yahudi,
badan-badan Yahudi sedunia, dan perhimpunan Yahudi di
banyak negara, secara pukul rata dilukiskan sebagai
borjuis yang paling reaksioner. Citra seperti
"persekongkolan Yahudi sedunia", "para milyuner
Yahudi kaya-raya" yang menguasai negara-negara besar
Barat, tidak asing lagi dalam media pers dan radio
Sovyet.

Sesudah Uni Sovyet bubar, banyak Yahudi di
republik-republik bagian Sovyet yang merdeka seperti
Ukraina yang berbondong-bondong beremigrasi ke Israel
dengan bantuan subsidi dan fasilitas dari pemerintah
Israel.

Sato Sakaki,
Los Angeles, California
Rujukan: - The Russian Jews Under Tsars and Soviets
by Salo W. Baron
- The Jews in Soviet Russia: The Oxford
University Press

Peran Israel dalam Konflik Afrika

Pasca perang Eitiopia (dengan dukungan Amerika) ke Somalia Desember 2006, media-media Israel bersorak-sorai terhadap kemenangan Eitiopia. Mereka bangga dengan peran Israel yang menggusur pemerintahan Islam Somalia. Bahkan mereka menyebarkan isu bahwa merekalah memberikan penyelundupan informasi kepada PBB soal perang terhadap pemerintah Islam yakni dengan Hizbullah Libanon. Perang Israel terhadap Libanon terakhir bertujuan untuk memobilisasi opini Barat terhadap Somalia berdasarkan harian politik Kuwait edisi 19 Januari 2007.

Media Israel kembali melakukan propaganda bahwa Somalia adalah tanah suci Yahudi yang mereka sebut "negeri Bonat" dan keturunan Yahudi disana Musa Aswad, Hazqabil, Habquq dulu hidup di Somalia.
Legenda palsu buatan Israel terbaru menyatakan, ada 50.000 Yahudi Somalia hidup di Israel. Mereka diusir dari Somalia karena banyak faktor di antaranya karena perang internal di awal tahun 90 an dan mereka merupakan unsur penting dalam ekonomi Israel.
Gerakan Zionis sejak berdiri sudah memiliki ciri khas menciptakan manipulasi dan kebohogan untuk kepentingan politik. Mereka mengumbarnya di media massa internasional yang menguasai logika publik yang bodoh dan simpati kepada Yahudi. Namun Zionis juga berusaha memaksanya dengan kekuatan materi. Zionis yakin bahwa hegemoni Amerika terhadap Somalia akan meluruskan jalan mewujudkan cita-cita ekspansi Yahudi.
Radio Suara Israel dalam sebuah reportasenya menegaskan, sebagian Yahudi Somalia bekerjasama dengan Yahudi Falasha melalukan penggalangan dana selama perang terakhir untuk membantu pasukan Etiopia dalam memerangi Somalia. Bahkan militer Israel yang berasal dari keturunan Falasha ikut dalam perang menghancurkan pemerintahan-pemerintahan Islam.
Israel sejak berdirinya menilai Etiopia sebagai sekutu strategis karena merupakan pintu gerbang belakang yang menjaga negara zionis dari lautan merah. Ini berlangsung sejak era imprialisme Helasilasi yang bangga karena asal usulnya dari Yahudi dan neneknya moyangnya adalah Ratu Saba'. Hari ini Israel menilai Etiopia yang merupakan sekutu Amerika sebagai kekuatan regional yang kuat dan menguasai di tanduk Afrika.
Berkat bantuannya dalam memprofokasi gerakan disintegrasi di selatan Sudan dan menggoyang stabilitas di Darfur dan hubungannya yang kuat dengan Uganda dan Kenya, Israel mampu memegang kendali Mesir dan Sudan dengan menguasai sumber Nil dalam menyalurkannya di kawasan Afrika dan Arab. Koalisi ini adalah pondasi kuat. Apalagi Israel ingin menguasai dunia Arab dan Timteng. Di samping itu, penguasaan Etiopia atas Somalia memberikan kesempatan kepada Israel untuk mengendalikan Laut Merah, Laut Arab dan Teluk Arab. Di tambah lagi pencurian Etiopia terhadap sumber-sumber kekayaan minyak dan laut Somalia.
Etiopia selalu menjadi poin penting dalam poltik luar negeri Israel dengan wujud kerjasama keduanya dalam politik terhadap Somalia. Karenanya, Israel setuju dengan invasi Etiopia terhadap Somalia awal 90an sehingga negara ini terpecah-pecah menjadi wilayah yang dikuasai oleh Etiopia. Bukan rahasia lagi karena pemimpin perang suku mendapatkan dukungan dana dan militer dari Israel. Senjata Israel mengucur kepada mereka melalui Etiopia. Sehingga Somalia terpecah belah dan identitas keislamannya pudar.
Muncul pertanyaan; kenapa setelah Amerika meralat politiknya terhadap Somalia setelah kemenangan pemerintah Islam di Maqdisyu dan masuk dalam dialog dengan mediasi Liga Arab di Khorthum dan Uni Eropa yang isi hasil dialog adalah ; pengakuan satu sama lain, menyatukan pasukan keamanan dua negara dan menciptakan sistem pemerintahan lokal bersatu??
Kenapa setelah dunia internasional menjadi mediator dan AS mendukung tercipta stabilitas keamanan di Tanduk Afrika, AS menantang dunia internasional dengan memberikan hak Veto di DK PBB jika negara-negara tetangga Somalia dalam aksi militer di negara itu.
Seperti diketahui, politik AS di Timteng bukan sekedar dengan pertimbangan Amerika sediri namun juga kepentingan Israel. Bahkan kepentingan yang terakhir ini lebih tinggi dari yang pertama ini semua berkat kekuasaan Lobi Yahudi dan kemampuannya mengeluarkan keputusan.
Hayem Wezmen yang merupakan ketua zionis Israel dan biro Yahudi serta kepala negara Israel menyatakan, dirinya mampu menembus Inggris, Amerika Serikat dan PM-PM mereka sehingga mengeluarkan keputusan yang memihak kepada kepentingan Israel. (bn-bysr)

Muhammad Syaref Mahmod
Al-Quds Arabi London

Islam di Rusia,Kuat karena budaya

Layaknya sejarah Islam di beberapa Negara, Islam di Rusia juga diwarnai dengan perlawanan dari rezim pemerintah. Namun kuatnya budaya dalam hati pemeluknya, tidak mampu dihilangkan oleh pemerintah
Rusia sebagai negara dengan wilayah terluas di Eropa, memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam hubungan internasional. Negara ini memiliki populasi penduduk muslim yang cukup signifikan, sehingga agama Islam merupakan agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks.

Dengan demikian, di Rusia, hiduplah kaum muslim dengan populasi terbesar di Eropa. Pada tahun 2000, kaum muslimin Rusia merayakan empat belas abad kehadiran Islam di Eropa. Keistimewaan kaum muslimin di Rusia adalah sejarah mereka yang sangat panjang itu. Hal ini berbeda dengan kaum muslim di negara-negara benua Eropa lainnya, yang umumnya adalah para imigran. Islam masuk ke Rusia tak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua abad ke-7 Masehi, yaitu ke wilayah Dagestan dan Kaukasus utara. Cita-cita Islam yang menarik, yaitu keadilan, persaudaraan, anti kezaliman, dan kecintaan pada ilmu, telah menyebabkan ajaran ini diterima oleh rakyat Rusia, terutama kaum Tatar di barat Rusia. Pada abad ke10, agama Islam menjadi agama resmi bangsa Tatar. Pada abad itu pula, agama Kristen diakui sebagai agama resmi etnis Rusia. Ketika orang-orang etnis Rusia mencapai kekuasaan, sedikit demi sedikit mereka menduduki wilayah kaum muslimin. Tentu saja, kaum muslimin menolak penindasan dan pengusaan dari kaum Kristen itu, sehingga melakukan berbagai perlawanan. Apalagi, hingga pertengahan kedua abad ke 18, kaum muslimin di Rusia tidak memiliki hak untuk melakukan aktivitas keagamaan serta membangun masjid dan sekolah Islam. Di antara perlawanan yang dilakukan kaum muslimin terhadap para Tzar atau penguasa Rusia, adalah perlawanan yang dipimpin Syaikh Syamil Dagestani pada pertengahan pertama abad ke 19. Dia selama bertahun-tahun berperang melawan tentara Rusia di Kaukasus utara dan Dagestan, serta berhasil menimpakan kerugian besar terhadap tentara Rusia itu. Namun, meletusnya Revolusi Komunis di Rusia pada tahun 1917 telah memunculkan situasi yang sangat buruk bagi semua pemeluk agama, terutama muslim. Setelah menyelesaikan berbagai krisis internal dan eksternal, pemimpin Revolusi Komunis sejak tahun 1927 memberlakukan peraturan keras bagi upaya pemberantasan agama di tengah masyarakat Rusia. Untuk itu, dilakukan pengajaran anti agama pada program pendidikan sekolah, penutupan sekolah-sekolah agama, dan dilakukan propaganda anti agama. Pada zaman itu, sekedar pergi ke masjid pun akan mendapatkan hukuman berat, antara lain berupa dikeluarkan dari sekolah atau dari tempat kerja. Meskipun pengajaran Islam dan perkembangannya benar-benar dihalangi pemerintah selama 70 tahun, namun akar budaya Islam dan sejarah Islam masih tetap hidup di hati kaum muslimin Rusia karena iman dan keyakinan memang tidak akan pernah bisa dikikis secara paksa. Sejak pertengahan kedua dekade 1980-an, pemerintah Uni Sovyet melakukan reformasi ekonomi dan sosial, dan momentum ini dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk memulai kembali aktivitas keagamaan mereka. Akibat dihidupkannya kembali nilai-nilai Islam, atmosfer kebangkitan Islam kembali bangkit di tengah kaum muslimin Rusia. Hal ini membuktikan bahwa fitrah ketuhanan dan spiritualitas sama sekali tidak bisa dihapuskan dengan represi dan pemaksaan. Gelombang kembalinya kaum muslimin Rusia kepada cita-cita Islam sedemikian pesat, sehingga akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 disebut sebagai periode kebangkitan Islam di Rusia. Dengan demikian, Islam telah kembali ke tengah kehidupan kaum muslimin Rusia dan mereka kini dapat melaksanakan kewajiban agama dengan leluasa. Islam di Rusia memiliki peran yang penting di negara itu. Di Rusia, pertumbuhan penduduk menunjukkan grafik negatif, namun di tengah kaum muslimin, pertumbuhan penduduk malah meningkat. Agama Islam juga mempersatukan 40 etnis di Rusia, di mana etnis terbesar adalah kaum Tatar dengan 5 juta penduduk. Etnis-etnis lain seperti Bashkir, Dagestan, Chechen, Ingush, Kabardian, dan lain-lain adalah di antara etnis Rusia yang beragama Islam. Selain itu, kaum muslimin Rusia dalam sepanjang sejarah selalu menjalin hubungan damai dengan saudara sebangsa mereka penganut Kristen Ortodoks. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bangsa Rusia secara umum memiliki pandangan positif terhadap kaum muslimin. Meskipun tentu saja, sebagian media massa yang terkait dengan Zionisme selalu berusaha untuk memburukkan citra Islam di negara itu. Karena ajarannya yang progesif, logis,dan damai, kaum muslimin Rusia menolak berbagai bentuk langkah kekerasan yang berkedok Islam. Sebagai contoh, pemerintahan Taliban di Afganistan yang secara lahiriah menggunakan ajaran Islam, namun justru melakukan banyak sekali pelanggaran terhadap Islam, telah membuat kaum muslimin Rusia mewaspadai paham ekstrim seperti itu. Mereka juga selalu berlepas diri dari berbagai perilaku terorisme yang oleh Barat dituduhkan terhadap kaum muslimin, dengan cara menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menentang kekerasan dan agama yang cinta damai atas dasar keadilan. Itulah sebabnya, kejadian terorisme di Rusia tidak berhasil merusak wajah kaum muslimin di negara itu. Tentu saja, dewasa ini,kaum muslimin Rusia memiliki banyak problema, dan sebagian besarnya merupakan akibat dari represi yang telah ditimpakan kepada mereka selama puluhan tahun era komunis. Pembatasan yang sangat ketat dan keras terhadap berbagai aktivitas agama telah menyebabkan kaum muslimin Rusia masa kini, terutama kaum mudanya, tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup atas agama mereka sendiri. Meskipun mereka dengan bangga mengaku sebagai muslim, namun mereka tidak mengenal secara utuh nilai-nilai dan ajaran Islam. Untuk menghadapi masalah ini, pembangunan sekolah-sekolah Islam mulai digalakkan dan salah satunya adalah Islamic College di Moskow. Selain itu, pembangunan masjid pun semakin diperbanyak, karena masjid adalah pusat terpenting pengembangan agama Islam. Menurut perkiraan, saat ini ada minimalnya 7000 masjid di Rusia. Selain itu, sejak lima belas tahun terakhir, berbagai partai dan kelompok Islam pun bermunculan dengan tujuan untuk membela hak-hak kaum muslimin. Di antara kelompok itu adalah Dewan Mufti Rusia, Kantor Pusat Agama Islam, serta Pusat Kerjasama Muslimin Kaukasus Utara. Namun demikian, sejauh ini peranan kaum muslimin Rusia dalam kancah politik negara itu masih sangat sedikit. Kehadiran mereka di parlemen dan pos-pos penting pemerintah masih sangat minim bila dibandingkan dengan populasi mereka. Selain itu, tindakan represif yang dilancarkan tentara Rusia terhadap kaum muslimin Chechen telah menimbulkan sensitifitas di tengah kaum muslimin negara itu. Untuk itulah, pemerintah Rusia berusaha menarik hati kaum muslimin demi menghalangi kemarahan kaum muslimin, antara lain dengan melakukan berbagai bentuk diplomasi. Dalam rangka ini pula, pada tahun ini Rusia telah menjadi negara pengawas dalam Organisasi Konferensi Islam. Selain itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemimpin Rusia, Vladimir Putin, mengangkat seorang menteri beragama Islam dalam kabinetnya. Putin pun secara resmi mengeluarkan pernyataan bahwa 24 juta muslimin di Rusia adalah bagian dari dunia Islam. Dengan demikian, secara umum, kondisi kaum muslimin di Rusia lebih baik daripada di negara-negara Eropa lainnya. Namun, kaum muslimin di negara itu harus terus berusaha agar hak-hak ekonomi, politik, dan sosial mereka terpenuhi secara lebih maksimal lagi.

Tagged with: Dunia Islam, muzakki.com

(Dari berbagai sumber)

Gairah Islam di Rusia

Dibanding era komunis, Muslim Rusia sudah boleh tersenyum saat ini. Pemerintahan Federasi Rusia agaknya mulai apresiatif. Pertama kalinya dalam sejarah, seorang pemimpin Rusia memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.

Presiden Vladimir Putin terlihat serius melirik Islam dengan hadir pada acara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Malaysia (2003), yang akhirnya menjadi peninjau tetap, dan memprakarsai terbentuknya Alliance of Civilization Rusia-Islam lewat pertemuan 27-28 Maret 2006 dengan tokoh Islam dari 15 negara.
Bahkan, Rusia mengakui kemenangan Hamas pada Pemilu Palestina dan Putin sempat ‘menegur’ Paus Benediktus XVI karena pidatonya yang menuding Islam dan Nabi Muhammad di Jerman. Rusia memandang dunia Islam sebagai kekuatan signifikan dan dapat menjadi mitra dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab. Prof Sychev Victor, seorang ahli Indonesia asal Rusia, juga menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai perdamaian. Dia menolak Islam dikaitkan dengan terorisme karena itu hanyalah ulah segelintir orang dengan mengatasnamakan Islam.
Sejarah Panjang
Berbeda dengan Muslim negara lain di Eropa, yang umumnya imigran, hadirnya Islam di Rusia memiliki sejarah sangat panjang. Islam masuk ke Rusia (Dagestan dan Kaukasus Utara) pada pertengahan kedua abad ke-7 M. Abad ke10, Islam telah menjadi agama resmi bangsa Tatar. Ketika etnis Rusia yang Kristen berkuasa, wilayah Muslim mulai diduduki. Bahkan, pada pertengahan abad ke-18, Muslim Rusia tidak dibolehkan melakukan aktivitas keagamaan, membangun masjid dan sekolah. Meletusnya revolusi komunis 1917 memunculkan situasi yang sangat buruk bagi semua pemeluk agama, terutama Muslim, yang berujung pada pemberantasan agama sejak 1927.
Meskipun sangat dihalangi semasa komunis, akar budaya dan sejarah Islam tidak pernah tercabut. Momentum reformasi ekonomi dan sosial, sampai keruntuhan Uni Sovyet, dimanfaatkan Muslim Rusia untuk menata kembali keberagamaannya. Saat ini, Muslim Rusia merupakan komunitas Muslim terbesar di Eropa. Mereka berasal dari 40 etnis dan berjumlah sekitar 20 juta (15 persen dari 142 juta penduduk Rusia). Di samping Muslim keturunan, banyak di antara mereka yang muallaf. Bahkan, 60 persen pemeluk baru adalah etnis Rusia yang sebelumnya tidak beragama apapun.
Di samping faktor imigrasi dari wilayah Utara Kaukasus dan Asia Tengah, pertambahan populasi Muslim juga dipicu oleh krisis kependudukan di kalangan etnis Rusia yang menyebabkan penurunan populasi 700.000 orang pertahun. Inilah yang menimbulkan kekhawatiran, terutama kalangan Kristen ortodoks, bahwa mereka akan menjadi minoritas dan kehilangan identitas Rusianya. Jika trend ini terus berlanjut, diperkirakan populasi Muslim dalam 30 tahun mendatang bisa melebihi etnis Rusia. Bahkan, Muslim akan menjadi mayoritas di dinas ketentaraan Rusia.
Tuanya Islam di Rusia inilah yang membuahkan banyak karya emas Islam diproduksi dan ‘terkubur’ di sana. Di perpustakaan negara Petersburg, masih bisa dijumpai naskah kuno al-Quran tulisan tangan dengan seratus versi khat Arab, kumpulan naskah karya para ulama Kurdistan, risalah filosof Islam setempat, ensiklopedia filsafat Ibnu Sina (Uzbekistan), karya al-Farabi (Azerbaijan) dan mushaf al-Quran mini sebesar korek api (hadiah Syah Iran Abbas Agung pada salah seorang putra Kaisar Rusia). Di Perpustakaan Lembaga Orientologi Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Moskow juga banyak ditemukan naskah keagamaan, hukum, tata negara dan ilmu pengetahuan yang berasal dari negara Islam tempo dulu.
Peluang Masa Depan
Represi puluhan tahun di era komunis telah membuat Muslim Rusia terisolasi dari ilmu dan pengamalan Islam, terutama generasi muda. Walau tetap bangga sebagai Muslim, pengenalan Islam yang hanya sebatas nama sangat membatasi gerak Muslim dalam menggapai kesempurnaan Islam. Semua ini menuntut kerja ekstra sampai tersedianya pendidikan Islam yang layak dan sarana ibadah yang representatif.
Dengan sumber daya manusianya cukup besar (sekitar 1,5 miliar jiwa, hampir seperempat popualsi dunia), Presiden Putin akan sulit mengabaikan Muslim. Apalagi populasi Muslim Rusia paling banyak di Eropa. Sumber kekayaan alam dunia Islam (minyak, hutan dan gas) yang masih banyak belum tergali juga akan menjadi pertimbangan Rusia untuk tetap bersikap manis pada Islam. Semua kartu truf ini juga harus dimanfaatkan dengan baik oleh Muslim Rusia.
Tapi, agaknya Putin masih alergi terhadap Muslim ‘garis keras’ seperti Muslim Chechen. Dia lebih welcome terhadap Muslim moderat seperti Muslim Tatar dan Asia Tengah. Indikasi ini hendaknya membuat Muslim Rusia lebih arif dalam bersikap. Tanpa mengorbankan tujuan utama Islam, ada baiknya Muslim Rusia belajar dari sejarah ketika untuk pertama kalinya Islam menaklukkan Tatar di Barat Rusia. Ide-ide universalnya seperti keadilan, persaudaraan, anti kezaliman dan cinta ilmu telah memenangkannya dalam merebut hati masyarakat Rusia. (CMM/Zulheldi Hamzah).

Islam di Ethiopia dan Eritrea

Ethiopia terletak di belahan Afrika Bagian Timur (Tanduk Afrika), dahulu terkenal dengan nama Habsyi atau Abyssinia, mempunyai keunikan luar biasa, karena ditengarai bahwa negara ini didirikan oleh keturunan Nabi Sulaiman dan Ratu Saba pada tahun 500 sebelum Masehi. Ratu SABA (Queen Sheba) dilahirkan di Aksum, Ethiopia, bukan di Yaman sebagaimana dikenal selama ini. Cerita tentang Ratu Saba juga diabadikan dalam kitab suci al-Qur’an sebagaimana dikandung dalam surat As-Saba’ (surat 34 : 54 ayat).
Keunikan kedua, Ethiopia merupakan negara merdeka paling tua di Afrika, bahkan mungkin di dunia.

Dalam legenda disebutkan bahwa pendiri pertama kerajaan Ethiopia (founder of Ethiopian Solomonic Dynasty) adalah MENELIK I (Ibn al-Malik), putra Nabi Sulaiman (Solomon) dan Ratu Saba (Queen Sheba) pada abad ke-4 sebelum Masehi. Keunikan ketiga, ketika Nabi Muhammad s.a.w. melakukan hijrah pertamanya (abad ke-7 Masehi) justru dilakukan ke Ethiopia. Keunikan keempat, Bilal bin Rabah r.a. , sahabat terkasih Nabi s.a.w. yang terkenal sebagai ‘muadzdzin pertama’ juga berasal dari Etiopia. Pada awalnya Kerajaan Aksum atau Ethiopia mengadopsi Hukum Musa (Taurat), namun sejak Raja Ezana (King Ezana) berkuasa pada abad ke-4 Masehi, Taurat digantikan Injil (Kristen).
Geografi dan Penduduk Ethiopia berbatasan dengan Somalia, Kenya, Sudan, Eritrea dan Djibouti, dengan luas wilayah 1.127.127 km2. Beriklim tropik basah. Hasil tambang utama adalah emas, platina, tembaga, gas alam, dan potassium. Jumlah penduduknya sekitar 66.557.553 orang, dengan angka pertumbuhan rata-rata per-tahun 1,96%, angka kelahiran 39,81 per-1000, sedangkan angka kematian 20,17 per-1000. Penduduk Etiopia terdiri dari bermacam-macam suku antara lain Oromo (40%, Amhara dan Tigre 32%, Sidamo 9%, Shankella 6%, Somali 6%, Afar 4%, Gurage 2%, lain-lain 1%. Jumlah penganut Islam 45-50%, Kristen (Ethipian Orthodox) 35-40%, Animisme dan lain-lain 20%. Bahasa nasionalnya adalah Amharic, ditambah dengan bahasa lokal: Tigrinya, Oromigna, Guaragigna, Somali, Arab. Bahasa Inggris dipergunakan pada sekolah dan universitas.
Ekonomi
Perekonomian Etiopia didukung oleh sektor pertanian, yang menyumbang separuh GDP, 85% export serta menyerap 80% tenaga kerja. Angka pertumbuhan rata-rata 3%, dengan inflasi rata-rata 4%. Pendapatan per-kapita US $ 700,-. Angkatan kerja diserap oleh sektor pertanian sebesar 80%, pemerintahan dan jasa 12%, industri dan konstruksi 8% Hasil tambang utama adalah emas, platina, tembaga, gas alam, potassium dan hydreopower. Sedangkan hasil industrinya berkisar pada food processing, minuman, tekstil, bahan kima, metals processing dan semen. Sedangkan hasil pertanian unggulan adalah sereal, kopi, sayuran, domba, kambing, dan kacang-kacangan.
Angka eksportnya sebesar US $ 433 juta, dan import sebesar US $ 1,63 milyar. Komoditi eksportnya adalah kopi, emas, binatang hidup, produk kulit, sedangkan patner ekspor Inggris, Djibouti, Jerman, Itali, Jepang, Saudi Arabia dan Amerika Serikat. Komiditi yang diimport adalah makanan, binatang hidup, minyak dan produknya, bahan kimia, mesin, motor, dan tekstil. Patner import Saudi Arabia, Cina, Italia, India, dan Jerman. Indonesia belum termasuk di dalamnya. Mata uang Etiopia adalah ‘birr (ETB’. US $ 1,- equivalent 8.46 birr (ETB).
Sejarah Pemerintahan
Republik Demokrasi Federal Ethiopia (Federal Democratic Republic of Ethiopia) dalam bahasa lokal disebut Ityop’iya Federalawi Demokrasiyawi Ripeblik, dahulu bernama Abyssinia atau Italian East Africa. Ibukota Etiopia adalah ADDIS ABABA, terbagi dalam 9 negara bagian yang didasarkan pada etnis dan 2 self-governing administrations*, yaitu Adis Adeba* (Adis Ababa), Afar, Amara (Amhara), Binshangul Gumuz, Dire Dawa*, Gambela Hizboch (Gambela Peoples) Hareri Hizb (Harari People), Oromiya (Oromia), Sumale (Somali), Tigray, Ye Debub Biheroch Bihereseboch na Hizboch (Sauthern Nation, Nationalities and Peoples). Sebagaimana telah diuraikan, Ethiopia adalah negara merdeka tertua di dunia. Pendirinya adalah Menelik I (Ibn al-Malik), putra Nabi Sulaiman dan Ratu Saba, pada abad ke-5 sebelum Masehi. Namun ketika Mengistu Haile Mariam berkuasa di Etiopia (1991), hari kemerdekaan Ethiopia ditetapkan pada tanggal 28 Mei. Pemerintahan Ethiopia dimulai dari Aksum, terletak di propinsi Tigray, ketika Menelik I (Ibn al-Malik) pulang dari Yerussalem mengunjungi ayahnya, Nabi Sulaiman, untuk belajar tentang hukum Musa selama 3 (tiga) tahun).
Nabi Sulaiman dalam al-Qur’an disebut sebagai Nabi yang sangat kaya, bijaksana dan dapat berbicara dengan semua binatang dan jin. Beliau berhasil menaklukkan Ratu Saba’, yang ketika itu juga sudah mendengar tentang kehebatan Nabi Sulaiman. Istana Ratu Saba’ dapat dipindahkan ke Yerusalem hanya dalam sekejap. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam Surat An-Naml (27) ayat 39 dan 40. Jin Ifrit menawarkan bahwa sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari singgsananya, istana Ratu Saba’ dapat dipindahkan, namun tawaran itu dipatahkan oleh orang yang ‘berilmu dari Ahli Kitab’, yang menawarkan jasanya, bahwa hanya dalam sekejap mata, istana Ratu Saba’ dapat dipindahkan ke Yerusalem. Sekembalinya dari Yerusalem, Menelik I mendirikan ‘Solomonic Dynasty’ dan kerajaan Akum sekaligus mengadopsi Hukum Musa (Law of Moses/Taurat). Solomonic Dynasty selanjutnya dikenal dengan ‘Ethiopian Solomonic Dynasty. Namun pada masa dinasti Raja Ezana, pada abad ke-4 Masehi, Hukum Musa diganti dengan ‘Bible’ (Kristen). Kristen Ethiopia adalah Kristen Ortodox, yang dikenal dengan Ethiopian Orthodoz Tewahedo. Sebelum Eropa menerima Kristen sebagai agama di sana, Ethiopia telah terlebih dahulu menerima Kristen sebagai agama negara.
Perlu diketahui, bahwa Kerajaan Aksum pernah menguasai Sudan selama beberapa tahun. Ethiopia adalah satu-satunya negara Afrika yang tak pernah dijajah oleh bangsa Eropa, namun pernah diduduki oleh fasis Italia pada tahun 1936–1941. Pada tahun 1941, bersama tentara Kerajaan Inggris, Ethiopia dapat mengusir Italia keluar dari negeri itu. Kaisar Heile Selassie I menguasai Kerajaan Ethiopia pada tahun 1930 – 1974, sebelum beliau digulingkan oleh Letnan Kolonel Mangistu Haile Mariam pada tahun 1974. Kolonel Mangistu adalah seorang komunis yang dikenal sangat dictator, menguasai sangat mutlak Ethiopia, mengendalikan pemerintahannya dengan menggunakan sebuah lembaga yang bernama ‘Derg” (committee). Pada tahun 1978 terjadi perang perbatasan dengan Somalia, memperebutkan lembah Ogaden. Kolonel Mangistu menguasai Ethiopia selama 17 tahun, dan pada tahun 1991, Derg’s kolaps, karena adanya pemberontakan yang dipelopori oleh Ethiopian Peoples Revolutionary Democratic Front (EPRDF), yang akhirnya membuat Kolonel Mangistu melarikan diri ke Zimbabwe. Tahun 1991 – 1995, pemerintah transisional dibentuk yang beranggotakan 27 politisi, dengan tugas pokok membubarkan sentralisasi kekuasaan dan membentuk negara yang bebas dan demokratis. Pada bulan Aghustus 1995, Ethiopia berubah menjadi suatu negara federal dengan nama Federal Democratic Republic of Ethiopia. Negara federal ini didasarkan atas pembagian etnis.
Negara Federal Ethiopia memisahkan kekuasaan Kepala Negara (Presiden) dan Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri). Terpilih sebagai Perdana Menteri (Agustus 1995) adalah Meles Zenawi, dan terpilih kembali pada bulan Oktober 2000. Pada tanggal 8 Oktober 2001 terpilih Letnan GIRMA Wolde-Giorgis sebagai Presiden. Kekuasaan presiden dibatasi setiap 6 (enam) tahun. Sejarah paling memilukan pada masa pemerintahan demokrasi Ethiopia adalah ketika terjadi pemberontakan bangsa Eritrea pada tahun 1991. Eritrean People’s Liberation Front (EPLP) yang dipimpin oleh Isaias Afwerki mengambil kontrol Eritrea dan pada tanggal 23-25 April 1993 diadakan referendum di bawah pengawasan PBB. Pada tanggal 24 Mei 1993, Eritrea merdeka dan resmi memisahkan diri dari Ethiopia.
Perkembangan Islam di Ethiopia
Islam dianut oleh 50% dari total penduduk Ethiopia. Islam masuk pertamakali ke Ethiopia pada abad ke-7 Hijrah, ketika Nabi Muhammad s.a.w. melakukan hijrah beliau yang pertama ke negara tersebut (615 Masehi). Bagi kebanyakan orang Islam, Ethiopia disinonimkan sebagai kebebasan dari siksaan dan emansipasi dari rasa ketakutan (freedom from persecution and emancipation from fear), atau ekspresi kebebasan dan kepercayaan (freedom of expression and beliefs). Sedangkan hijrah kedua yaitu ke Madinah Al-Munawwarah disebut sebagai berakhirnya era penindasan (freedom from oppression).
Jejak-jejak hijrah Nabi s.a.w. direkam oleh Allah s.w.t. sebagai tersurat dalam Surat Al-Hujurat (49) ayat 13 Ketika Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Ethiopia, beliau diterima secara terhormat oleh Raja Abyssinia, Negus Al-Asham. Oleh karena itu, setelah beliau kembali ke Mekkah, beliau mengutus Ja’far (saudara sepupu), membawa surat yang isinya mengajak Raja Negus Al-Asham masuk Islam. Karena raja Negus masih ragu, maka 6 (enam) tahun kemudian beliau mengutus Amir ibn Umayya untuk membawa surat serupa, dan akhirnya beliau memeluk Islam secara sukaela. Namun keluarga dan gereja tidak bisa menerima keadaan ini, dan setelah beliau wafat keadaan berbalik seperti semula (Kristen Ortodox). Pada abad ke-10, dinasti Fatimiyah di Mesir menekan Gereja Koptik Mesir agar Gereja Ortodox dan Pemerintah Ethiopia memberi kebebasan kepada penganut Muslim untuk melaksanakan ajaran Islam, mendirikan Masjid dan melindungi para pedagang Muslim.
Salah satu pejuang Islam yang sangat terkenal di Ethiopia adalah Imam Ahmad ibn Ibrahim al-Ghazi, dikenal dengan sebutan Ahmad Gran. Beliau mengontrol Harar dan Somalia, tenggara Ethiopia. Pemerintahan Ottoman di Mesir memberikan bantuan kedpada Ahmad Gran untuk melawan kolonialis Portugis. Sejak saat itu, pengaruh Islam di Ethiopia sangat terasa, dan akhirnya pada abad ke-14 ada 7 (tujuh) kesultanan yang menganut Islam, yaitu Yifat, Dawaro, Arbabini, Hadiya, Shakara, Bali dan Dara. Sampai dengan tahun 1991, penduduk Ethopia yang menganut Islam sekitar 23,9 juta sampai 27,7 juta orang (45 – 52%), dan menduduki rangking ketiga setelah Nigeria dan Mesir. Islam di Ethiopia mempunyai penganut yang cukup besar (mayoritas), namun peranannya terhadap pemerintahan sangat minoritas, karena Ethiopia mempunyai keunikan, yaitu sejak awal, negeri ini didirikan oleh orang-orang yang mempunyai komitmen kuat terhadap agama Yahudi dan Nasrani, sejak Raja Menelik I sampai dengan Kaisar Haile Selassie. Sehingga kultur kekuasaan dan politik sangat kental dengan warna Kristen Ortodox.
Eritrea
Eritrea sebagaimana Ethiopia, terletak di Tanduk Afrika, Afrika Bagian Timur, mempunyai sejarah yang panjang untuk memperoleh kemerdekaan. Berbeda dengan Ethiopia yang mempunyai sejarah kemerdekaan tertua di dunia, Eritrea harus bersusah payah melepaskan diri dari cengkeraman kerajaan Aksum, Italia, Inggris dan pemerintah federal Ethiopia. Karena begitu panjangnya sejarah kolonialisasi oleh negara asing, khususnya oleh Kerajaan Aksum dan Pemerintah Federal Ethiopia, maka kultur social politik Eritrea hampir tak berbeda dengan Ethiopia. Kultur keagamaannya pun hampir tak berbeda, khususnya mengenai paham Kristen Ortodox. Oleh karena itu, keunikan yang dipunyai oleh Ethiopia, hampir dapat dipastikan Eritrea ikut mewarisinya.
Geografi dan Penduduk
Eritrea berbatasan dengan Ethiopia, Sudan dan Djibouti, dengan luas wilayah 121.320 km2. Beriklim panas dan kering di daerah pantai (Laut Merah) serta dingin di bagian tengah (pegunungan). Jumlah penduduknya sekitar 4.362.254 orang, dengan angka pertumbuhan rata-rata per-tahun 1,28%, angka kelahiran 39,44 per-1000, sedangkan angka kematian 13,23 per-1000. Penduduk Eritrea terdiri dari bermacam-macam suku antara lain Tigrinya 50%, Tigre dan Kunama 40%, Afar 4%, Saho dan lainnya 7% Jumlah penganut Islam 52%, Kristen 45%, Animisme dan lain-lain 1,4%. Bahasa yang dipergunakan adalah Afar, Arabic, Tigre dan Kunama, serta Tigrinya.
Ekonomi
Sebagai negara baru, Eritrea dikategorikan sebagai negara miskin, dan perekonomiannya didukung oleh sektor pertanian, yang menyerap 80% tenaga kerja (petani dan penggembala). Angka pertumbuhan rata-rata 2%, dengan inflasi rata-rata 15%. Pendapatan per-kapita US $ 700,-. Angkatan kerja diserap oleh sektor pertanian sebesar 80%, industri dan jasa 20%. Hasil tambang utama adalah emas, tembaga, minyak dan gas alam, serta seng dan garam. Sedangkan hasil industrinya berkisar pada food processing, minuman, tekstil, dan pakaian. Sedangkan hasil pertanian unggulan adalah sorgum, lentil, sayuran, jagung, kapas, tembakau, kopi, domba dan ikan. Angka eksportnya sebesar US $ 20 juta, dan import sebesar US $ 500 juta. Komoditi eksportnya adalah binatang hidup, sorgum, tekstil, dan manufaktur, sedangkan patner ekspor Italia, Jerman, Perancis, Amerika Serikat dan Belanda. Komiditi yang diimport adalah mesin, produk minyak, dan makanan. Patner import Italia, Amerika Serikat, Jerman, Ukraina, Turki, Perancis, dan Belanda. Mata uang Eritrea adalah ‘nakfa’ (ERN). US $ 1,- equivalent 9.50 Nakfa (ERN)
Sejarah Pemerintahan
Nama lengkap Eritrea adalah State of Eritrea, dalam bahasa lokal disebut Hagere Ertra, dahulu bernama Eritrea Autonomous Region in Ethiopia. Ibukota Eritrea adalah ASMARA, terbagi dalam 6 regions, yaitu Central, Anelba, Southern Red Sea, Northern Red Sea, Southern, dan Gash-Barka. Sebagaimana telah diuraikan, Eritrea adalah negara baru yang memperoleh kemerdekaan dari Ethiopia pada tanggal 24 Mei 1993. Negara ini mengikuti sejarah Ethiopia, sejak dari Kerajaan Aksum sampai dengan Kaisar Haile Selassie. Oleh karena itu, keberadaan Ratu Saba, Raja Menelik I (Abd al-Malik), King Azana, maupun Bilal r.a. juga merupakan bagian sejarah Eritrea. Pada tahun 1889-1941 diduduki Italia, pada tahun 1941 Italia diusir dari Eritrea oleh Inggris. Yang perlu dicatat adalah sejarah Eritrea ketika memperoleh kemerdekaan dari Ethiopia.
Eritrea menjadi bagian dari negara federasi Ethiopia pada tahun 1952. Pada tahun 1958, benih-benih pemberontakan mulai muncul, dan pada tahun 1961 dimulailah genderang perang kemerdekaan Eritrea. Tahun 1962, Eritrea dijadikan propinsi ke-14 oleh Ethiopia, dan pada tahun 1970 Eritrean People’s Liberation Front (EPLF) didirikan. Tahun 1976-1978 EPLF mengontrol hampir semua kota di Eritrea. Pada tahun 1991, Isaias Afwerki, Sekjen EPLF memegang kendali pemerintahan transisional Eritrea. Dan akhirnya seluruh gejolak politik ini mengundang campur tangan internasional, sehingga PBB menyetujui diadakannya ‘referendum’ sebagaimana dituntut oleh EPLF. Referendum di bawah pengawasan PBB diadakan selama dua hari, 23-25 April 1993. Hasilnya adalah 99,81% rakyat Eritrea setuju merdeka. Dan akhirnya pada tanggal 24 Mei 1993, Eritrea resmi menjadi negara merdeka. Terpilih sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan adalah ISIAS AFWERKI pada tanggal 8 Juni 1993. Namun Eritrea belum juga mengalami ketenangan, karena perang perbatasan dengan Ethiopia masih berlanjut, demikian juga dengan Sudan.
Perang perbatasan dengan Ethiopia berlangsung selama 2 (dua) tahun, 1998-2000, telah menewaskan kurang lebih 70.000 orang. Oleh karena itu, pada tahun 2000 dibentuk suatu ‘Komisi Perbatasan Ethiopia-Eritrea (Eritrea-Ethiopia Boundary Commission). Perang perbatasan dianggap selesai pada tahun 2003 yang lalu. Karena Eritrea sebagaimana Ethiopia dikuasai oleh Kristen Ortodox, maka tekanan politik dilakukan oleh partai politik Islam antara lain datang dari Eritrean Islami Jihad Movement (EIJM), terkenal dengan Abu Sihel Movement, Eritrean Islamic Salvation (EIS), terkenal dengan Arafa Movement.
Perkembangan Islam di Eritrea
Islam dianut oleh 52% dari total penduduk Eritrea. Islam masuk pertamakali ke Eritrea pada abad ke-7 Hijrah, sebagaimana di Ethiopia, ketika Nabi Muhammad s.a.w. melakukan hijrah beliau yang pertama ke negara tersebut (615 Masehi). Namun spesifikasi masuknya Islam di Eritrea terjadi pada abad ke-8, ketika para pembawa misi Islam memasuki Kepulauan Dahlak dan kota pantai Massawa.
Pada abad ke-10, hampir seluruh penduduk Kepulauan Dahlak dan kota pantai Massawa masuk Islam. Pada abad ke-16, Kerajaan Otoman Turki menguasai hampir seluruh bagian utara dan timur Afrika, termasuk di dalamnya Eritrea sampai dengan abad ke-19. Setelah itu, masuk tentara Mesir dan menguasai Massawa. Adapun suku-suku di Eritrea yang menganut Islam Afar, Agaw Western, Beja, Bilen, Hadrami, Kunama, Mensa, Nara, Saho, Somali, Sudanese Arab, dan Tigre. Sebagaimana di Ethiopia, secara politis, ummat Islam di Eritrea mengalami tekanan-tekanan, karena kekuasaan pemerintahan didominasi oleh kaum Krsten Ortodox, sehingga muncul parpol-parpol Islam yang bertujuan untuk menekan pemerintahan Isaias Afwerki, agar berlaku adil dan proporsional terhadap Islam. Hal inilah yang membedakan perjuangan ummat Islam di Ethiopia dan Eritrea.
Ummat Islam di Eritrea selalu berjuang untuk memperoleh hak yang sama dengan ummat Kristen Ortodox, sedangkan di Ethiopia, gaung perjuangan untuk membela Islam hampir tidak terdengar. Karena kegigihan ummat Islam Eritrea, akhirnya mereka dicap sebagai kaum Islam fundamentalis dan teroris.
Bilal dan Hak Azasi Manusia
Bilal bin Rabah r.a. semula adalah seorang budak saudagar kaya Umaiyyah bin Khallaf (bangsawan Quraish Makkah), berasal dari Habsyi, Abessynia atau Ethiopia/Eritrea. Karena ke-Islaman-Nya, beliau disiksa dengan amat keras oleh tuannya, Umaiyyah bin Khallaf. Penyiksaan ini mengundang Abu Bakar r.a., yang kemudian membebaskannya (memerdekakannya) dengan sejumlah tebusan. Karena dimerdekakan oleh Abu Bakar, maka beliau mendapat julukan ‘Maula Abu Bakar, atau orang yang dibeli untuk bebas oleh Abu Bakar r.a. Beliau sangat dekat dengan Nabi s.a.w., apalagi mengingat bahwa Bilal bin Rabah berasal dari Habsyi (Ethiopia/Eritrea). Menurut suatu riwayat, Bilal bin Rabbah termasuk orang yang pertama menampakkan keislamannya, setelah Abu Bakar, Ammar dan Ibunya, Shuhaib, dan Maqdad. Mereka semua punya pelindung, kecuali Bilal bin Rabbah. Karena sebagai budak dan tidak mempunyai pelindung, maka posisi Bilal bin Rabbah r.a. sangat lemah, sehingga kaum kafir Quraisy menyerahkannya kepada anak-anak untuk diarak ramai-ramai di jalan-jalan Makkah. Namun beliau tetap tegar dan selalu menyatakan: Ahad…Ahad…Ahad. Beliau mendpatkan pendidikan (tentang zuhud) langsung dari Nabi Muhammad s.a.w.
Kemerdekan Bilal bin Rabah r.a. menjadi lambang hak azasi manusia dalam Islam. Walaupun berkulit hitam legam, Abu Bakar r.a. melihat bahwa Bilal mempunyai hak yang sama sebagaimana manusia lainnya, oleh karena itu, memerdekakan Bilal berarti memuliakan Islam itu sendiri, karena di depan Allah s.w.t., manusia hanya dibedakan karena taqwanya. Islam tidak memperbolehkan (mengharamkan) adanya perbudakan. Hal ini sebagai bentuk penghargaan terhadap ummat manusia bahwa pada dasarnya manusia itu diciptakan sebaik-baik ciptaan Allah, suci sejak lahir dan tidak mengenal strata sosial. Penghargaan tertinggi yang diberikan kepada Bilal bin Rabbah r.a. adalah ketika beliau ‘dipercaya’ sebagai muadzdin pertama oleh Nabi s.a.w. dan tugas ini dilakukan sampai Ummar ibn Khattab menjadi Khalifah. Ketika itu beliau sedang mukim di Syiria. Bilal bin Rabbah r.a. juga dijamin Rasullah s.a.w. masuk surga dan bahkan mendahului beliau. Pada tahun 630 Masehi, Bilal bin Rabbah r.a. berkunjung ke Ethiopia/Eritrea, dan pada tahun 648 Masehi menyelamatkan keluarga Nabi s.a.w. ketika terjadi perang di Karbala dan membawanya ke Ethiopia. Bilal bin Rabbah r.a. wafat di Ethiopia pada tahun 670 Masehi.
Ethiopia maupun Eritrea, dua negara yang dikuasai oleh kaum Kristen Ortodox, sangat beruntung mempunyai seorang sahabat yang sangat dicintai Rasul s.a.w. serta menjadi lambing Hak Azasi Manusia dalam Islam. Oleh karena itu, kaum Muslim di kedua negara tersebut patut bersyukur dan seharusnya selalu meniru langkah-langkah Bilal bin Rabbah r.a. yang tak pernah surut dalam memperjuangkan kebenaran, kebebasan, dan hak azasi manusia.

July 26, 2008 at 6:18 am (1)
*Penulis saat ini bekerja di Universitas YARSI
Catatan: Artikel ini telah dimuat dalam Majalah AMANAH No. 49, Th. XVII, April 2004 / Shafar 1425

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons